Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Valentino Rossi, Legenda yang "Membunuh" Prestasinya Sendiri

3 Juni 2021   12:55 Diperbarui: 3 Juni 2021   13:00 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Valentino Rossi (c) Yamaha

Kiprah Valentino Rossi di MotoGP telah memberi warna tersendiri bagi keseruan persaingan papan atas perhelatan lomba balap kuda besi kelas utama motor Grandprix sejak awal tahun 2000 silam.

Dengan bermodalkan gelar juara dunia kelas 125cc dan 250cc Rossi datang meramaikan persaingan di kelas 500cc yang kini menjadi kelas MotoGP, di musim pertamanya di 2000, Rossi sudah menggebrak dengan finish di posisi 2 klasemen akhir musim 2000.

Selanjutnya Rossi malang melintang di musim-musim berikutnya dengan sukses merebut tujuh gelar juara dunia kelas 500cc/MotoGP, yang lima diantaranya diraihnya secara berturut-turut 2001-2005, di musim 2006 finis ke-2, dan musim 2007 ke-3. Rossi kemudian comeback di musim 2008 dan 2009 dengan kembali merebut gelar juara dunia.

Kehadiran Rossi di pentas balap MotoGP boleh dikata menjadi salah satu data tarik bagi keseruan menyaksikan pentas balap MotoGP ini, selain bakat dan dedikasinya, ambisi yang kuat dari Rossi juga menghadirkan banyak drama yang emosional dan sensasional di hampir setiap musim balap yang dilaluinya.

Persaingan awal Rossi terhadap sesama pebalap adalah dengan Loris Capirossi, semenjak di kelas 250cc hingga berlanjut ke kelas 500cc, keduanya selalu menunjukkan persaingan yang panas dan ketat. Persaingan mereka mereda ketika Capirossi akhirnya memutuskan pensiun dari balap MotoGP sepenuhnya pada tahun 2011.

Selain dengan Capirossi, Rossi juga punya "musuh" berat, yaitu Max Biaggi. Rossi begitu sering mendapatkan dirinya harus berjuang keras di jalur dengan Capirossi dan Biaggi, oleh pers Italia mereka diberi julukan "tiga penembak".

Perseteruan Rossi dengan Biaggi cukup panas, di awal musim 2001, Biaggi yang bertemu Rossi di sebuah restoran di Suzuka sebelum lomba di seri Jepang. Biaggi mengatakan kepada Rossi untuk "mencuci mulut sebelum mengucapkan nama Biaggi". Sepanjang 2001 persaingan keduanya begitu panas dengan berbagai drama baik yang berlangsung di track maupun di luar lomba.

Persaingan Rossi tidak saja berhenti pada kedua pebalap sesama Italiano itu, Rossi juga terlibat perseteruan sengit dengan pebalap Spanyol, Sete Gibernau yang sama-sama di tim Honda. Awalnya hubungan mereka berdua baik-baik saja, keretakan mulai terjadi sejak "insiden Qatar" dimana ketika itu tim Rossi dihukum karena "pembersihan" posisi grid-nya untuk membantu traksi. Oleh Rossi, Gibernau dianggap ada di belakang jatuhnya hukuman itu.

Persaingan antara Rossi dan Gibernau mencapai puncaknya pada seri pembuka 2005 di Jerez. Rossi yang memimpin di posisi terdepan namun Gibernau mampu menyusul di lap pertama. Di lap terakhir saat Gibernau memimpin, Rossi mencoba menyalipnya di tikungan terakhir - hairpin Dry Sack - namun keduanya bersenggolan di sudut tengah. Gibernau yang melebar keluar jalur akhirnya finis kedua sementara Rossi berhasil memenangkan perlombaan.

Setelah kejadian itu, Gibernau sangat marah dan menolak mengomentari putaran terakhir. Karena insiden ini para penonton Spanyol yang merupakan pendukung Gibernau mencemooh Rossi ketika lagu kebangsaan Italia diputar untuk merayakan kemenangannya.

Ketegangan antara mereka berakhir ketika Gibernau pensiun dari balap Grand Prix setelah cedera, di musim 2006.

Di puncak kejayaannya, Rossi terlibat perseteruan sengit dengan Casey Stoner. Persaingan keduanya menjadi bumbu manis bagi keseruan jalannya lomba motor Grandprix saat itu, Casey Stoner yang merebut gelar juara dunia di tahun 2007 memupus harapan Rossi untuk merebut kembali gelar juara dunia yang sebelumnya direbut oleh Nicky Hayden di 2006.

Drama-drama panas dan sengit di track antara Rossi dan Stoner mewarnai jalannya balapan antara keduanya, persaingan Stoner dan Rossi bermula dari balapan yang dramatis di GP Amerika Serikat 2008. 

Persaingan untuk merebut podium satu berlangsung dramatis, insiden demi insiden yang melibatkan keduanya cukup "panas", balapan yang akhirnya dimenangkan Rossi dan menempatkan Stoner di posisi dua menyebabkan kemarahan bagi Stoner yang menganggap agresifitas Rossi terlalu berlebihan, Stoner dengan keras menolak berjabat tangan dengan Rossi usai podium.

Persaingan mereka terus berlanjut, pada gelaran seri Spanyol 2011, Rossi bertabrakan dengan Stoner, yang menyebabkan Stoner gagal finis dan Rossi yang masih mampu bangkit lagi akhirnya finis kelima.

Ada hal yang menarik dari insiden ini. Setelah balapan, Rossi pergi ke Stoner untuk meminta maaf atas insiden itu, Stoner dengan tersenyum menerima jabatan tangan Rossi. Namun, Stoner mengatakan kepada Rossi bahwa "Ambisi-mu melebihi bakat-mu".

Musim yang berakhir dengan keberhasilan Stoner merebut gelar juara dunia, persaingan antara keduanya akhirnya berakhir setelah Casey Stoner memutuskan pensiun dari MotoGP di akhir musim 2012.

Pesaing panas Rossi tidak pernah habis, selalu saja ada pebalap-pebalap yang terlibat ketegangan dengannya, Jorge Lorenzo yang awalnya adalah rekan setim Rossi di Yamaha akhirnya menjadi pesaing utama dan terlibat ketegangan yang sengit. Lorenzo yang mempecundangi Rossi di musim 2010 dan 2012 serta 2015 sebagai juara dunia, episode paling sengit dan emosional antara keduanya terjadi di musim 2015 saat Lorenzo merebut juara dunia. Rossi menuduh Mrquez dan Lorenzo bekerjasama menggagalkannya, Rossi menyebut gelar Lorenzo sebagai "jahitan Spanyol" dan mengatakan bahwa Lorenzo "Marc Mrquez sebagai pengawal Lorenzo yang memalukan".

Persaingan sengit dan panas Rossi dengan sesama pebalap terus berlanjut, tentu nama Marc Marquez masuk ke dalam daftar "musuh" Rossi, ketegangan antara mereka sudah jelas bermula dari episode di musim 2015, episode Spain Conections, saat Lorenzo merebut gelar dunia atas "bantuan" Marquez.

Di musim 2018 di seri Argentina, sebuah insiden panas kembali melibatkan kedua pebalap. Setelah balapan, Rossi menuduh Mrquez dengan mengatakan bahwa Marc "menghancurkan olahraga kami" dengan cara mengendarai yang agresif. Dia juga mengatakan bahwa "Marquez perlu menjauh darinya dan tidak melihat wajahnya lagi".

Meski tidak pernah lagi meraih gelar juara dunia sejak 2009, bukan berarti Rossi sudah habis. Kehadiran Rossi selalu saja memberikan iklim persaingan yang ketat dalam setiap gelaran lomba, Rossi selalu ada di papan atas sebagai pebalap yang harus diwaspadai dan diperhitungkan. Rossi dengan koleksi 115 kali juara dan 235 kali naik podium tentu bukanlah hal yang biasa-biasa saja.

Setelah hampir semua "musuh" telah mundur dari MotoGP, hanya menyisakan Marc Marquez yang masih membalap, Rossi entah mengapa dan entah apa yang ingin dicapainya, masih terus bertahan bersaing di lintasan balap dengan pebalap-pebalap muda yang baru belajar pipis saat Rossi sudah menjadi juara dunia.

Di usia yang telah melewati 40-an tahun Rossi sudah seharusnya pensiun dari MotoGP, dua atau tiga tahun lalu saat Rossi masih kompetitif harusnya sadar dan memilih pensiun, sebagai peringkat tiga dunia, tapi rupanya ambisi Rossi lebih besar dari bakatnya sebagaimana yang pernah dikatakan Casey Stoner. 

Takada lagi sinar, takada lagi riuh tepukan yang mengiringi Rossi, sepanjang musim 2020 dan 2021 ini Rossi berjalan pada jalur pecundang dan itu harus cukup sampai disitu saja sebelum semuanya menghapus kenangan terbaik yang pernah dicapai Rossi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun