Masa ketika kejahiliyahan masih bersarang, cinta digilas oleh nafsu hanya untuk mencari kesenangan.
Ketika ketelanjangan tidak tertutupi, angkara memenuhi ruang-ruang penebahan memakan tumbal
Ketika dunia tanpa cahaya, orang-orang tertawa dalam gelak berpanjangan, mengiringi airmata mereka yang menangis dalam penindasan
Masa ketika hidup dan mati hanya dipisahkan oleh selera tetua-tetua lalim, yang menggantang asa pada berhala-berhala rapuh
Masa ketika kegelapan telah diterima sebagai jalan terang, dia terutus membawa risalah kenabian dengan kesempurnaan akhlak
Dia tidak memberi apapun kecuali salam rahmat dari Rabbnya dan tidak meminta apapun selain iman pada lima perkara
Dia tidak memiliki dan tidak dimiliki oleh kaumnya semata, karena kasih yang dibawanya adalah rahmat bagi seluruh alam
Dia adalah manusia biasa yang terbungkus kefanaan dunia, ia tertawa dan juga sedih, ia merasakan lelah dan juga terluka
Tapi semua rasa itu ia pancarkan dalam keagungan akhlak agar menjadi petunjuk jalan keselamatan bagi kehidupan
Mengikuti jalannya adalah keteduhan, bagai anak sungai yang mengalir menghantarkan lelap ke peraduan malam
Meneladani kelembutan akhlaknya, akan membawa diri menemui pemahaman sempurnanya kasih sayang yang diajarkannya
Dia yang berdarah dengan ikhlas penuh suka cita, tersenyum di saat senja dengan hati berbunga-bunga dan memohonkan ampunan untuk musuh dengan penuh cinta
Salam dan shalawat tercurah untukmu yaa Habibullah, segala kerinduan hanya untukmu duhai Rasulullah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H