Karena suhu di Roland Garros cukup dingin dan berangin Swiatek sampai mengenakan jaket dan melakukan pemanasan di lapangan dengan melakukan servis-servis untuk menjaga suhu tubuhnya dan juga ritme permainannya.
Game pertama set kedua servis kembali ada di tangan Swiatek. Kenin langsung memberikan tekanan dengan mem-break servis. Sepertinya pertandingan akan berlangsung ketat dan seru.
Game kedua langsung direspons Swiatek yang juga langsung mem-break poin Kenin yang kembali melakukan double fault saat melakukan servis, 1-1.Â
Di sini terlihat wajah Kenin sempat cemberut. Sepertinya ia sangat frustrasi dengan perlawanan serius yang diberikan oleh Swiatek yang bertarung tenang dan dingin. Game berikutnya jadi berlangsung antiklimaks, di mana 5 game tersisa disapu bersih oleh Swiatek.
Game ketiga Swiatek cepat unggul 40-15 dan menutup game ini saat pukulan Kenin melebar. Sama dengan game ketiga, game keempat lagi-lagi Swiatek langsung unggul dan memimpin hingga 40-15 dan mem-break poin Kenin hingga unggul 3-1.Â
Dua game berikutnya kembali disapu Swiatek, yang kali ini bahkan mendapat love game. Tertinggal jauh 1-5, membuat Kenin semakin frustrasi.Â
Kenin sempat merebut poin pertama 0-15, tapi Swiatek menyusul 30-15. Disamakan lagi oleh Kenin 30-30, tapi lagi-lagi Swiatek menunjukkan konsistensinya dengan merebut poin dan unggul 40-30.
Championship point itu tidak disia-siakan oleh Swiatek. Setelah sempat mendapat tekanan Kenin, Swiatek berhasil save, bahkan pengembalian bola dengan pukulan forehand-nya yang sangat terarah dan cepat ke sisi kiri Kenin tak dapat dijangkau. Lagai final pun berakhir.
Iga Swiatek berdiri diam sambil menutup mulutnya, seolah ia tidak percaya. Setelah berdiam sejenak, ia beranjak menemui Kenin. Sesaat kemudian barulah Swiatek meluapkan kegembiraannya dan menangis haru.