Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Buah Simalakama Covid-19 Kesehatan atau Ekonomi?

23 Juli 2020   20:15 Diperbarui: 23 Juli 2020   20:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO

Pilihan antara kesehatan atau ekonomi dalam situasi pandemi yang masih belum "terkendali"  saat ini, ibarat pilihan buah simalaka, maju kena mundur pun kena, bisa juga ibarat pertanyaan duluan mana ayam atau telur. 

Perdebatan akan panjang, dengan beragam argumen, yang jelasnya apapun kebijakan yang diambil jika berlandaskan pilihan antara kesehatan atau ekonomi, pasti akan menyebabkan permasalahan baru yang bisa jadi akan menambah serius permasalahan yang dihadapi. 

Proteksi kesehatan yang ketat jelas akan berdampak serius pada perekonomian, dan jika perekonomian "hancur" maka yang terancam bukan hanya kesehatan tapi semua sektor akan terimbas dan kolaps. 

Namun harus diingat pula jika Pandemi covid-19 ini tidak terkendali dan menyerang banyak orang, dalam arti covid-19 ini telah dihapus dari daftar ancaman kesehatan serius, maka dapat dibayangkan pada akhirnya ekonomi akan hancur dengan sendirinya, jika SDM yang ada telah terpapar secara massal.

Betul secara kesehatan sebagaimana rilis resmi WHO, bahwa penyakit Corona ini 80% penderitanya dapat sembuh dengan sendirinya meski tanpa pengobatan, dan hanya 1 dari 6 (+/- 15%) penderita yang mengalami gejala berat, dan tingkat kematian sebagaimana yang kita lihat sekarang berkisar di 4-5%, ini tentu terlihat jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan penyakit menular seperti demam berdarah atau TBC yang 100% harus mendapatkan perawatan. 

Akan tetapi catatan khusus, covid-19 ini tingkat penularannya sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari flu biasa, dengan daya tular yang sangat cepat, persentase yang kecil "resiko parah" akan menjadi besar secara kuantitas jika yang terpapar juga besar. Jika diandai-andai saja, secara hitungan kasar misalnya 15% penduduk positif terjangkit corona virus, dari 220 juta penduduk berarti ada 33 juta orang yang akan terjangkit, 20% dari 33 juta itu berarti ada 6.6 juta orang yang akan membutuhkan perawatan dan dari jumlah itu 1.1 juta orang akan mengalami gejala yang parah, jika ini terjadi maka ketakutan massal pasti melanda, ini juga akan memberi tekanan negatif bagi semua sektor yang pada akhirnya membuat ekonomi jadi hancur.

Pilihan terbijak dari kondisi yang kita hadapi ini, adalah pemerintah mengakomodir semua kepentingan dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru di segala sektor, tidak boleh ada pengabaian dari salah satu masalah, semua adalah prioritas. Pelonggaran yang harus diterapkan adalah pelonggaran yang bertanggungjawab, harus ada aturan tegas yang mencakup sanksi dan juga apresiasi. 

Dalam hal kebijakan penanganan covid-19, adalah suatu yang lumrah jika terjadi pro dan kontra, antara ekonomi dan kesehatan, mungkin sudah banyak yang abai terhadap ancaman serius covid-19, dan melihatnya sebagai penyakit kacangan, padahal kondisi "ringan" yang mereka rasakan ini, sesungguhnya adalah berkat kebijakan SERIUS pemerintah dalam menangani covid-19, bukan penyakitnya yang ringan dan terkendali, tapi ini semua adalah karena KEPEDULIAN SERIUS pemerintah, walaupun kebijakan yang ditempuh itu masih belum sepenuhnya memenuhi standar kebijakan terbaik yang harus dilakukan. 

Termasuk didalam kebijakan penting pemerintah adalah rilis informasi data kasus konfirmasi positif harian, termasuk konfirmasi kasus sembuh dan kasus kematian. Bahkan jika perlu sekarang waktunya dibuka saja, siapa nama pasien positif, dimana alamat tempat tinggal dan dimana tempat bekerjanya. 

Kenapa harus demikian? Karena sekarang ini orang sudah banyak yang tidak peduli lagi, tidak takut lagi dengan ancaman penyakit corona ini, dan bagi mereka-mereka yang masih mengkhawatirkan ancaman serius covid-19 ini, bisa tahu bagaimana harus bersikap secara terukur dan bertanggungjawab, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi penderita dan suspek corona tersebut. 

In my humble opinion data kasus konfirmasi positif, data kasus sembuh, hingga data kasus kematian wajib di rilis agar diketahui oleh masyarakat, sebagai kontrol kewaspadaan awal agar membuat masyarakat lebih berhati-hati, lebih tenang dan lebih produktif dalam beraktivitas. 

Satu contoh yang memprihatinkan terkait kebijakan penanganan covid-19 ini yang menyebabkan kebingungan dan ketidakmengertian yang berdampak sangat kontra produktif, yakni kejadian hari ini 23/07/2020, beberapa orang pasien positif covid-19 yang diisolasi di Rumah Sakit Umum Propinsi Bahteramas kota Kendari, mengamuk tidak mau diisolasi, mereka memecahkan kaca hingga menyerang petugas medis, sehingga terpaksa harus melibatkan petugas kepolisian untuk mengendalikan situasi. 

Perkembangan lebih lanjut kejadian ini belum saya ketahui, karena informasi yang beredar sangat dibatasi. Kami hanya berharap semoga kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah mengakomodir semua kepentingan. 

Pengabaian terhadap kepentingan kesehatan ataupun kepentingan ekonomi pasti akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kebijakan pemerintah, dan jika hal ini terjadi akan menjadi kontra produktif terhadap upaya percepatan pengananan pandemi covid-19 ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun