Di suatu malam kupertanyakan segala resah atas hidupku yang bagai tertulis di atas kertas halimun. Kutumpahkan semua keinginan, setelah lama gundah gulana merundung mendiami lorong-lorong pengap dan gelap jiwaku. Berharap tanyaku terbang mengangkasa menembus ruang kehampaan dan langsung mengetuk pintu pemilik kuasa
Di dalam tanya gulanaku tersisip berlipat-lipat harap yang membiak dan beranak pinak dipupuk kegalauan. Mungkin pada munajat malam ini, rumpun tanya yang berserak di wajah malam akan terkumpul dan menemui jawab.
Kepada langit tempatku menatap, kularungkan bait-bait tanyaku yang meracau, yang telah tertulis sejak silam, kucuran keringat telah ruah, tetesan air mata mengalir dari ratap yang mendayu bagai curahan hujan yang luruh tak ingin reda di punggung bukit tandus
Tiba-tiba pendar kilau cemeti malaikat menyeruak bersama gemuruhnya yang mengguntur. Sejuta tanyaku pulang, kembali teronggok di pangkuanku.Â
Namun kini tanyaku telah menanggalkan selimutnya, ternyata ia adalah jawab yang selama ini kusangka hilang. Pijar-pijarnya bercahaya bertahta anggun di mahkota malam.Â
Mengiang di benakku pesan sang guru "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Senandung mahluk malam hadirkan simponi pengantar tidur, sejuta tanyaku kini menjadi tilam empuk peraduanku, lelapku pulas menuju pagi yang menjanjikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H