Ketika nurani disampirkan pada dinding kezalimanÂ
Sebagai sekat yang menipu dan jawaban atas kegundahanÂ
Para anak manusia yang kehilangan suarÂ
Dimana sesungguhnya pelabuhan harapan itu?
Ketika pun ada kesadaran yang masih tersisa sedikit,Â
Itu hanya mampu sampai pada batas diam....
Betapa malangnya hidup di negeri para durjana
Yang lain telah berlari laksana meteor jatuh
Sementara ia hanya berjalan mengikuti angin sepoi-sepoi
Kebanggaan semu tersampir di pucuk kepalanya
Namun itu bukanlah mahkota berkilau
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!