Mohon tunggu...
Christine Mariska
Christine Mariska Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

-

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bandung, Siapkah Menjadi Kota Wisata?

9 Juni 2011   13:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:41 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_115393" align="aligncenter" width="640" caption="KOMPAS/WISNU WIDIANTORO"][/caption] [caption id="attachment_113293" align="alignleft" width="404" caption="beuki heurin Bandung teh euy!"][/caption] Hanya dalam hitungan hari, tepatnya 17 Juni 2011, Trans Studio Bandung, kawasan wisata yang memiliki luas 4,2 hektare dan memiliki nilai investasi mencapai 2 Triliun (Pikiran rakyat, 8/4) ini akan dibuka. Trans Studio Bandung yang berlokasi berdampingan dengan Bandung Super Mall ini konon memiliki luas dua kali lipat dibanding Trans Studio Makassar sebagai pendahulunya. "Kalau diibaratkan, luasa are Trans Studio Bandung ini sama dengan delapan kali luas lapangan sepakbola," ujar Direktur Utama PT Para Bandung Propertindo Wibowo Iman Sumantri. Pendirian wisata indoor yang diklaim sebagai taman rekreasi indoor terbesar di dunia ini mempersiapkan 20 wahana hiburan untuk seluruh keluarga yang tentunya menimbulkan rasa penasaran dan seketika akan menjadi magnet wisata baru di kota Bandung. Kabarnya Trans Studio Bandung juga akan dilengkapi dengan 600 unit kamar hotel bintang tiga, dan 400 unit kamar hotel bintang enam, yang baru pertama kali ada di Kota Bandung. Keberadaan hotel ini juga untuk menampung wisatawan yang berasal dari negara-negara di Asia ke Trans Studio Bandung. Pihak Trans Studio Bandung sendiri menargetkan 2 hingga 3 juta pengunjung dalam setahun. Tentu suatu kebanggaan dan angin segar bagi kota Bandung yang kabarnya semakin dilirik para investor untuk menanamkan modal. Selain itu, kehadiran Trans Studio Bandung ini juga mengurangi angka pengangguran di Bandung karena menyedot sekitar 1.200 pegawai yang diperebutkan oleh sekitar 35.000 pelamar. Devisa kota Bandung sudah dipastikan akan mengalami penggendutan akibat gebrakan wisata ini. Namun sudah siapkah jalanan kota Bandung menghadapi prediksi lonjakan wisatawan pengunjung Trans Studio ini? Tercatat pada 3 Juni 2011 kemarin saat libur panjang, sekitar 100.000 kendaraan memasuki kota Bandung dan menimbulkan antrian di gerbang-gerbang tol dan daerah-daerah yang sering menjadi serbuan wisatawan seperti kawasan Ir. H. Djuanda (Dago), Setiabudhi, Cihampelas, Cipaganti. Kemacetan tersebut tidak semata-mata diakibatkan oleh lonjakan wisatawan, namun infrastruktur dan kondisi jalanan di kota Bandung yang masih perlu dibenahi juga merupakan faktor penting yang berperan dalam kemacetan tersebut. Sebagai contoh, jalanan berlubang yang masih sering ditemukan di Bandung membuat laju kendaraan yang melalui jalan tersebut melambat dan menimbulkan penumpukan jumlah kendaraan, banyaknya pasar tumpah yang menghambat mobilitas lalu lintas seperti di kawasan Otista (Pasar Baru), Dalem Kaum (Mesjid Agung), Gasibu, Pasar Simpang yang meski sering dilakukan penertiban namun pada akhirnya akan kembali seperti semula serta ruas jalan yang pendek dan relatif sempit untuk menampung para pendatang. Beberapa solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi kemacetan ini bisa dilakukan diantaranya dengan mengimbangi pembangunan daerah wisata dengan alat transportasi yang efisien dan penambahan flyover di kawasan yang menjadi pusat keramaian. Selain itu, cara penertiban kaki lima yang seolah tanpa hasil mungkin bisa diganti dengan cara lain yang lebih menyentuh akar permasalahan, misalnya dengan melakukan penyebaran pusat keramaian agar  konsentrasi wisatawan tidak terpusat pada beberapa titik saja. Dengan masih banyaknya pembenahan di berbagai sektor, siapkah Bandung menyambut lonjakan wisatawan domestik dan mancanegara? Kita tunggu kelanjutan sikap pemerintah kota Bandung. [CM]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun