Mengasuh anak merupakan tantangan besar yang sering kali menguji kesabaran orang tua. Tidak jarang, dalam situasi yang penuh tekanan, orang tua kehilangan kendali dan memarahi anak mereka. Namun, apakah memarahi anak adalah cara yang efektif untuk mendisiplinkan mereka? Banyak penelitian menunjukkan bahwa memarahi anak secara berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang serius terhadap perkembangan psikologis mereka.
1. Perasaan Takut dan Cemas
Anak-anak yang sering dimarahi cenderung merasa takut dan cemas. Suasana rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman malah menjadi sumber stres bagi mereka. Ketakutan ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan kecemasan, sulit tidur, atau bahkan menghindari interaksi dengan orang tua.
Sebagai contoh, ketika anak dimarahi karena melakukan kesalahan kecil, mereka mungkin akan merasa takut untuk mencoba hal-hal baru karena khawatir akan dimarahi lagi. Ini bisa membatasi eksplorasi dan perkembangan mereka.
2. Penurunan Kepercayaan Diri
Anak-anak belajar memahami nilai diri mereka dari bagaimana mereka diperlakukan oleh orang tua. Jika mereka sering dimarahi atau dikritik, mereka akan mulai meragukan kemampuan mereka sendiri. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak kepercayaan diri mereka.
Anak yang tumbuh dengan rasa percaya diri rendah mungkin merasa tidak layak, kurang berani menghadapi tantangan, dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Padahal, masa kanak-kanak adalah waktu yang penting untuk membangun fondasi rasa percaya diri.
3. Munculnya Perilaku Agresif
Ironisnya, memarahi anak tidak selalu membuat mereka menjadi lebih patuh. Sebaliknya, anak yang sering dimarahi justru bisa meniru perilaku tersebut dan menjadi agresif. Mereka mungkin akan memarahi teman, adik, atau bahkan hewan peliharaan mereka sebagai cara mengekspresikan frustrasi.
Perilaku agresif ini bisa terbawa hingga dewasa, memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain di lingkungan sosial maupun pekerjaan.