Seseorang yang sering berkomunikasi intens dengan lawan jenis mungkin merasa bersalah, terutama jika komunikasi tersebut dilakukan secara diam-diam. Rasa bersalah ini dapat memicu konflik batin, seperti perasaan tertekan atau stres, karena ia menyadari bahwa tindakannya tidak sesuai dengan nilai-nilai kesetiaan dalam pernikahan.
2. Menimbulkan Ketergantungan Emosional
Chat intens dengan lawan jenis dapat menciptakan ketergantungan emosional, terutama jika seseorang merasa nyaman berbagi masalah atau perasaan dengan orang lain selain pasangannya. Ketergantungan ini bisa mengalihkan perhatian dan energi emosional yang seharusnya diberikan kepada pasangan, sehingga hubungan suami-istri menjadi renggang.
3. Merusak Hubungan Pernikahan
Jika kebiasaan ini terus berlangsung, potensi keretakan hubungan pernikahan menjadi semakin besar. Pasangan yang merasa diabaikan atau dikhianati secara emosional bisa mengalami tekanan psikologis seperti kecemasan, depresi, atau bahkan trauma emosional. Hal ini tidak hanya berdampak pada kedua belah pihak, tetapi juga pada anak-anak jika mereka ada dalam keluarga tersebut.
Menjaga pernikahan berarti menjaga batasan-batasan yang sehat dalam interaksi dengan orang lain, termasuk dalam hal komunikasi dengan lawan jenis. Membatasi komunikasi intens dengan lawan jenis bukan berarti membatasi kebebasan, melainkan langkah untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan hubungan.Â
Dengan saling menghormati, menjaga kesetiaan, dan memberikan kepercayaan kepada pasangan, pernikahan dapat menjadi hubungan yang kokoh, harmonis, dan bebas dari konflik yang tidak perlu.
SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H