Mohon tunggu...
Christopher Ronaldo
Christopher Ronaldo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seni akan mewarnai kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Social Media dan Beauty Privilage

9 Juli 2023   18:38 Diperbarui: 9 Juli 2023   18:47 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Di era digitalisasi saat ini, media sosial telah menjadi platform yang kuat dalam membentuk persepsi kita tentang kecantikan. Dalam esai kali ini, saya  melakukan wawancara dengan seorang pengguna aktif media sosial bernama Joseph Alloysius Ruben. Sebagai seorang yang aktif di media sosial, Ruben seringkali membicarakan tentang praktik beauty privilege yang marak terjadi dalam kehidupan bersosial media. Namun, sebelum kita lebih lanjut membahas topik kali ini, bagaimana sosial media bisa berdampak dalam kehidupan sehari hari? "Media sosial berdampak besar pada kehidupan, karena kita seringkali mengupload postingan, aktivitas sehari-hari, bahkan juga hal yang pribadi sekalipun." Tutur Ruben dalam wawancara Rabu (3/7).

     Cara kita menggunakan media sosial tentu berpengaruh juga kepada pengguna lainnya, apakah kita memberikan komentar yang positif? atau negatif? atau hanya memberikan komentar positif kepada mereka yang memiliki standar kecantikan tertentu? Iya, seringkali dalam kehidupan media sosial, kita akan lebih banyak menemukan pengguna hanya menanggapi pengguna lain yang memiliki standar tersebut. Menurut Ruben, beauty privilege dalam konteks media sosial adalah kecantikan dalam standar tertentu menjadikan pengguna menjadi lebih superior dalam media sosial karena memiliki banyak pengikut. Tentu cara pandang pengguna terhadap beauty privilege berbeda-beda, karena memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai seseorang secara fisik.

     Di samping hal tersebut, saya pun mengajukan pertanyaan mengenai dampak psikologis terhadap mereka yang tidak memenuhi standar. Menurut narasumber, ada dampak psikologis yang ditemukan pada mereka yang merasa tidak memenuhi standar dan terdapat 2 jenis sifat, yaitu konstruktif (terdorong untuk dapat memenuhi standar dari beauty privilege) dan destruktif (merasa diri mereka selalu kurang dibanding pengguna lain atau insecure). Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang, tetapi dua hal tersebut sama saja tidak menghargai diri sendiri. Karena, jika kita memaksa untuk memenuhi standar beauty privilege atau insecure dengan diri sendiri akan membuat depresi dan stres. Selain itu, untuk meminimalisir hal tersebut agar tidak terjadi adalah dengan menghilangkan bias terhadap orang-orang yang menarik secara fisik.

     Banyak pengguna yang kurang peduli terhadap mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan membuat topik ini menjadi biasa,  sehingga  menjadikan hal tersebut sebagai lelucon, dan tak sadar akan akibat yang terjadi dari sebuah komentar yang mereka ketikan tanpa pikir panjang. "Namun, daripada kita mengomentari bagaimana idealnya seorang wanita ataupun pria dengan standar tertentu, yang harus ditanamkan dalam diri adalah rasa percaya diri. Karena, beauty privilege tidak mempengaruhi hidup kalian ketika kita memiliki standar masing masing" Tutur Ruben.

     Dari hasil wawancara saya dengan narasumber, dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial dapat menjadi sebuah tempat terjadinya perundungan secara verbal. Namun, banyak dari kita yang menganggap sepele masalah tersebut tanpa memikirkan perasaan korban. Sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya kita sadar dan merubah cara pandang kita terhadap kecantikan untuk membuktikan tidak ada lagi standar untuk mendapatkan beauty privilege.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun