Mohon tunggu...
Margaretta Christita
Margaretta Christita Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just write and love it!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masuk Pasar Tomohon, Lupakan Sejenak Konservasi

19 Februari 2013   12:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaiknya anda tidak sedang makan saat membaca tulisan ini

Perjalanan saya di pulau sulawesi ini akhirnya menghantarkan saya pada Pasar Tomohon. Ya, pasar yang kerap saya dengar sebelumnya, pasar terbesar di wilayah Indonesia timur. Pasar yang berlokasi di Tomohon , Sulawesi Utara ini sangat unik. Bukan karena Tomohon yang sejuk dan banyak bunganya saja, melankan karena barang kebutuhan yang dijual di pasar ini begitu beragam terutama jika kita masuk ke bagian los penjual daging. Jika pada umumnya di Jawaatau tempat lain kita hanya menjumpai daging sapi, ayam, bebek, dan di beberapapasar terdapat daging babi, maka di pasar ini kita bisa temukan : kelelawar, kucing, anjing, babi hutan, tikus ekor putihhingga ikan-ikan laut berukuransangat besar. Berkunjung ke pasar ini memang butuh nyali jika kita tidak tega melihat anjing dan kucing yang dikenal sebagai sahabat manusia dalam keadaan diasap. Ular yang sudah dipisahkan dari isi perutnya dan digantungsiap dikilo. Silahkan menikmati foto saya sebagai oleh-oleh

Mungkin bagi para konservasionis dan penyayang binatang ini sangat tidak masuk akal.Kelelawar dan ular tentu saja sudah masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi. Sedangkan Kucing dan Anjing? Tentu saja hewan peliharaan yang unyu-unyu ini membuat sebagian besar orang menyayanginya dan tidak akan tega membuat mereka menderita.Kelelawar yang ditempai ini disebut paniki dengan mudah kita bawa pulang dengan membayar 25 ribu untuk satu ekor ukuran sedang.

Coba kita melihat dari kacamata yang lain, sisi konservasi dan sisi budaya masyarakat lokal tentu suatu hal yang berbeda. Pasar ini dan tentu saja makanan ekstrim ini tentu saja sudah ada sejak jaman dahulu dan menjadi bagian hidup dari budaya masyarakat setempat. Sementara dunia konservasi terutama perlindungan satwa tentu akan meneriakkan suatu hal yangbertolak belakang. Lepas dari pro kontra yang terjadi Pasar menarik ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagiwisatawan yang penasaran.

Untuk memasuki pasar ini cobalah sejenak menjadi bagian dari masyarakat setempat, tanggalkan beberapa saat jiwa konservasi anda dan jika memang tidak tega atau banyak berpikir mengenai kelanjutan biodiversitylebih baik anda masuk ke bagian bunga dan sayur. Cukup menyegarkan mata.

Selain mentahnya, untuk menikmati kuliner ekstrim ini juga tergantung pada kepercayaan anda(halal dan haramnya) dan..... hati nurani anda.

Bagi saya menu siang ini cukup membuat saya tersenyum datar. Paniki masak santan , tikus ekor putih masak rica dan yang paling normal adalah cakalang fufu masak rica.

13612770121170150539
13612770121170150539
13612772051090984109
13612772051090984109
13612775381360456191
13612775381360456191

13612780901509711975
13612780901509711975
13612782031048232887
13612782031048232887
1361278317456810968
1361278317456810968
foto : koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun