Siapa yang tidak mengenal cerita fantasi seorang pangeran yang terkena kutukan sehingga menjadi buruk rupa seperti monster dan kutukan itu dapat hilang hanya dengan satu syarat yaitu ketika sang pangeran menemukan cinta sejatinya. Benar sekali, itu merupakan kisah dari cerita Beauty and The Beast yang tayang pada tahun 1991.
Beauty and The Beast merupakan cerita dari Stephen Chbosky, Evan Spiliotopoulos, dan Linda Woolverton yang di produksi oleh Walt Disney Picture dan sudah di remake menjadi film fantasi musikal di tahun 2017 yang disutradarai oleh Bill Condon. Â
Film Beauty and The Beast yang digarap oleh Bill Condon sudah tidak menggunakan animasi lagi melainkan akan diperankan oleh aktris dan aktor yang terkenal.Â
Salah satunya adalah Dan Stevens yang memerankan tokoh pangeran terkutuk dengan wujud monster. Monster yang ada didalam cerita Beauty and The Beast merupakan campuran antara binatang srigala dan beruang.Â
Untuk menyerupai kedua hal tersebut selain Dan Stevens harus menggunakan kostum ada pula rahasia dibalik film Beauty and The Beast yaitu teknologi canggih yang dapat mengubah wajah tampan Dan Stavens menjadi tampak realistis seperti monster binatang campuran srigala dan beruang yaitu teknologi motion capture.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan teknologi motion capture yang digunakan ketika syuting film Beauty and The Beast? Mari kita simak ulasan berikut
Motion capture merupakan sebuah teknologi yang dapat merekam gerak secara nyata dari manusia dan dimasukkan kedalam versi digital, gambar yang dihasilkan bisa berupa gambar dua dimensi maupun tiga dimensi. Cara kerja dari motion capture tentunya dibantu oleh adanya software yang dapat merekam pergerakan dari pemain film  ditambah dengan kecanggihan pengolahan karakter yang diinginkan (Larasti, 2018).
Motion capture memiliki dua tipe yaitu:
    1. Optical Motion Capture System
    2. Non-Optical Motion Capture System