Sahabat, sebetulnya kalau mau jujur kenapa teror terus berulang di Indonesia adalah karena tidak ada yang berani tegas terhadap OTAK yang mengatur STRATEGI TEROR.
Pelaku dan kelompoknya hanyalah PION-PION yang sebenarnya terputus dari OTAK teroris. Pelaku dan kelompoknya bisa jadi murni masalah ideologi, akidah atau syariah. Dan biasanya mereka tidak sadar kalau DIPERALAT oleh OTAK yang terdiri dari beberapa level di atasnya.
Walau memang ada pelaku teror yang independen seperti kasus bom Mal Alam Sutera yang bermotif pemerasan. Tetapi yang seperti ini sangat jarang.
Terus terang kita masyarakat hanya disajikan kisah yang mengejar dan memburu PARA PION-PION ini saja. ELITE atau OTAK nya sama sekali belum tersentuh.
Kalau diperhatikan baik-baik aneka terorisme di Indonesia dari setelah reformasi sampai saat ini, kita bisa rasakan pada masa tertentu pola dan pelakunya sejenis, setelah itu muncul pola dan pelaku yang sejenis selama masa tertentu dan seterusnya.
Bahkan terorisme dari tahun 2004-2014 sangat amat menarik untuk diperhatikan, karena pulse atau detak jantungnya sangat mirip dengan detak jantung politik dalam negeri Indonesia saat itu. Saat itu jika ada isu politik yang sedang hot, eee tiba-tiba saja ada bom yang meledak dan seterusnya.
Ada strategi besar yang dimainkan, disetiap masa tertentu.
Nah kalau Inteligen kita kuat sebetulnya elite atau OTAK teror itu dengan mudah diindentifikasi. Tantangan selanjutnya adalah harus bisa DIBUKTIKAN. Ini yang perlu kelihaian khusus. Jika ELITE atau OTAK ini BISA DISENTUH maka CORE PROBLEM TERORISME bisa diselesaikan di TITIK PUSAT nya.
Menyelesaikan terorisme BUKAN MENGOBATI tetapi MENCEGAH, BUKAN HANYA MENYEMBUHKAN SYMPTOMS ATAU GEJALA, tetapi HARUS LANGSUNG KE SUMBERnya.
Pada jaman Soeharto bisa langsung jatuhkan cap subversif dan hilangkan. Ini juga yang masih berlaku di Singapura. Tapi tantangan Indonesia saat ini sebagai negara DEMOKRASI adalah kita harus menghargai HAK AZAS MANUSIA.
NAH ! Jadi untuk iklim DEMOKRASI Indonesia saat ini, INTELIGEN HARUS BENAR BENAR BENAR KUAT. Itu yang belum kita miliki.