Mohon tunggu...
Christovita Wiloto
Christovita Wiloto Mohon Tunggu... Konsultan - Christovita Wiloto, Sangat mencintai Indonesia, lahir di Cilincing di akhir tahun 60an, penulis buku The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines. Pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Christovita Wiloto, Sangat mencintai Indonesia, lahir di Cilincing di akhir tahun 60an, penulis buku The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines. Pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Paskah: Tuhan datang ke Rumah Koster, Penjaga Gereja

31 Maret 2013   00:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:58 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Paijo seorang koster, atau penjaga gereja, gereja kecil yang tinggal sebatang kara, yakin tadi malam Tuhan berkata padanya bahwa  hari ini Tuhan akan datang ke rumah Paijo.

Sejak kemarin gereja memang sudah bersih, setelah kebaktian paskah usai sampai tadi malam Paijo sibuk membersihkan gereja. Lampu yang mati sudah dia ganti dan kabel sound system yang sempat rusak sudah dia perbaiki kemarin. Genteng yang bocor karena hujan yang ekstra lebat, juga sudah diganti dan diperbaiki.

Subuh hari ini Paijo sudah membersihkan dan menata rumah sangat rapi dan indah. Dia sudah memasak lontong, opor, sambal goreng komplit, enak sekali. Karena Tuhan akan datang ke rumahnya ini, yang sempit di belakang gereja.

Hampir saat makan siang tiba, pintu diketuk. Paijo segera lari dengan riang gembira, ketika pintu dibuka, seorang pengemis tua dengan baju compang camping  tanpa alas kaki berdiri menggigil kelaparan.

Hati Paijo sangat kasihan terhadap pengemis itu, ia mengajak pengemis itu ke meja makannya, menyuguhinya lontong komplit hangat dan sirup dingin yang lezat. Setelah itu dia minta pengemis itu mandi dan memberinya baju baru miliknya dan juga sandal. Pengemis itu terharu menangis, berterima kasih dan pergi.

Paijo kembali menantikan kehadiran Tuhan di rumahnya. Pintu diketuk orang dan Paijo melompat girang membuka pintu. Bukan Tuhan yang berdiri di depan pintu, tetapi seorang nenek tua yang nampak sedih.

Paijo mengajak nenek tersebut duduk di ruang tamu, ia menyuguhi semua kue-kue  yang dia miliki dan segelas coklat hangat yang lezat. Paijo mengajak ngobrol nenek tersebut dan dengan gembira Paijo menceritakan hal-hal lucu, sehingga nenek itu tertawa-tawa gembira. Waktu sudah lewat senja dan nenek tersebutpun pamit dengan sangat berbahagia.

Paijo kembali menantikan kapan Tuhan akan datang, sesuai janjiNya. Walau hari hampir larut malam, namun ia masih berharap.

Hari sudah hampir jam 9 malam, pintu diketuk, Paijo pun berlari dan membuka pintu. Bukan Tuhan, tetapi seorang anak kecil yang, aduuh, menggigil kedinginan.

Paijo mengajak anak itu masuk, ia mengambil jaketnya yang hangat, memberi anak itu makan lontong lengkap dan susu hangat, sambil berbincang-bincang. Paijo pun memberi anak itu sepatu bot dan topinya. Setelah kenyang, anak itu pun berterima kasih dan pamit pulang.

Hari sudah jam 12 malam, Paijo pun siap untuk tidur, dia berpikir, rupanya Tuhan tidak jadi datang hari ini.

Namun tiba-tiba suara mengiang keras di hatinya, "Paijo, Aku Tuhan, Aku hari ini datang ke rumah mu. Aku tidak pernah ingkar janji. Hari ini Aku datang 3 kali ke rumah mu. Siang tadi aku datang sebagai seorang pengemis tua, sore hari Aku datang lagi sebagai seorang nenek tua, dan malam hari aku datang sebagai sebagai anak kecil. Dan Aku sangat menikmati kehangatan hatimu, Aku menikmati lontong opor komplit mu, Aku menikmati coklat dan susu hangatmu, Aku menikmati kue-kue mu, Aku menikmati baju, jaket dan sepatu mu. Aku sangat menikmati kebaikan mu. Terima kasih Paijo, atas kebaikanmu pada Ku hari ini."

Malam itu Paijo pun tidur dengan menangis sangat bahagia, karena Ia telah menjamu kehadiran Tuhan di rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun