Mohon tunggu...
Christo Santos
Christo Santos Mohon Tunggu... Penulis - Sang Musafir Sajak

Aku ragu ada dan tiadaku. Namun cinta mengumumkan aku, Aku ada!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mualaf Mencari Sensasi dan Kebenaran yang Terabaikan

13 Januari 2022   09:51 Diperbarui: 13 Januari 2022   09:57 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran dalam tema ini sudah bertahun-tahun menghantui pikiran saya dan kerukunan umat beragama sedikit terganggu. Banyak sekali persoalan-persoalan tentang agama baik itu tuduhan, ketidakbenaran agama tertentu maupun kafir. Persoalan yang cukup menarik adalah Mualaf. 

Mualaf dikaitkan dengan perpindahan agama tertentu (non muslim) masuk dalam lingkaran muslim yang dinyatakan sah secara ajarannya. Saya merasa ada ketidakbenaran dan untuk itu sedikit menjelaskan tanpa mengurangi rasa hormat saya cinta akan toleransi.

Setiap warga negara berhak memilih agama yang dianutnya sebagai jalan kebenaran. Jadi sah-sah saja entah dia mualaf ataupun menganut ajaran iman agama lain selama itu menurutnya benar. Namun yang tidak benar adalah menjelekkan agama lain dalam konteks agama yang dianutnya. 

Bahkan beberapa diantara mereka hijrah ke muslim mendapat posisi sebagai ustad bahkan ahli bidang ilmu agama yang dianutnya. Padahal mereka pun bukan sarjana teologi atau bidang ilmu tertentu dalam teologi.

Sebut saja Steven Indra Wibowo (SIB) yang mengakui dirinya sebagai mantan pastor tetapi setelah dicek, tidak bukti bahwa dia seorang pastor Katolik. Gereja Katolik sangat kritis berkaitan dengan dokumen-dokumen seperti itu. Itu adalah kebohongan. Justru Steven Indra Wibowo tidak hanya membohongi Gereja Katolik tetapi juga umat islam pada umumnya. 

Dalam tulisan https://www.portal-islam.id/2015/04/kisah-mualafnya-steven-indra-wibowo.html menjelaskan jika ayah dan ibunya adalah seorang Protestan (bukan Katolik) tetapi dalam pernyataan tersebut ayahnya menginginkan SIB mengikuti jejak ayahnya yang juga merupakan seorang bruder katolik. 

Tahukah anda bahwa untuk menjadi seorang biarawan/biarawati Katolik syarat mutlak adalah Katolik sementara ayah-ibunya adalah protestan dan biarawan/biarawati Katolik bahkan seorang bruder pun tidak kawin atau seumur hidupnya melajang, lalu bagaimana SIB mengatakan ayahnya yang notabene seorang protestan menginginkan dirinya mengikuti jejaknya sebagai seorang bruder? Dalam tulisan diatas mulai dari status orangtua, pendidikan tentang teologi sangat tidak benar.

Padahal untuk menjadi seorang biarawan/biarawti, ia harus melewati proses pendidikan filasafat dan teologi secara mendalam setidaknya mengahbiskan waktu belasan tahun sebelum mereka berceramah pada umat Katolik. Harus menyangkal setiap tulisan didalamnya adalah kebohongan besar yang tidak mencerminkan akhlak yang baik. 

Anda bisa membuat perbandingan dalam tulisan tersebut dengan syarat-syarat menjadi imam katolik di web resmi milik Gereja Katolik dan bisa juga mengecek di buku-buku katolik maka anda akan menemukan kebenaran bahwa STEVEN INDRA WIBOWO telah menipu dan justeru banyak kalangan umat islam percaya begitu saja tanpa mengecek kebenaran ketimbangan mempercaya para ulama yang telah mempelari ajaran islam berpuluh-puluh tahun dengan ceramah yang sejuk mencerminkan wajah islam yang sesungguhnya.

Bahkan mereka yang mualaf tanpa ijazah sarjana teologi, beberapa diantara mereka dianggap sebagai ahli Kristologi padahal para Pastor Katolik yang belajar teologi secara khusus sekalipun mereka doktor teologi tidak menganggap diri sebagai seorang pakar Kristologi. Bagaimana menurut anda? Anggap saja mualaf kontroversial hanya mencari sensasi dan menutup kebenaran sebenarnya.

Tentu saja jika membahas satu-persatu tidak akan selesai. Pesan untuk para mualaf; jangan mencari sensasi dengan menjual kebenaran. Akhlak anda tidak ditentukan dengan seberapa anda menyesatkan orang lain tetapi bagaimana anda berceramah tentang kebaikan-kebaikan dalam hidup menurut ajaran yang sekarang anda anut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun