Mohon tunggu...
Christopher Valiant Setyoputro
Christopher Valiant Setyoputro Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar SMA Kanisius

Memberikan opini-opini berdasarkan prepektif anak SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi dan Keberagaman: Pengalaman Sebagai Orang Katolik di Pesantren

20 November 2024   09:01 Diperbarui: 20 November 2024   09:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak penting apa pun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu."  

-- Gus Dur  

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan bahasa, dan berbagai agama, negeri ini menjadi tempat pertemuan berbagai budaya dan tradisi. Namun, keberagaman ini tidak selalu mudah dijalani. Toleransi sering kali diuji oleh perbedaan pandangan dan cara hidup. Salah satu cara untuk memahami pentingnya toleransi adalah dengan melihat langsung kehidupan di tempat yang mempraktikkannya, seperti pesantren.  

Pesantren merupakan salah satu institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia. Selain menjadi tempat belajar agama, pesantren juga menjadi pusat pendidikan karakter. Kehidupan sehari-hari di pesantren mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kesederhanaan, dan, yang paling penting, toleransi. Meski dikenal sebagai tempat dengan identitas keislaman yang kuat, pesantren juga terbuka untuk berdialog dan berbagi nilai dengan siapa pun, tanpa memandang latar belakang agama atau budaya seperti contohnya pengalaman saya, sebagai orang Katolik yang berkunjung ke pesantren selama tiga hari.  

Berikut ini adalah pengalaman dan pelajaran yang bisa saya dapatkan selama di pesantren sebagai orang Katolik.

 Kehidupan Pesantren: Harmoni dalam Kesederhanaan  

Kehidupan di pesantren sangat sederhana. Santri, sebutan untuk para siswa, biasanya tinggal di asrama dengan fasilitas terbatas. Keseharian mereka diisi dengan belajar agama, kegiatan sekolah formal, serta berbagai aktivitas seperti seni dan olahraga. Semua ini dijalani dengan semangat yang tinggi meskipun sarana yang tersedia sering kali jauh dari kata mewah.  

Rutinitas di pesantren mengajarkan santri untuk hidup harmonis dengan orang lain. Mereka belajar berbagi ruang, makanan, dan pengalaman dengan teman-teman dari berbagai latar belakang. Nilai ini menjadi dasar penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan penuh toleransi.  

Selain itu, pesantren juga sering mengajarkan keterampilan praktis seperti seni, teknologi, dan bahasa. Pembelajaran ini menjadi sarana untuk membuka wawasan santri agar siap menghadapi keberagaman di luar pesantren. Interaksi dengan masyarakat luar, seperti melalui program kunjungan atau kerja sosial, juga sering dilakukan untuk memperkuat nilai toleransi.  

 Pelajaran Toleransi di Pesantren  

Toleransi di pesantren bukan hanya tentang menerima keberadaan orang lain yang berbeda, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghormati. Dalam konteks agama, hal ini terlihat dari cara santri mempraktikkan ajaran Islam yang penuh kasih dan rahmat. Prinsip rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) menjadi landasan dalam berinteraksi dengan siapa pun, tanpa memandang latar belakang agama atau suku.  

Diskusi tentang keberagaman sering menjadi bagian dari kegiatan pesantren. Para santri diajarkan bahwa Pancasila, sebagai dasar negara, adalah pedoman hidup yang relevan dalam keberagaman Indonesia. Nilai-nilai seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, ditekankan sebagai fondasi untuk membangun harmoni.  

Kehidupan pesantren juga menunjukkan bagaimana perbedaan bisa menjadi kekuatan. Misalnya, dalam aktivitas bersama, seperti bermain olahraga atau menonton pertunjukan seni, perbedaan latar belakang menjadi tidak relevan. Yang lebih penting adalah kebersamaan dan saling mendukung.  

 Toleransi dalam Perspektif Lebih Luas  

Toleransi tidak hanya menjadi isu di lingkup kecil seperti pesantren, tetapi juga tantangan besar bagi Indonesia secara keseluruhan. Dalam masyarakat yang beragam, prasangka dan stereotip sering kali menjadi penghalang untuk menciptakan hubungan yang harmonis. Di sinilah peran pendidikan toleransi menjadi sangat penting.  

Pesantren memberikan contoh konkret bagaimana keberagaman dapat dikelola dengan baik. Meskipun berbasis pada satu agama, pesantren tidak eksklusif dalam praktiknya. Kegiatan seperti diskusi lintas agama, kerja sama dengan komunitas lain, dan program pendidikan umum menunjukkan bahwa pesantren adalah ruang yang inklusif.  

Salah satu pelajaran penting dari pesantren adalah pentingnya dialog. Melalui dialog, prasangka bisa dikurangi, dan pemahaman yang lebih baik bisa terbangun. Dialog juga memberikan kesempatan untuk menemukan nilai-nilai universal yang dimiliki bersama, seperti cinta kasih, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama.  

 Mengapa Toleransi Penting?  

Seperti yang pernah dikatakan Gus Dur, "Tidak penting apa pun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." Pernyataan ini menegaskan bahwa perbuatan baik jauh lebih penting daripada identitas agama atau budaya seseorang.  

Toleransi menjadi kunci untuk menjaga keberagaman Indonesia sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Tanpa toleransi, keberagaman justru bisa menjadi sumber konflik. Sebaliknya, dengan toleransi, perbedaan menjadi dasar untuk saling melengkapi dan memperkaya kehidupan bersama.  

 Pendidikan sebagai Kunci Toleransi  

Pengalaman di pesantren menunjukkan bahwa toleransi tidak muncul begitu saja. Toleransi harus diajarkan dan dipraktikkan melalui interaksi langsung. Pendidikan menjadi alat utama untuk menanamkan nilai-nilai ini, terutama kepada generasi muda.  

Kegiatan lintas budaya atau lintas agama, seperti kunjungan ke pesantren atau komunitas lain, dapat menjadi cara efektif untuk membangun pemahaman. Melalui pertemuan langsung, stereotip dan prasangka bisa diluruskan. Selain itu, kegiatan semacam ini juga menciptakan ruang untuk berbagi pengalaman dan belajar dari sudut pandang yang berbeda.  

 Kesimpulan  

Toleransi adalah fondasi untuk menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Pesantren, sebagai bagian penting dari masyarakat Indonesia, memberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilai toleransi bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.  

Melalui kehidupan sederhana yang penuh dengan nilai kebersamaan, pesantren mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk menciptakan persaudaraan. Justru, perbedaan menjadi jembatan untuk saling mengenal dan memperkuat hubungan.  

Keberagaman Indonesia adalah kekayaan yang tak ternilai. Namun, keberagaman ini hanya akan menjadi kekuatan jika semua pihak mau menghormati dan menerima perbedaan. Pendidikan, dialog, dan interaksi langsung adalah kunci untuk mewujudkan masyarakat yang toleran.  

Dengan semangat seperti yang ditunjukkan pesantren, Indonesia dapat terus berdiri kokoh sebagai bangsa yang bersatu dalam keberagaman. Keberagaman bukanlah beban, melainkan anugerah yang harus dirayakan dengan penuh syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun