Mohon tunggu...
Christopher Lorence
Christopher Lorence Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entreprenenuer, Educator, and Konselor.IT

Opening doors to future computopia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Terjebak Dengan Terbatasnya Pilihan Karir? Ini Solusinya! (Bagian 1)

18 Juni 2022   02:05 Diperbarui: 18 Juni 2022   19:27 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sobat kompasiana, apakah sobat pernah berpikir kalau pilihan karir sobat terbatas? Sobat tidak sendiri, karena memang sebenarnya ada hal-hal yang membatasi pilihan karir kita. Hanya saja pada umumnya kita tidak menyadari hal-hal yang membatasi pilihan karir kita tersebut. 

Seperti teori medan yang dikemukakan oleh seorang psikolog terkenal Kurt Lewin, yang mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari orang tersebut dan lingkungannya. Pilihan karir kita juga demikian, pilihan karir kita merupakan fungsi dari kita dan lingkungan kita.

Oleh karen itu kita perlu menyadari bagaimana lingkungan membatasi atau mempengaruhi kita dalam memilih karir supaya kita dapat menyusun strategi untuk memperluas pilihan karir kita. Untuk itu berikut ini kita akan membahas tiga hal utama yang biasanya membatasi pilihan karir seseorang.

KELUARGA

(image from pexels.com)
(image from pexels.com)

Hal pertama yang membatasi pilihan karir kita adalah keluarga. Biasanya dalam bimbingan konseling karir, faktor ini kurang digali. Hal ini wajar karena pada umumnya orang masih beranggapan karir itu masalah pribadi orang perorangan dan tidak ada hubungannya dengan keluarga. Lalu bagaimana keluarga bisa membatasi pilihan karir kita?

Pertama karena kecenderungan kita dalam membuat urutan pilihan karir selalu dimulai dari karir yang kita sudah familiar atau kenal dengan baik. Oleh karena itu biasanya pilihan karir yang umum dalam keluarga kita (baik keluarga inti maupun keluarga besar) selalu menjadi pilihan pertama kita; dari kecil kita sudah akrab dengan karir tersebut.

Kedua keluarga  berdampak besar bagi kita. Bila ada kisah sedih yang pernah dialami oleh anggota keluarga kita dalam karir tertentu maka kita pun akan cenderung menghindari karir tersebut. Misalnya paman kita berkarir di minyak lepas pantai yang jarang pulang dan hal tersebut membuat sepupu kita sangat sedih karena jarang bertemu dengan ayahnya semenjak kecil maka kemungkinan kita akan menghindari karir tersebut di kemudian hari.

Ketiga keluarga adalah orang yang kita percayai, sehingga bila beberapa anggota keluarga yang memberikan nasihat bahwa karir tertentu tidak baik. Pada umumnya kita akan menghindarinya, kecuali kita memiliki dorongan yang sangat kuat barulah kita mengeksplorasi karir tersebut. Akan tetapi biasanya kita cenderung menghindarinya begitu saja tanpa mengeksplorasinya.

Lingkungan

(image from pexels.com)
(image from pexels.com)

Hal kedua yang membatasi pilihan karir kita adalah lingkungan sekitar kita, bisa lingkungan pendidikan kita, lingkungan persahabatan kita, atau bisa juga lingkungan geografis kita. Misalnya kita tinggal di daerah yang mayoritas penduduknya bertani maka biasanya pilihan karir kita berhubungan dengan pertanian. Kemungkinannya kecil untuk kita membayangkan berkarir di industri penerbangan misalnya.

Begitu juga dengan lingkungan keagamaan kita, hal ini dampaknya cukup signifikan; bahkan bisa melebihi keluarga kita. Bagaimana pemimpin agama kita, orang-orang yang kita hormati dalam lingkungan keagamaan kita melihat sebuah karir pasti akan berpengaruh terhadap cara pandang kita dalam memandang karir. Pilihan karir yang sering dibicarakan oleh mereka tentunya akan cenderung kita pilih.

Diri Sendiri

(image from pexels.com)
(image from pexels.com)

Hal ketiga yang membatasi pilihan karir kita adalah diri kita sendiri. Profil kepribadian, minat, hobi atau kesenangan kita, hal-hal ini pasti akan mempengaruhi pilihan karir kita. Bimbingan konseling karir biasanya kan lebih fokus pada hal ini saja dalam membantu seseorang untuk menemukan karir yang tepat.

Hanya saja memang biasanya susah untuk kita mengenali diri kita sendiri sepenuhnya, sehingga dalam menentukan pilihan karir, seringkali kita juga tidak jelas apa yang menjadi preferensi pribadi kita. Biasanya kita mencari tes-tes kepribadian dan semacamnya untuk membantu kita mengenali diri kita.

Selain kurang mengenal diri sendiri, kurangnya eksplorasi yang kita lakukan terhadap berbagai pilihan karir yang ada membuat wawasan pribadi kita tentang dunia karir menjadi kurang luas. Jalur yang harus ditempuh untuk menjadi seorang analis keuangan di perusahaan aset manajemen (perusahaan yang mengelola reksadana) misalnya, belum tentu kita tahu.

Dengan merefleksikan ketiga hal di atas kita mulai menyadari mengapa pilihan karir kita terbatas. Pada bagian yang kedua dari artikel ini kita akan mendiskusikan bersama langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk memperluas pilihan karir kita. Sampai berjumpa pada bagian yang kedua, jangan lupa untuk follow supaya tidak ketinggalan artikel berikutnya. See you!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun