Semua hal itu adalah biang kerok masalah-masalah infrastruktur di Indonesia.
Dan satu lagi, sampah. Iya sampah. Nggak ada ujungnya cerita sampah ini. Awalnya kita menikmati sesuatu. Eh, ada bagian yang tidak terpakai = sampah. Sampah harus dibuang. Kalau ada tempat sampah bagus. Kalau nggak ada, di tengah jalan juga oke lah. Di sungai juga nggak masalah, kan cuma satu doang. Iya sih, tapi begitu banyak orang yang berpikiran begitu, langsung muncul gunungan sampah dan pendangkalan sungai di mana-mana.
Jadi, solusi paling baik untuk mendukung perkembangan infrastruktur di negara kita tercinta adalah, ubah dulu diri kita. Siapkan diri untuk menghadapi inovasi-inovasi yang ada. Jangan sampai begitu muncul satu hal baru di kota kita, hal baru itu langsung rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Juga, kita sebaiknya memanfaatkan semua hal yang sudah disediakan. Seperti menggunakan kendaraan umum, atau naik kereta. Sebab semua pengguna kendaraan pribadi tuh yang ngambil sumbangsih saya dalam menambah pelanggaran di sekolah akibat saya terlambat.
Juga, yang terakhir, harus ada mental pemelihara di dalam diri kita. Adanya kepedulian untuk menjaga infrastruktur negara tentunya akan membuat alat-alat vital negara jadi lebih efektif. Terlebih, itu berarti kita juga harus mendukung perkembangannya. Seperti membayar pajak dengan rutin, atau membuat perubahan-perubahan kecil kayak ikut kerja bakti di lingkungan kita.
Sebab, katanya sih, perubahan diri sendiri adalah awal dari perubahan besar lingkungan sekitar. Salam perubahan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H