Kondisi kurs rupiah saat ini merupakan masalah yang gencar dibicarakan. Mengarungi krisis nilai tukar rupiah yang naik, kondisi nilai tukar rupiah menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Â
Kondisi saat ini, telah berlangsung penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) telah berlangsung sejak beberapa saat lalu.Â
Fluktuasi nilainya, baik naik maupun turun, telah menjadi perhatian utama banyak orang.Â
Ketika perekonomian terus melewati masa-masa yang tidak menentu, dampak perubahan-perubahan ini terhadap nilai rupiah tidak dapat dihiraukan.Â
CNBC Indonesia pada Sabtu (27/04/2024) mencatat kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) meningkat sekitar 0,12% pada nilai Rp16.205 per dolar AS. Bahkan pada Rabu (17/04/2024) nilai tukar rupiah melemah 0,49% menyentuh nilai Rp16.500 per dollar AS. Kondisi tersebut adalah kondisi terendah sejak April 2020.Â
Penyebab utama fluktuasi nilai rupiah ini adalah gejolak masalah geopolitik antara Iran dan Israel.
Seiring waktu, konflik tersebut akan memanas. Nilai tukar rupiah pastinya akan mulai melemah jika tidak dibuat kebijakan dan kepastian yang kuat.Â
Kejadian tersebut meningkatkan kewaspadaan investor yang memindahkan dana dari emerging market sehingga terjadi capital outflow untuk cari aman.Â
Banyak investor mencari aman di dolar, harga emas naik, dan saham-saham di AS. Faktor lainnya adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat juga yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan Indonesia.Â
Informasi dari bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed sepertinya akan memasang kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih tinggi. Dikutip dari Sri Mulyani, pelaku pasar saat ini sangat mengharapkan the Fed akan menurunkan suku bunga secara bertahap.Â
Namun harapan tersebut sia-sia karena the Fed tidak akan mengubah kebijakannya. Sekarang, Bank Indonesia diketahui meningkatkan suku bunga acuan BI-Rate 25 basis points (bps) menjadi 6,25% dengan tujuan menahan pelemahan Rupiah.Â
Pemerintah mengakui kondisi perekonomian saat ini sangat penuh guncangan dan ketidakpastian.Â
Kenaikan nilai tukar rupiah saat ini menyebabkan banyak dampak negatif seperti kenaikan harga impor, kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga produk dan kebutuhan pokok. Pada saatnya inflasi akan naik, terutama bahan-bahan impor.Â
Biaya minyak mentah dan logistik akan meningkat terutama karena adanya hambatan di jalur perdagangan di kawasan Timor Tengah.
Hal ini akan sungguh berdampak bagi masyarakat miskin karena kenaikan inflasi yang sungguh besar.Â
Serta hanya akan meningkatkan kesenjangan sosial di Indonesia secara berkelanjutan. Saat ini kewaspadaan terhadap nilai tukar rupiah harus ditingkatkan secara konsisten dalam mewujudkan persatuan.
Solusi terbaik dari permasalahan ini adalah meningkatkan jumlah ekspor seperti disampaikan oleh Muzani.Â
Muzani menyatakan bahwa dalam upaya meningkatkan ekspor, hanya bisa didorong dengan kondisi politik Indonesia yang damai.
 Salah satu cara yang penting adalah berinvestasi di dalam negeri, seperti investasi di industri, infrastruktur, dan teknologi.Â
Hal yang penting dilakukan masyarakat adalah memproduksi produk yang berkualitas tinggi dan mampu bersaing di bidang internasional.Â
Pemerintah juga harus mampu mengatur dan melepaskan ketergantungan impor minyak.Â
Ketergantungan impor minyak merupakan faktor yang menyebabkan inflasi terhadap minyak saat ini.Â
Walau saat ini sudah ada solusi jangka pendek dengan Bank Indonesia menaikan suku bunga, solusi jangka panjang tersebut adalah yang penting untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H