Mohon tunggu...
Kristoporus Ricky Richardo
Kristoporus Ricky Richardo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Biarawan

Mencoba untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keharmonisan dan Kebahagiaan Menurut Perspektif Konfusius

29 Maret 2022   21:35 Diperbarui: 29 Maret 2022   21:44 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konfusius berkata, "kalau memegang sikap dapat dipercaya itu dilandasi kebenaran, maka kata-katanya akan dapat dipercaya". Konfusius melihat bahwa xin diperlukan dalam membangun sebuah kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, bahkan xin dapat membangun dan mengatur sebuah negara. Menurutnya, apabila xin dalam sebuah negara tidak ada, maka negara akan menjadi chaos (kacau) dengan kebohongan, korupsi, menindas yang lemah dan bahkan administrasi negara tidak menyentuh kepentingan umum. Tetapi apabila pemerintahan didasarkan pada xin, maka akan lebih mengutamakan kepentingan bersama; sistem kokoh dan stabil; berbuah kepercayaan dari masyarakat.

Pemerintahan yang baik adalah mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya. Pemerintah yang baik memiliki pejabat dengan kata-kata, perbuatan dan janji yang dapat dipegang. Apabila kepercayaan ini dilanggar, maka rakyat akan berada di bawah bayang-bayang korupsi yang tinggi, ekonomi menurun, dan kemakmuran menjadi rendah. Oleh sebab itu, xin sangat penting bagi sebuah bangsa untuk memperkuat kultur kepercayaan yang tinggi bila ingin maju.

HARMONI DAN KEBAHAGIAAN 

Bila dipahami, Filsafat Tiongkok mengarah kepada kehidupan yang harmoni, toleransi dan perikemanusiaan. Diketahui bahwa, situasi yang terjadi pada zaman Konfusius diwarnai dengan situasi politik yang kacau antarpenguasa, pangeran tidak bertindak seperti pangeran dan warga negara tidak bertindak seperti warga negara. Sebab itu, Konfusius banyak sekali menyinggung permasalahan mengenai kebijakan pemerintah demi mensejahterahkan rakyatnya dengan aturan yang dilandaskan pada ren, zhi dan xin.

THE GOLDEN RULE 

The Golden Rule biasa disebut juga dengan aturan emas. Agama Kristiani mengartikan the golden rule sebagai hukum kasih atau hukum yang terutama. Dalam ajaran Konfusius, setiap jalan kebajikan memiliki the golden rule sendiri. Dalam ren (cinta kasih) secara jelas dikatakan, "apa yang diri sendiri tidak inginkan, jangan lakukan terhadap orang lain". Dalam zhi dikatakan, "seseorang disebut memiliki kebijaksanaan bila terlepas dari kebingungan, ketersesatan". Dalam xin dimaklumkan ke dalam sikap dan tindakan jujur, terbuka dan memiliki integritas. Pencapaian dari aturan emas ini menjadi jalan mencapai kehidupan sosial yang harmonis dan bahagia. Konfusius meyakini bahwa ren merupakan kunci awal untuk mencapai keharmonisan dan kebahagiaan. Sebab, apa yang tidak kita inginkan jangan pula kita lakukan kepada orang lain, apalagi bila tindakan kita dapat merugikan orang lain, masyarakat dan negara.

PENGARUH JALAN KEBAJIKAN BAGI KEHIDUPAN BERSOSIAL

 Jalan kebajikan Konfusius sejatinya tertuju kepada kehidupan sosial. Konfusius melihat bahwa aturan sebuah negara akan kacau apabila tidak dilandaskan pada sifat kebajikan tersebut. Bila sifat kebajikan itu ditanamkan dalam sebuah negara, maka kehidupan sosial akan menjadi makmur, ekonomi akan berkembang, rakyat menjadi patuh, harmoni dan bahagia. Saling tolong menolong bukan lagi karena paksaan, melainkan menjadi kebiasaan (habitus) yang akan terus-menerus diturunkan kepada generasi berikutnya.

RELEVANSI 

Penting bagi setiap negara untuk mengembangkan kesadaran moral bagi setiap individu. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang menyentuh kepentingan bersama. Faktanya, banyak kebijakan pemerintah yang belum menyentuh bagi kepentingan bersama, korupsi, kejahatan dan sikap egois kini tertanam dalam masyarakat. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius dari pemerintah dalam penanganan krisis sosial di Indonesia. Rasa kepedulian harus ditanamkan, pendidikan moral harus diterapkan bagi generasi muda. Dengan demikian, negara akan mudah memerintah dengan keutamaan moral, bukan lagi dengan aturan-aturan yang dirasa kurang adil bagi rakyat sederhana. Dalam situasi ini, 'homo homini socius' (manusia teman bagi sesamanya) dapat kita terapkan, Mengapa? Karena Manusia bukan melulu hidup berdasarkan rasionalitas saja, melainkan juga memiliki kepekaan untuk peduli terhadap yang lain.

Dalam ajaran politik Konfusius, tujuannya adalah kehidupan yang dilandasi oleh moral agar terciptanya hukum yang baik demi mencapai dunia yang damai dengan menciptakan masyarakat yang baik. Manusia harus mencapai tingkat tertinggi moralnya, yang disebut manusia unggul (Junzi). Tindakan pemerintah dalam mengambil kebijakan pasti memiliki efek bagi rakyat yang dipimpinnya. Bila pemimpin tidak lurus maka bawahannya akan menjadi hancur. Dengan demikian, apabila negara khususnya Indonesia ingin menerapkan kebijakan yang akan dipatuhi oleh masyarakat, seharusnya pemerintah berlaku baik sesuai dengan tugas yang diemban. Keadilan harus tercapai, terutama di tengah krisis sosial dan ekonomi saat ini. Pemerintah diharapkan tidak memanfaatkan keadaan demi kepentingan pribadi, melainkan berbuat baik demi kepentingan kehidupan bersama, sehingga kedamaian, keharmonisan dan kebahagiaan dalam suatu negara akan tercipta di tengah masyarakat itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun