2. Inflasi
Bunga yang diberikan oleh obligasi mungkin tidak mencukupi untuk mengimbangi inflasi, yang dapat mengurangi nilai riil dari investasi.
3. Fluktuasi Harga
Harga obligasi dapat berfluktuasi tergantung pada kondisi pasar. Jika tingkat suku bunga naik, harga obligasi akan turun karena investor akan mencari investasi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga turun, harga obligasi akan naik karena mereka menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga saat ini.
4. Risiko Tingkat Bunga
Obligasi juga memiliki risiko tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik, harga obligasi akan turun dan mengakibatkan kerugian bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo. Hal ini terjadi karena investor dapat memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari obligasi yang baru diterbitkan dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Selain itu, harga obligasi juga dapat berfluktuasi tergantung pada kondisi pasar. Jika tingkat suku bunga naik, harga obligasi akan turun karena investor akan mencari investasi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga turun, harga obligasi akan naik karena mereka menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga saat ini.
Salah satu faktor yang memengaruhi harga obligasi adalah peringkat kredit penerbit obligasi. Peringkat kredit ini menunjukkan tingkat risiko kredit dari penerbit obligasi. Penerbit dengan peringkat kredit yang lebih tinggi cenderung memberikan tingkat pengembalian yang lebih rendah, tetapi lebih aman dibandingkan dengan penerbit dengan peringkat kredit yang lebih rendah.
Obligasi juga dapat memainkan peran penting dalam diversifikasi portofolio investor. Karena obligasi cenderung lebih stabil daripada saham, mereka dapat membantu mengurangi risiko portofolio keseluruhan. Sebagai contoh, investor dapat mempertimbangkan untuk membeli kombinasi obligasi dan saham untuk mencapai keseimbangan antara risiko dan pengembalian.
(STUDI KASUS)
Obligasi adalah salah satu instrumen keuangan yang cukup populer di Indonesia. Obligasi dapat diartikan sebagai bentuk surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dan ditawarkan kepada investor. Investor yang membeli obligasi memberikan pinjaman kepada perusahaan atau pemerintah yang menerbitkan obligasi, dan dalam jangka waktu tertentu, mereka akan menerima pembayaran bunga dan pokok dari perusahaan atau pemerintah tersebut.
Obligasi menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik bagi para investor di Indonesia karena memiliki tingkat pengembalian yang relatif stabil dan cukup menjanjikan. Salah satu contoh obligasi yang populer di Indonesia adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
ORI pertama kali diterbitkan pada tahun 2006 dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan mendukung pengembangan pasar modal di Indonesia. ORI memiliki sejumlah keunggulan, antara lain tingkat pengembalian yang relatif tinggi dan terjamin oleh pemerintah, serta dapat dibeli dengan nominal yang terjangkau mulai dari Rp 1 juta. ORI juga memiliki tenor yang bervariasi mulai dari 3 tahun hingga 20 tahun, sehingga investor dapat memilih jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan investasi mereka.
Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam obligasi, investor perlu memahami risiko yang terkait dengan obligasi. Salah satu risiko yang harus diperhatikan oleh investor adalah risiko kredit, yaitu kemungkinan perusahaan atau pemerintah yang menerbitkan obligasi mengalami gagal bayar atau kebangkrutan.
Untuk meminimalkan risiko kredit, investor sebaiknya melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan atau pemerintah yang menerbitkan obligasi tersebut. Investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan dan perekonomian di Indonesia.