"Bukan urusan kita mebuat seisi bumi menjadi seragam. Tugas kita hidup nyaman, damai, bahagia dengan perbedaan tersebut." -- Pandji Pragiwaksono
Pertentangan atau pun perkelahian, kita sudah sering melihatnya bahkan merasakannya apalagi yang disebabkan oleh perbedaan ideologi, perbedaan pendapat atau pun perbedaan pandangan seseorang. Ya, memang tak bisa dipungkiri bahwa perbedaan dalam pendapat dan pandangan dari 2 atau lebih orang yang tidak mempunyai rasa toleransi akan mengarah kepada pertentangan. Lebih parahnya lagi dari pertentangan menjadi konflik atau perang yang menyeramkan dan korban jiwa yang sia-sia hilang.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan berbeda-beda yang dianugerahi pemikiran akal dan budi yang berbeda juga. Salah satunya dalam SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan). Karena ini, kadangkala terjadi konflik yang biasanya dimulai dari perbedaan pendapat/pandangan antar masyarakat atau pun negara. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut maka terjadilah suatu konflik yang dapat memecah-belahkan persatuan di suatu kelompok.
Kita sebagai manusia pasti tidak ingin termasuk dengan konflik atau peperangan. Orang tua terutama seorang ayah pun pasti tidak ingin untuk ikut dalam peperangan apalagi mengirim anaknya ke dalam medan pertempuran yang dapat menghilangkan nyawanya. Tidak mungkinlah orang tua melahirkan anaknya hanya untuk diikutkan dalam pertempuran dan langsung mati. Pastinya mereka ingin anaknya untuk hidup dibawah sinar matahari dengan senyuman diwajahnya.
Mari kita Kembali ke topik. Salah satu contoh dalam perang perbedaan ideologi/pandangan yaitu perang dingin yang disebabkan karena memiliki perbedaan pandangan dalam sistem pemerintahannya. Perang dingin ini pastinya kita sudah pernah mendengarnya, dengan dampaknya yang sangat besar dan telah mendunia. Nah penasaran benget kan sampai bisa mendunia. Tetapi apakah kalian tahu? Perang dingin yang pernah terjadi setelah perang dunia II atau tahun 1947 antara negara kubu komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet dan negara-negara kubu kapitalis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Kedua blok ini berupaya berebut pengaruh dan kekuasaan di dunia dengan mendukung pemerintahan yang memihak kepada pihaknya.
Singkatnya perang dingin memaksa banyak negara selain Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk memilih pihak, meskipun dengan sukarela maupun  terpaksa dan memberi alasan kedua negara ini untuk ikut campur pada urusan negara mereka.
Perseteruan antara ideologi komunisme dan kapitalisme ini menyebabkan banyak peperangan/konflik. Berbeda dengan peperangan senjata yang pernah kita lihat, perang dingin merupakan pertarungan ideologi antara AS dan Uni Soviet tanpa adanya serangan militer langsung. Dua sekutu tersebut saling memperebutkan pengaruh terhadap negara-negara lain dengan melakukan persaingan dalam hal politik, ekonomi, dan propaganda. Konflik kepentingan ini pun menyebabkan kudeta atau perebutan kekuasaan (pemerintahan) dengan paksa, saat negara adidaya ini mendukung pihak yang memiliki ideologi yang sama mengajak negara berkembang untuk merebut kekuasaan.
Perang dingin ini sangat mempengaruhi seluruh dunia apalagi di bidang ekonomi, yang mana peristiwa perang dingin ini mengakibatkan sistem ekonomi liberal dan kapitalis menyebar dan diterapkan oleh negara berkembang khususnya di kawasan atau daerah Eropa Barat, Asia, Afrika, dan Amerika.
Meskipun begitu, tetapi kita Indonesia yang termasuk dalam Asia yang memilih bersikap netral pada masa perang dingin dan berpartisipasi dalam pembentukan Gerakan Non-Blok (GNB). Jangan salah memahami, bukan karena kita takut tetapi karena Indonesia menganut paham politik luar negeri bebas aktif. Maka kita ikut berpartisipasi dalam organisasi GNB ini yang dibuat dalam Konferensi Asia-Afrika, merupakan himpunan negara yang baru merdeka yang tidak memihak pada salah satu blok, pada masa perang dingin. Bukan hanya itu, Indonesia juga menjadi peran yang penting dalam organisasi ini, karena menjadi tuan rumah penyelenggaraan KAA tahun 1955 yang terletak di Bandung dalam mendirikan GNB.
Saat itu merupakan masa-masa paling mencemaskan bagi semua penduduk dunia karena khawatir jika peperangan tersebut berubah haluan menjadi perang senjata, nuklir atau perang dunia ketiga. Menyeramkan bukan jika menjadi perang dunia ketiga? Mari kita ke masa lalu dan mencari tahu awal mulanya, mengapa perang dingin bisa terjadi?
Awal mulanya, saat masa Perang Dunia II Amerika Serikat dan Uni Soviet bergabung di Blok Sekutu untuk melawan Blok Poros yang terdiri dari Jerman, Jepang, dan italia. Di tahun 1945, Amerika Serikat berhasil mengalahkan Jepang dengan menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Sehingga Perang Dunia ke-2 dimenangkan oleh Amerika Serikat negara Blok Sekutu dan menjadi negara adidaya. Tetapi karena Amerika Serikat dan Uni Soviet bertentangan dalam ideologi dan pandangannya, ingin menyebarkan pengaruh ideologinya yang dianggap merasa lebih benar.
Sehingga, berakhirnya Perang Dunia II juga awal tumbuhnya kebencian kedua belah pihak yang baru. Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet kemudian berpecah karena permusuhan dan kebencian antar kedua belah pihak yang sudah semakin membesar. Saat Jerman dan Blok Poros kalah dalam perang dunia II, ketiganya bersepakat membuat perjanjian yang bernama Perjanjian Postdam untuk membagi wilayah Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.
Jerman pun terbagi menjadi dua Jerman Barat yang ada di bawah kekuasaan Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat, sementara Jerman Timur dibawah kekuasaan Uni Soviet. Bukan hanya itu, Uni Soviet juga menguasai bekas jajahan Jerman di Eropa Timur dan Eropa Tengah, juga menyebarkan pengaruh komunismenya di seluruh wilayah tersebut.
Hal ini membuat Amerika Serikat dan Inggris khawatir akan pengaruh komunisme yang akan mengganggu perkembangan mereka di Eropa Barat. Kemudian Amerika Serikat menjalankan Marshall Plan, rencana dalam bidang perekonomian untuk membangun kekuatan ekonomi negara Eropa, sementara Uni Soviet menjalankan Molotov Plan untuk membantu pembangunan negara timur yang secara politik dan ekonomi yang mendekati sistem dari Uni Soviet.
Perang dingin perlahan berakhir pada tahun 1980-an, seiring melemahnya blok komunis dan penyebaran demokrasi di Eropa. Karena melemahnya Uni Soviet memberi kesempatan bagi negara-negara di Eropa untuk melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Di Eropa negara yang merdeka seperti Ukraina, Lithuania, Latvia, Estonia, Belarus dan Moldova. Dan runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 dianggap sebagai penutup/akhir dari perang dingin.
Kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang mampu berpikir secara "open-minded" harus mampu merefleksikan dari sejarah-sejarah yang pernah terjadi dan apa yang telah kita lakukan agar konflik ini tidak muncul kembali.
Sehingga dengan adanya semangat persatuan, maka kita tidak berkarakteristik seperti kaca yang mudah terpecah belah. Sebenernya akar masalah dari konflik-konflik seperti ini yaitu kurangnya rasa toleransi antar sesama dan adanya sikap saling menerima dalam kelebihan dan kekurangan.
Penyelesaian dari konflik seperti ini seharusnya dapat ditangani dengan cara memiliki sikap seperti di atas, tetapi jika memang adanya pertentangan maka dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat atau perundingan. Bukan dengan cara menunjukan kekuatan untuk memenangkan pendapat atau pandangan dari pihak lain.
Sumber:
- Buku Sejarah Minat untuk SMA/MA Kelas XII Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
- https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/09/090000379/peran-indonesia-dalam-perang-dingin?page=allÂ
- https://internasional.kompas.com/read/2021/11/02/170345970/4-dampak-perang-dingin-secara-global-positif-dan-negatif?page=allÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H