Mohon tunggu...
christinnal
christinnal Mohon Tunggu... Lainnya - Musafir

Segala cinta adalah milik Allah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan di baris senja

18 Desember 2024   16:45 Diperbarui: 18 Desember 2024   16:35 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto perempuan di senja,sumber:canva edit

 perempuan itu tengah  berdiri dipojok rumahnya,Sementara dua buah lilin kecil berdiri tegak  bernyala tepat di depan arca Sang Bunda Tuhan. Ia sedikit mendongak,sehingga  tatkala menangis, terlihat jelas air mata itu mengalir deras pada kedua pipinya yg tidak lagi terlihat muda ,Ia berdiri diantara dua kursi kayu bercat biru

Sesekali ia menghela nafas, sepertinya  telah melalui tragedy besar atau kah seseorang sedang ia nantikan ataukah kehilangan seseorang yang ia cintai dalam hidupnya. Itu adalah kemungkinan besar yang bisa aku gambarkan tentang dia. Dan yang pasti aku tidak mendengar siapa yang sedang ia rapalkan dalam rintihannya itu. kesedihan itu telah melunturkan kedua bola mata ranumnya , dan seperti yang kau tahu aku paling tidak bisa menyaksikan wanita menangis apalagi tepat didepanku ,karena itu akan membuatku ikut menangis . Lalu jiwa nuragaku kembali memberontak dan bermaksud  memberikan pundakku untuknya, sebagai tempat ternyaman bagi  perempuan  paruh baya itu , yah mungkin  sedikit kuat untuk mengokohkan kakinya agar bisa berdiri teguh dihadapan Allah yang tengah iya rayu . Aku mencoba mendekatinya,tapi aku terhalang oleh isak tangisnya yang kencang sehingga aku mengurung niat tindakan terbaik daripada pencitraan . Ia memekik dalam sepi sepertinya sedang mengugat keberadaan Tuhan dalam doa. Aku jadi ingat peristiwa 1 bulan yang lalu telah meluluh- lantahkan perasaan ku, peristiwa itu seakan-sekan menciptakan plot baru dalam hidupku, perihnya seperti kembali menjadi konflik utama dalam sebuah novel yang aku adalah protagonisnya, dan alur itu tidak pernah membawa klimaks yang harapan akhirnya tercipta happy ending seperti dalam  beberapa novel terlaris yang sering aku baca.

Ada kasih  yang harus diberikan, begitu gumamku dalam hati yang  berani siap menyapa wanita itu sebelum ia beranjak dari tempatnya itu ,namun tragisnya dua langkah sebelum sampai pada pojoknya itu, dengan tangan lembut iya mengayun jendela rumahnya itu hendak menutup ” Ada rencana dan kasih Tuhan yang tak bisa dikompromikan dengan manusia” tuturnya dengan wajah yang penuh sumringah.

Aku membatu, berdiri penuh bungkam .Lalu kembali penuh euphoria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun