Mohon tunggu...
Christine Febriyani BR Silaen
Christine Febriyani BR Silaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

International Relations 23 Universitas sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konstruktivisme dan Realitas Baru: Menyikapi Perubahan dalam Hubungan Internasional

27 September 2024   23:28 Diperbarui: 28 September 2024   02:12 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan internasional (HI) telah mengalami banyak perubahan penting karena berbagai faktor global. Di tengah perdebatan antara teori-teori lama seperti realisme dan liberalisme, konstruktivisme muncul sebagai pendekatan baru yang membantu kita memahami fenomena internasional dengan cara yang berbeda. Dalam artikel ini akan menjelaskan bagaimana konstruktivisme beradaptasi dengan realitas baru dan memberikan wawasan tentang interaksi antarnegara.

Apa Itu Konstruktivisme?

Konstruktivisme merupakan aliran penelitian hubungan internasional yang menekankan bahwa realitas internasional dibentuk oleh interaksi sosial antar aktor di dunia, seperti negara, organisasi, dan individu. Berbeda dengan pendekatan lain yang berfokus pada kekuatan militer dan kepentingan negara, konstruktivisme berasumsi bahwa ide, norma, dan identitas berperan penting dalam menentukan bagaimana negara berperilaku. Alexander Wendt, seorang tokoh penting dalam konstruktivisme, mengatakan bahwa "anarki adalah apa yang dibuat oleh negara" yang berarti bahwa cara kita melihat dunia dapat mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi.

Kritik Terhadap Teori Lama

Realisme biasanya dikontraskan dengan idealisme atau liberalisme, yang cenderung menekankan kerja sama. Kaum realis menganggap aktor-aktor utama di arena internasional adalah negara-negara, yang peduli dengan keamanan mereka sendiri, bertindak untuk mengejar kepentingan nasional mereka sendiri, dan berjuang untuk mendapatkan kekuasaan. Sedangkan, Liberalisme memandang dunia secara 'bottom up' yaitu tindakan negara dan interaksi antar bangsa di dunia hanyalah hasil dari dinamika politik domestik. Teori realisme dan liberalisme sering kali dianggap tidak cukup untuk menjelaskan perubahan-perubahan baru di dunia. Misalnya, munculnya kelompok teroris, organisasi non-pemerintah (LSM), serta isu-isu global seperti perubahan iklim dan migrasi. Konstruktivisme mengkritik pandangan bahwa kepentingan negara selalu tetap dan objektif. Sebaliknya, identitas dan kepentingan negara dibentuk melalui interaksi sosial dan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat.

Peran Ide dan Norma dalam Hubungan Internasional

Salah satu peran utama dari konstruktivisme adalah penekanan pada pentingnya ide dan norma dalam membentuk kebijakan luar negeri. Konstruktivis percaya bahwa norma-norma sosial dapat mempengaruhi keputusan negara dalam hal kerja sama atau konflik. Misalnya, norma-norma tentang hak asasi manusia yang telah menjadi faktor penting dalam menentukan bagaimana dunia memberikan responsnya terhadap pelanggaran hak asasi di berbagai negara. Dengan hal itu, pemahaman tentang hubungan internasional tidak hanya bergantung pada kekuatan material tetapi juga mencakup aspek-aspek ideologis.


Contoh Kasus: Konflik di Timur Tengah

Untuk lebih memahami bagaimana konstruktivisme bekerja dalam situasi nyata, kita bisa melihat konflik di Timur Tengah. Dalam kasus ini, identitas etnis dan agama sangat mempengaruhi dinamika konflik. Konstruktivis berpendapat bahwa pemahaman tentang identitas ini perlu dipertimbangkan untuk menemukan solusi yang efektif. Misalnya, upaya pendamaian di Irak setelah jatuhnya rezim Saddam Hussein tidak hanya memerlukan pendekatan militer atau politik tetapi juga pemahaman mendalam tentang identitas sektarian yang ada di masyarakat Irak.

Kesimpulan

Nah, jadi Konstruktivisme memberikan perspektif penting dalam memahami perubahan yang terjadi dalam hubungan internasional. Dengan menekankan peran ide, norma, dan identitas, pendekatan ini membantu kita memahami kompleksitas interaksi global saat ini. Di era di mana tantangan baru terus muncul---seperti populisme global dan ketidakpastian ekonomi---penting bagi para akademisi dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kontribusi konstruktivisme sebagai alat analisis untuk merumuskan strategi yang lebih baik.

Dengan demikian, konstruktivisme bukan hanya alternatif bagi teori-teori lama tetapi juga menjadi jembatan untuk memahami realitas baru yang berkembang di dunia internasional. Melalui pendekatan ini juga, kita dapat menemukan cara-cara baru untuk menghadapi tantangan global dengan lebih adaptif dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun