Tanggal 2 Mei 2023 kami para guru penggerak memasuki modul 3.2 dengan materi tentang "Pemimpin dalam pengelolaan Sumber Daya". Seperti biasa kami mendapat tugas untuk membuat jurnal refleksi yang berisi tentang refleksi kami sebagai guru penggerak tentang hal-hal apa saja yang sudah kami dapatkan dalam materi ini. Kali ini saya akan menggunakan model F4 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (Facts, Feelings, Findings, Future) dalam menuliskan jurnal reflekssi saya.
1. Peristiwa (Facts)
Cara pemberian materi pada Pendidikan Guru Penggerak menggunakan alur MERDEKA. Pada saat memasuki sebuah sub modul baru, kami selalu memulai dengan belajar secara mandiri, namun pada kesempatan itu kami seperti menggali pengetahuan kami masing-masing. Seberapa luas pengetahuan kami tentang materi yang akan kami pelajari. Bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi dan biasanya sesuai dengan apa yang terjadi di sekolah kita atau di sekitar sekolah kita.
Kegiatan selanjutnya kami masuk ke eksplorasi konsep. Pada fase ini kami masih belajar mandiri. Di situ kami mendapat banyak materi yang bisa kami dalami masing-masing. Kami juga berdiskusi secara daring. Apapun dapat kami kemukakan seputar materi tersebut, dan teman-teman juga dapat mengomentari apa yang kami tulis, sehingga kita banyak mendapatkan hal baru dari cara pandang teman daring kami.Pada modul 3.2 ini kami berdiskusi tentang sekolah sebagai ekosistem, Pedekatan Berbasis Kekurangan dan Pendekatan Berbasis Aset, Sejarah singkat Pendekatan Asser-Based Comunnity Development, dan aset-aset dalam sebuah komunitas.
Setelah kami mendapat cukup materi dan konsep, kami bertemu secara daring pada RuKol 1 (Ruang Kolaborasi 1) kami masuk dalam kelompok-kelompok kecil. Biasanya kami juga bertukar silang peserta, hal ini juga semakin menambah wawasan kami. Dalam RuKol ini kami didampingi oleh fasilitator kami Bapak Ismail. Beliau semakin membuat kami lebih paham tentang materi yang kami pelajari secara mandiri. Dalam kelompok tersebut, para CGP diminta untuk dapat mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolahnya dan strategi pemanfaatannya secara efektif. Pemetaan aset sekolah harus kami presentasikan kepada kelompok lain pada saat ruang kolaborasi 2 di modul 3.2.
2. Perasaan (Feelings)
Setelah mempelajari modul 3.2 saya merasa menemukan hal baru, selama ini kami memanfaatkan aset juga namun kurang dikenali, aset-aset apa saja walaupun kami menggunakannya. Istilahnya kami kurang memetakan aset yang ada sehingga ada beberapa aset yang kurang maksimal pemanfatannya. Kadang dengan tidak dipetakan, aset yang ada terlupakan. Maka menurut saya hal ini adalah sesuatu yang menambah pengetahuan saya. Tentunya Pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) ini harus juga disampaikan kepada segenap komunitas sekolah agar mereka juga tahu aset apa saja yang ada di sekolah dan sekitarnya.
3. Pembelajaran (Findings)
Setelah masuk diskusi dalam ruang kolaborasi 1 dan 2, ada banyak hal positif yang bisa saya dapatkan. Saya dapat menarik benang merah dari materi di modul 3.2. Banyak hal positif yang saya peroleh. Modul ini lebih menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Kita diwajibkan untuk mengubah paradigma/pola pikir kita yang cenderung menggunakan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit Based Thinking).
Di modul ini, kami juga belajar tentang keberadaan sekolah sebagai ekosistem yaitu sebagai bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup: murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orangtua murid/wali, dan masyarakat sekitar sekolah) dan abiotik ( unsur yang tidak hidup: keuangan, sarana dan prasarana).
Dalam materi modul 3.2 ini, kami juga membedakan tujuh aset utama yang dimiliki oleh lingkungan sekolah meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya. Dengan kita mengetahui aset-aset di sekolah kita, maka kita diharapkan memiliki strategi pemanfaatannya sehingga kita dapat sungguh memaksimalkan apa yang kita miliki.
4. Penerapan (Future)
CGP di harapkan dapat menerapkan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset (Asset-Based Community Development/ABCD) yang sudah dipahaminya. Penerapan PKBA dapat membantu sekolah membangun ekosistem yang lebih baik. Dengan memaksimalkan PKBA, maka kualitas kegiatan di satuan pendidikan akan lebih baik karena banyaknya hal yang mendukung pembelajaran.
Guru Bergerak, Indonesia Maju!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H