Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa kita sebagai pemimpin pembelajaran memang sering berada pada permasalahan pilihan atau dilema, di mana kita harus memenuhi tuntutan kurikulum, namun kita ketahui sendiri saat ini kita sangat perlu memberikan bekal kepada peserta didik dalam berperilaku dan bersikap yang sopan dan berbudi luhur, namun kadang tentang karakter ini malah menjadi nomor berikut dalam kita mendidik.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai atau prinsip yang saya anut dalam pengambilan keputusan adalah nilai reflektif, kolaborasi, mandiri, dan inovatif, sehingga setiap keputusan yang saya ambil dengan berpegang teguh pada nilai positif di atas.Â
Saya berharap keputusan yang saya ambil nantinya adalah keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak pada murid sehingga akan menghasilkan lingkungan belajar yang positif, aman, nyaman dan kondusif.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Dengan menjadi coaching yang baik, guru dapat membantu peserta didik menyingkirkan segala hambatan dalam proses belajar murid. Saya berharap dapat berkontribusi  menjadi coach dan mampu memberi motivasi dan membantu peserta didik untuk menemukan potensinya secara maksimal.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Kita sebagi pendidik adalah seoarng seniman, seperti kata KHD, kita ibaratkan anak didik kita adalah biji yang kita semai, kita sebagai petaninya. Bagaimana kita merawat biji tersebut agar tumbuh dan berkembang dengan baik, itu adalah sebuah seni.Â
Begitu juga ketika kita menjadi penuntun bagi murid-murdi kita, bagaimana kita membantu murid kita agar memunculkan potensinya sehingga akhirnya dapat mencapai kodratnya.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Pratap Triloka, ing ngarso sung tulada memberikan pengaruh kepada kita sebagai pemimpin pembelajaran (guru) dalam mengambil keputusan. Ki Hajar Dewantara menganggap seorang guru itu adalah di gugu dan ditiru, karena ditiru  maka harus memberikan teladan yang baik, memberikan praktik baik dalam setiap tingkah lakunya.
Ketika mengambil keputusan, seorang guru harus mengusahakan karsa atau usahanya sebagai wujud nyata filosofi pratap Triloka Ing madyo Mangun Karso yang akhirnya akan membantu murid untuk dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. Dalam hal ini guru hanya menuntun, hanya menjadi pamong saja yang selalu mengarahkan murid-muridnya agar menemukan cara menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin tentunya sangat dipengaruhi oleh nilai kebajikan yang dianut atau yang tertanam dalam diri sang pemimpin. Karena hal itu akan sedikit banyak memengaruhi pemikiran kita, maka jika seseorang memiliki perilaku dan nilai-nilai yang baik di dalam dirinya, otomatis hal itu akan memengaruhinya dalam mengambil keputusan, tentu keputusan yang dibuatnya tidak semata-mata pada kepentingan pribadi namun lebih peduli kepada orang lain.Â
Maka sangatlah penting kita memupuk nilai-nilai positif di dalam diri kita dan itu harus ada dalam diri seorang pemimpin.
Kaitan materi ini dengan materi coaching juga dapat terlihat dengan jelas. Ketika kita mampu menjadi sorang caoch yang baik, kita mampu presence dan mengendalikan diri kita, maka jiwa pemimpin kita juga akan semakin baik. Mengapa?Â
Karena dengan demikian seorang pemimpin mampu membantu memecahkan masalah dengan kemampuan dia mendengarkan masalah dengan penuh perhatian dan fokus, membimbing coachee dan menuntunnya sehingga si coachee mampu mengeluarkan potensinya untuk menemukan atau mengidentifikasi masalah yang ditemuinya dan menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Oleh karenanya konsep coaching TIRTA sangat sesuai dengan 9 langkah pengambilan kepputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.Â
Antara materi coaching dan materi pengambilan keputusan di modul 3.1 ini ada hubungan yang sangat jelas, keduanya sama-sama mengambil keputusan. Dalam coaching si Coach menuntun coachee agar dapat menentukan pemecahan masalahnya secara mandiri, sedangkan dalam pengambilan keputusan juga belajar menentukan keputtusan apa yang akan diambil. Namun bedanya adalah dalam modul 3.1 ini kami belajar bagaimana membuat sebuah keputusan dengan analisa yang lebih tajam, bahkan ada pengujiannya. Namun peran materi coaching lebih fokus pada bagaimana si penuntun coachee ini mampu menggali dan menjadi pendengar yang baik bagi rekan sejawatnya, memiliki presence, dan mendengarkan dengan RASA.
Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini diberi panduan berupa paradigma, prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dalam pengambilan keputusan hendaknya kita selalu mampu mengelola sosial emosionalnya. Kadang ketika kita mengambil keputusan, kita lebih mengedepankan perasaan ketimbang keobyektifan.
Setelah mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan  serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat membedakan dilema etika atau bujukan moral.
Kompetensi sosio emosional dalam diri kita akan menimbulkan simpati dan empati ketika melihat orang lain mendapat permasalahan. Kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, akibatnya kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis kebajikan moral, dan bertanggungjawab dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu:
Individu vs masyarakat
Rasa keadilan vs rasa kasihan
Kebenaran vs kesetiaan
Jangka pendek vs jangka panjang
Â
Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu: prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran atau pendidik, pada gilirannya juga akan menghadapi kasus, baik itu kasus dilema etika atau bentuk kasus bujukan moral selain kasus yang disampaikan di LMS, ada juga kita dituntut untuk menggunakan kasus-kasus nyata dalam kelompok. Apa fungsinya?
 Agar kita semakin lebih dekat dengan permasalahan yang sering terjadi di sekolah kita. Sehingga kita semkin mudah untuk mengidentifikasi kasus-kasus serupa yang terjadi di sekitar kita. Hal ini juga berkaitan dengan nilai-nilai  positif yang kita anut. Tentu saja dengan berbekal nilai-nilai kebajikan tersebut akan kita gunakan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada.
Dalam modul ini (3.1) lingkungan sekolah masing-masing. Â Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru.Â
Hal ini tentu akan memberikan panduan agar guru dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan oleh seorang pimpinan jika tepat maka akan berdampak pada kenyaman, keamanan, suasana yang kondusif, dan lingkungan sekolah yang positif. Namun jika pengambilan keputusan yang diambil sudah benar maka hal ini akan memengaruhi suasana lingkungan sekolah dan berdampak buruk terhadap jalannya kegiatan sekolah tersebut.
Untuk melakukan perubahan yang kita inginkan tentu saja kita dapat menggunakan sebuah pendekatan yang inkuiri apresiatif, pendekatan ini mengumpulkan segala hal yang positif yang dimiliki untuk merintis perubahan kepada yang lebih baik.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan pengambilan keputusan dalam lingkungan sekolah saya terhadap kasus dilema etika ini adalah ada pada komunikasi kedua belah pihak. Kadangkala komunikasi ini kurang efektif sehingga kasus semakin melebar. Ketika saya cermati lebih dalam ternyata pimpinan unit di tempat saya bekerja lebih mengedepankan nilai kepedulian.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Benar, pasti sulit jika sebuah kebiasaan dalam suatu komunitas yang sudah membudaya kemudian ada hal baru masuk untuk sedikit merubah budaya itu, tentu akan menimbulkan pro dan kontra. Namun jika kita lebih telaten dan mencoba mengenalkan kepada mereka hal baru atau budaya baru yang lebih baik, tentu suatu ketika akan terlihat juga hasilnya.Â
Nah dari hasil yang dicapai dan pengalaman yang diperoleh positif, pasti akan sedikit banyak memengaruhi pendangan mereka tentang hal ini. Ibarat kata batu yang besar dan kokoh, lama kelamaan akan aus juga karena tetesan air setiap hari.Â
Begitu juga pandangan manusia, jika kita terus menerus mendengungkan dan memberi praktik baik, niscaya juga akan terbuka wawasan orang terhadap apa yang kita lakukan. Tetap semangat dalam hal ini.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Menurut KHD (Ki Hajar Dewantara) seorang guru adalah juga seorang pamong dalam pembelajaran. Guru menuntun muridnya untuk menemukan kodratnya sendiri. Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran, kalau diibaratkan dia adalah petani yang menyemai benih, disiram, dirawat, dipupuk benih itu dan akhirnya tumbuh dengan subur.Â
Sedangkan murid adalah sebagai benih yang disemai. Begitu juga dalam kenyataannya, guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi seluruh siswanya, sehingga siswa mendapat arahan sesuai kompetensinya tersebut.Â
Oleh karena itu setiap keputusan dan arahan guru yang bijak dan tepat akan memengaruhi dan  dalam menuntun murid ke arah yang lebih baik. Mencapai cita-cita, menggapai keselamatan, dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.Â
Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Keterampilan mengambil keputusan adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sesuai dengan yang sudah saya pelajari tentang filosofi Ki Hajar Dewantara:
a. Pengambilan keputusan harus berdasarkan budaya positif dengan menggunakan alur BAGJA yaitu akronim dari Buat pertanyaan-Ambil Pelajaran-Gali mimpi-Jabarkan rencana-dan Atur Eksekusi. Dengan menggunakan alur BAGJA dan pendekatan Inkuiry Apresiatif maka akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, nyaman, dan aman (wll Being).
Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.Â
Tanpa disadari keputusan itu akan memengaruhi cara berpikir dan karakter/perilaku siswa. Banyak masalah dalam lingkup sekolah yang notabene merupakan tempatnya mentranfer ilmu pastinya banyak proses pengambilan keputusan untuk kebijakan-kebijakan yang diambil sekolah.
Guru juga sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengambil keputusan  dengan tetap memegang teguh aturan dan prinsip nilai kebajikan yang ada di kelas maupun di sekolah itu sendiri.
b. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menjadi cerdas, berkarakter, menuju profil pelajar pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam prosesnya menuju pelajar pancasila tentu banyak permasalahan baik itu kasus dilema etika maupun bujukan moral.Â
Sehingga perlu adanya sembilan langkah dalam mengambil keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tetap mengedepankan kebajikan moral, bertanggung jawab, dan berpihak kepada murid.Â
Ini adalah satu hal yang harus selalu kita ingat untuk akhir dari setiap keputusan kita. Dalam proses belajar kita juga harus memperhatikan kebutuhan murid, sehingga dengan kompetensi yang berbeda, namun dapat mengakomodir semua kebutuhan siswa. Inilah yang dinamakan pembelajaran berdiferensiasi. Kita memenuhi kebutuhan siswa dari konten materi, prosesnya, dan pengerjaan produknya. Semua siswa dapat belajar sesuai minat, bakat, dan gaya belajarnya.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Paradigma pengambilan keputusan :
Ada 4 model/pola/paradigma yang terjadi pada sitausi diema etika:
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Â Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Â Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Â Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Prinsip mengambil keputusan
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika antara lain:
1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
2. Â Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
3. Â Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri anda
Tahapan pengambilan dan pengujian keputusan:
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
Pengujian paradigma benar atau salah
Prinsip pengambilan keputusan
Investigasi trilema
Buat keputusan
Tinjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah selama ini saya dan rekan saya jika mengalami permasalahan selalu berpikir cepat dan saat itu juga tanpa menganalisa secara detail, kami hanya menyiapkan data dan konfirmasi lalu kami putuskan, menurut saya ini terlalu reaktif dalam mengambil keputusan.Â
Setelah belajar modul ini ternyata mata kami terbuka. Banyak tambahan pengetahuan yang kami belum dapatkan. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan pemikiran cepat saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Ini menurut saya adalah hal yang sangat tak terduga dan membuat saya merasa beruntung banyak belajar di PGP.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil  keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak menganalisis 4 paradigma, 3 prinsip,  9 langkah pengambilan keputusan. Karena memang belum mengenal konsep tersebut. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari intuisi saya saja, berdiskusi dengan rekan struktural, dan bertanya kepada panutan saya seperti misalnya bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman.
Itu menandakan saya masih kurang percaya diri karena belum ada aturan jelas tentang mengambil keputusan. Namun dengan adanya materi di modul 3.1 ini pasti akan lebih membuat saya berani mengambil keputusan dengan tegas karena sudah dilakukan dengan alur yang benar dan juga pengujian yang valid. Â
Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih paham dalam pengambilan keputusan, tentu saya merasa lebih percaya diri  dalam mengambil keputusan terutama sebagai pemimpin pembelajaran, karena dapat memastkan keputusan yang saya ambil tepat atau efektif, sudah melalui proses pengujian keputusan yang terdiri dari 9 angkah tersebut, tentu saja saya harus tetap beridskusi  dengan rekan sejawat yang saya anggap menjadi panutan saya.Â
Saya merasa pengetahuan baru ini juga mengubah pola pikir saya dalam mengambil keputusan, semoga kebermanfaatan pengetahuan ini bisa saya sharingkan dengan teman yang lain.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Topik pada modul ini sangat membantu saya dalam melatih kematangan saya dalam praktik pengambilan keputusan yang mengandung bujukan moral dan dilema etika baik secara langsung sebagai pelaku atau mengamati hasil dari praktik baik orang lain.
Pengetahuan  baru dalam modul 3.1 tentang pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya pribadi karena mengubah pola pikir saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, dengan pola pikir yang lebih terstruktur serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.
Sebelum saya mendapat pengetahuan modul 3.1 terus terang saya seperti tidak memiliki alur yang baik dan jelas sebelum mengambil keputusan.
Setelah saya mengenal prinsip pengambilan keputusan yang tepat,saya dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin percaya diri untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Walaupun tentu saja ini perlu proses dan latihan terus menerus agar semakin luwes dalam mempraktikkan alur pengambilan keputusan  tersebut.
Penugasan CGP
Terimakasih yang sudah meninggalkan komentarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!