Mohon tunggu...
Christina Susi Handayani
Christina Susi Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru/SD Tarakanita 5 Jakarta

Saya adalah seorang guru yang tidak ingin hanya menjadi guru saja, namun ada kelebihan lain yang harus saya miliki. Oleh karena itu saya senang mengembangkan diri saya dengan dan dari mana saja sumbernya yang penting cocok dengan hoby dan bermanfaat bagi saya. Saya senang menulis, saat ini saya sedang mengikuti beberapa buku antologi. Saya sudah memiliki beberapa buku antologi puisi dan satu buku antologi cerpen. Semoga saya bisa terus menulis dan menulis. Menulis itu sungguh mengasyikkan. Semangatttt!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demonstrasi Kontektual Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

16 April 2023   21:58 Diperbarui: 16 April 2023   22:11 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

Christina Susi Handayani, S.Pd.

CGP Angkatan 7 Kelas 35K

Fasilitator: Bapak Ismail

Pengajar Praktik: Ibu Mari Utami Hastuti

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.

Kami CGP (Calon Guru Penggerak) diberi tugas untuk wawancara kepada 2 atau 3 orang kepala sekolah di lingkungan saya bekerja dan salah satunya adalah kepala sekolah di mana saya bekerja.

Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar. Kami juga harus menelisik apa yang selama ini dilakukan pimpinan-pimpinan tersebut, praktik apa yang selama ini dijalankan?

Akhirnya saya melakukan wawancara kepada Ibu Helena Juwarsih, S.Pd. dari SD Tarakanita 5 dan Ibu Christina Martini, S.Pd. dari SMP Tarakanita 4 karena memang kami kebetulan satu gedung sekolah.

Berikut panduan untuk wawancara kepada sekolah sesuai LMS Guru Penggerak

Panduan Pertanyaan Wawancara (Guiding Questions for the Interview):

  • Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
  • Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
  • Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
  • Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
  • Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
  • Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
  • Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
  • Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Berikut analisis saya ketika saya wawancara kepada dua kepala tersebut:

Hal menarik yang muncul dari wawancara

  • Kedua kepala sekolah sebelum mengambil keputusan harus menemukan data terlebih dahulu. Data tersebut sangat dibutuhkan untuk melihat kasus secara mendalam. Sehingga hasil keputusan akan lebih objektif.
  • Mempertimbangkan resiko yang akan muncul ketika sebuah keputusan dilaksanakan.
  • Menimbang keputusan sebisa mungkin objektif juga adil untuk semua
  • Mengikutsertakan semua yang terlibat dalam kasus tersebut untuk dikonfirmasi. Misalnya: struktural, guru, wali kelas, pembina OSIS, guru BK, orang tua, dan murid
  • Berdasarkan apa yang sudah saya pelajari, kepala sekolah sedkit banyak sudah menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
  • Masing-masing kepala sekolah memiliki wawasan dan cara pengambilan keputusan sesuai kebiasaan di unitnya masing-masing dan tentu saja juga sesuai jenjangnya. Misal kalau di SD mungkin tidak akan melibatkan pembina OSIS dan guru BK karena di SD belum ada organisasi OSIS dan memang tidak ada guru BK
  • Kedua kepala sekolah yang saya wawancara memiliki karakteristik yang berbeda, karena memang memiliki latar belakang yang berbeda dan mungkin juga jenjang yang ditangani berbeda akan membuat pola pikir yang berbeda. 

Adakah persamaan atau perbedaan dari ketiga kepala sekolah tersebut?

  • Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa PERSAMAAN kepala sekolah tersebut: 
  • Tahapan untuk identifikasi  masalah secara umum sama yaitu dimulai dari pengumgulan data-data dan fakta yang ada di lapangan serta dalam mengambil  keputusan mereka menentukan beberapa alternatif pilihan  
  • Penyelesaian masalah sudah secara bertahap dan sudah berdiskusi dengan struktural dan yang terlibat seperti wali kelas, guru, pembina OSIS, guru BK, orang tua, dan siswa
  • Kedua kepala sekolah (Ibu Helen Juwarsih, S.Pd. dan Christina Martini, S.Pd.) memiliki kesamaan dalam hal tantangan saat pengambilan keputusan yaitu dalam hal komunikasi. Itu yang paling  utama dan harus jelas tuntas, karena dengan komunikasilah semua hal atau permasalahan dapat diatasi dengan baik. Jika dalam berkomunikasi tidak baik atau ada miss communication maka permasalahan tidak akan selesai bahkan mungkin saja menjadi tidak tuntas.

PERBEDAAN yang saya temukan:

  • Pimpinan yang pertama saya wawancara dalam pengambilan keputusan lebih menitikberatkan berdiskusi dengan rekan struktural lainnya (wakasek) dan warga sekolah yang terkait, sedangkan pimpinan kedua lebih kepada aturan yang ada misalnya: aturan/tata tertib sekolah, visi misi sekolah
  • Perbedaan yang kedua, pimpinan sekolah pertama memiliki prinsip utama dalam mengambil keputusan adalah  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)  karena Beliau begitu memikirkan bagaimana cara menolong anak tersebut dari segala kesusahannya dan kekurangannya untuk tetap bisa hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran. Bagaimana Beliau memberikan bantuan ongkos ke sekolah agar si anak bisa berangkat ke sekolah. Sedangkan Ibu Christina Martini, S.Pd. lebih condong ke prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) karena Beliau selalu berpegang pada aturan atau tata tertib sekolah yang sudah di sosialisasikan di awal tahun pelajaran dan juga berpegang pada visi misi sekolah.

Bagaimana rencana ke depan para peminpin dalam menjalani pengambilan keputusan?

  • Mereka merencanakan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan karena dirasa akan lebih mudah dalam melihat permasalahan.
  • Setiap ada masalah akan lebih dirunut lagi dengan teliti agar dapat diambil keputusan yang objektif dan keputusan yang diambil akan menjadi solusi terbaik bagi semua pihak.
  • Melakukan refleksi dan evaluasi dari keputusan yang sudah diambil serta menerima maukkan dari semua yang terkait dari proses tersebut

4. Bagaimana cara mengukur  efektifitas pengambilan keputusan mereka?

5. Bagaimana anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru anda yang lain?

Jika saya mengalami masalah dilema etika, maka yang akan saya lakukan adalah:

  • Saya akan mencari data dan fakta terlebih dahulu atas masalah tersebut, karena tanpa data dan fakta kita tidak akan dapat melihat permasalahn dengan baik. Data dan fakta itu harus kita cek dari berbagai pihak.

Berdiskusi dengan rekan struktural unit, mencari solusi untuk permasalahan ini, dengan mencoba menganalisis kasus menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

b. Menentukan siapa saja yang terlibat

c. Mengumpulkan fakta yang  relevan

d. Melakukan uji benar-salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan koran/publikasi, uji panutan/idola)

e. Menguji paradigma benar lawan benar

f. Melakukan prinsip resolusi

g. Melakukan investigasi opsi trilema

h. Membuat keputusan

i. Melihat lagi keputusan dan merefleksikannya

Tentu saja hal ini juga akan saya sharingkan kepada rekan struktural lain supaya dapat mengerti tentang langkah-langkah pengambilan keputusan. Dan nantinya juga akan saya sampaikan beberapa pengetahuan baru dari PGP ini kepada rekan sejawat saat Raker awal tahun pelajaran agar semua ilmu baru yang saya dapatkan dapat diterapkan di sekolah saya. 

Terkait langkah-langkah pengambilan keputusan yang kedua pimpinan ini lakukan  secara  garis besar sebenarnya mereka berdua telah menerapkan langkah-langkah yang menurut saya sudah hampir sama seperti isi teori pada modul 3.1 ini, namun karena kedua pimpinan ini belum mengenal modul 3.1 maka mereka belum memahami konsep sesuai modul 3.1, sehingga apa yang mereka lakukan tidak berurutan seperti pada sembilan langkah pengambilan keputusan.

Namun, menurut saya artinya kedua pimpinan ini sudah sungguh sangat hebat, karena sudah melakukan beberapa langkah sesuai dengan yang kami pelajari di Pendidikan Guru Penggerak, bisa jadi karena mobilitas mereka yang tinggi dan berbagai pengalaman yang pasti telah sedikit banyak menempa mereka dalam penanganan dan pemecahan kasus yang mereka temukan.

Guru bergerak, Indonsia maju

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun