Mohon tunggu...
Christina Susi Handayani
Christina Susi Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru/SD Tarakanita 5 Jakarta

Saya adalah seorang guru yang tidak ingin hanya menjadi guru saja, namun ada kelebihan lain yang harus saya miliki. Oleh karena itu saya senang mengembangkan diri saya dengan dan dari mana saja sumbernya yang penting cocok dengan hoby dan bermanfaat bagi saya. Saya senang menulis, saat ini saya sedang mengikuti beberapa buku antologi. Saya sudah memiliki beberapa buku antologi puisi dan satu buku antologi cerpen. Semoga saya bisa terus menulis dan menulis. Menulis itu sungguh mengasyikkan. Semangatttt!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seluk Beluk Proses Naskah Menjadi Buku di Penerbit Mayor

9 Maret 2023   23:36 Diperbarui: 9 Maret 2023   23:51 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali kami mengikuti acara rutin belajar melalui  WA online di KBMN. Tetap seru, seru, dan seru. Tema yang selalu menarik dan sangat bermanfaat semakin membuat kita ingin selalu ikut tergabung di dalamnya. Moderator berpengalaman kali ini adalah  Ibu Raliyanti dari Tim Solid Omjay (TSO).   

Kegiatan KBMN ini sangat berharga dan bermanfaat bagi para anggotanya. Mengapa? Karena kami sambil  belajar menulis secara langsung/ praktik, nantinya kami juga akan mendapatkan sertifikat dan mencetak buku solo. Siapa yang nggak mau? Selain itu yang perlu diketahui, dalam KBMN tidak ada pembelajaran yang membahas teori karena anggota KBMN banyak yang sudah bisa menulis, kalaupun ada yang belum lancar atau belum terbiasa menulis tidak masalah. karena bisa langsung praktik. Tapi ingat ya, di KBMN tidak boleh malu untuk menulis. Harus percaya diri. Jika kita malu menulis atau mungkin tidak bisa me manage waktu mungkin akan tertinggal. 

Tema kita kali ini sangat menarik. Temanya adalah MENJADI PENULIS BUKU MAYOR. Bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke penerbit mayor? Wait. Kita berkenalan dulu dengan narasumber hebat kita kali ini, beliau adalah  Bapak Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP. Wow nggak main-main narasumbernya.

Diawal narasumber meluruskan bahwa judul sharing pertemuan ke-26 ini agak kurang tepat pada istilah BUKU MAYOR,  yang tepat adalah PENERBIT MAYOR.

Seorang penulis pasti memiliki mimpi jika suatu ketika nanti bukunya bisa diterbitkan oleh PENERBIT MAYOR, maka kita harus tahu dulu seluk beluk penerbitan buku.
Jumlah PENERBIT MAYOR DI INDONESIA tidak banyak. Untuk menjadi penerbit mayor, harus memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek atau cepat, tetapi bisa sampai puluhan tahun untuk sampai pada penerbit mayor.


Syarat menjadi penerbit mayor adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku yang jumlahnya  puluhan ribu judul dan setiap tahun penerbit ini harus mampu menerbitkan buku sebanyak ratusan buku secara konsiaten.

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Kita tahu, penerbit adalah  Industri kreatif yang di dalamnya ada kolabarasi insan-insan kreatif seperti misalnya: Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis.
 Ini adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0 yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya-karya kreatif.


Ada berbagai macam jenis buku, biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan seperti ini:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiksi dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti di bawah ini:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Buku Perguruan tinggi dibedakan menjadi  dua lagi yaotu buku Eksak dan Non Eksak.

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Narasumber mengajak kita untuk melihat grafis-grafis hasil survei yang menggambarkan dunia perbukuan di Indonesia. 

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Di atas adalah persentase jumlah orang yang membeli satu buku dalam satu tahun Tampak bahwa jumlah wanita yang membeli satu buku dalam satu tahun ada 65% dan jumlah pria yang membeli satu buku dalam satu tahun adalah 61%. Sedangkan hasil survei untuk informasi tempat membeli buku sebagai berikut: 41% membeli buku di toko, 31% membeli buku di perpustakaan, 12% membeli dari teman, dan 10 % tidak membaca buku.

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Bagaimana dengan opini masyarakat tentang harga buku? 

Pendapat bahwa harga buku murah   57%, Harga masuk akal 27%, Harga sedikit tinggi 10%, harga terlalu mahal 6%. Sedangkan hasil survey mengapa orang membeli buku adalah karena suka membaca 49%, untuk belajar/kerja 27%, penghilang stress 16%, dan  buku untuk hadiah 8%.

Para peserta yang merupakan anggota KBMN tentu sedikit banyak suka menulis dan pastinya ada pengalaman dalam menulis. Oleh karenanya narasumber meminta para peserta untuk mengecek posisi masing-masing ada pada level yang mana, terkait dengan tulis menulis. Mungkin pembaca juga ingin menentukan level tulis menulisnya? Silakan perhatikan gambar berikut:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Narasumber berharap  setelah mengikuti acara ini, para peserta sudah mencapai level teratas. Terus semangat menulis. Menulislah setiap hari, dan coba lihat apa yang terjadi. Kata-kata dari founder KBMN ini selalu terngiang dan didengungkan di setiap kesempatan. Hal ini juga yang semakin memacu semangat para peserta KBMN. 

Bagaimana proses sebuah naskah hingga menjadi sebuah buku?
Berikut adalah gambaran alurnya:  

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Saatnya kita sekarang harus mengetahui penerbit yang baik dan Penerbit yang perlu diwaspadai. Berikut adalah poin-poin penerbit yang baik:

1. Memiliki visi dan misi yang jelas

2. Memiliki bussines core lini produk tertentu

3. Pengalaman penerbit

4. Jaringan pemasran 

5. Memiliki percetakan sendiri

6. Keberanian mencetak jumlah eksemplar

7. Kejujuran dalam pembayaran royalti

Sedangkan untuk ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut:

1. Hanya bertindak sebagai broker naskah

2. Alamat tidak jelas

3. Tidak ada dokumen perjanjian yang baik

4. Tidak memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri

5. Tidak memiliki percetakan sendiri

6. Prosentase royalti tidak wajar

7. Laporan keuangan tidak jelas

Nah sekarang mengapa kita harus menulis? Apa sih yang keuntungan yang didapatkan ketika penulis berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi? Pastinya penulis akan mendapatakan kepuasan, karir, reputasi, dan uang.

Berikut rinciannya:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Menarik banget kan? Nah perlu diketahui sebagai penyemangat kita semua, ada loh penulis dari penerbit Andi secara rutin tiap 6 bulan  sekali menerima royalty sampai ratusan juta rupiah secara rutin. Wah wah wah ternyata menulis adalah hobi yang menguntungkan jika kita asah terus ya.

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit ANDI setiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 nasakah. Namun yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja. Inilah kriteria penilaiannya:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Lalu naskah seperti apa yang biasa diterbitkan?

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Mungkin muncul pertanyaan di benak Anda 'lalu apa yang dimaksud dengan tema populer bagaimana cara menilainya?' tentu saja harus di jawab dengan data. Salah satu data yang dipakai adalah trend dari google trend. contohnya sebagai berikut:

whatsapp-image-2023-03-08-at-19-52-12-640a0289f22cdd2bd961d8c2.jpeg
whatsapp-image-2023-03-08-at-19-52-12-640a0289f22cdd2bd961d8c2.jpeg

Sumber: dokpri KBMN

Nah sebelum menulis artikel bisa lho cek dulu dengan cara di atas. 

Kita lihat contoh misalnya tema tentang BATU AKIK ternyata  setelah di cek sudah tidak menjadi trend lagi, maka jika ada naskah buku masuk yang bertema BATU AKIK saat ini pasti akan ditolak.

Hampir semua tema yang ada matakuliahnya atau ada mata pelajarannya pasti laku dipasaran. lihat contoh berikut ini:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Tadi kita sudah membahas masalah tema yang menarik, sekarang kita akan mengetahui bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis? Semua pasti pakai data. Dalam hal ini penerbit menggunakan Google Scholer/Cendekia sebagai berikut:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Coba lihat contoh pengecekan nama penulis Fandy Tjiptono berikut:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Hasilnya luar biasa ya. Ternyata reputasi penulis sangat berpengaruh. Oleh karena itu ketika Prof.Eko Indrajit ada program nulis bareng dengan guru, semua Penerbit Andi terima. Mengapa? Karena tercantum nama Prof. Ekoji sebagai salah satu penulisnya.
Pertanyaan lain yang sering muncul adalah: Bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Penerbit akan berpikir ulang jika ada buku-buku yang bertema memiliki Pasar sempit dan Lifecicly pendek, namun penerbit akan senang dengan tema buku yang memiliki LifeCycle panjang dan market lebar.

Sebagai seorang penulis, kita harus tahu kita termasuk penulis yang idealis atau industrialis? Bagaimana ciri-cirinya? 

Berikut ciri-ciri penulis yang idealis:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN

Kedua jenis tersebut menurut penerbit baik maka penerbit menggunakan kombinasi keduanya. Jika di gabungkan menjadi sebuah kombinasi yang apik sebagai berikut:

Sumber: dokpri KBMN
Sumber: dokpri KBMN
Jadi penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas. 

Demikian ulasan materi KBMN kali ini. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda semua.

Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun