"Aku bilang juga apa! Kebanyakan cowok itu tidak setia. Baru digoda sedikit, eh sudah berkhianat." Sudut bibir Wening terangkat. Dia bangga dengan aksi menyelamatkan cewek dari kebohongan cowok.Â
"Bukannya kamu jadi sama seperti cewek penggoda?"Â
"Bedalah, mereka bertujuan merebut cowok orang. Kalau aku kan nggak," jawab Wening.Â
Kepala Pipit berayun ke kiri dan ke kanan. Dia tidak habis pikir dengan tingkah laku Wening-sahabatnya. Cewek itu bahkan membuka jasa untuk mengetahui cowok itu setia atau tidak. Sembilan belas cowok yang menjadi targetnya ternyata terbukti tidak setia.Â
"Gimana kalau Bangun jadi target ke dua puluh?" Mata Wening berbinar terang seperti lampu LED.Â
"Bangun setia kok. Nggak perlu diuji," elak Pipit.Â
"Jangan samakan Bangun dengan Panji-mantan cowokmu."Â
"Ah yang bohong. Pasti kamu nggak yakin, makanya nggak berani nguji," pancing Wening.Â
Umpan dimakan oleh Pipit walau masih ragu. Dia dengan sukarela mengikuti rencana Wening. Hari ini dia akan bertemu dengan Bangun di tempat makan favorit mereka.Â
Sore harinya, Wening dandan gila-gilaan demi memikat Bangun. Mereka berdua belum pernah bertemu, pasti cowok itu akan terjerat pesonanya.
Gaun putih panjang dengan bagian atas yang lebar sehingga memamerkan leher jenjang Wening. Gincu semerah darah dipoles hingga penampilan Wening semakin menggoda.Â