Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benci Calon Mertua

10 Desember 2018   08:54 Diperbarui: 10 Desember 2018   08:59 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa egois tak membiarkan kumemilih. Hingga mau tak mau harus tunduk pada perintah. Dia yang tak pernah kukenal. Haruskah kumenerimanya begitu saja. 

Apa yang kau sembunyikan wahai calon mertua? Hingga tak satu pun kutemui gambaran wajah putramu. Seberapa buruk ini akan mempengaruhiku. 

Tidakkah kau merasa bersalah padaku karena menyodorkan putramu. Kita tak saling mengenal. Tak bisakah kau melepasku. 

Namun semua kobar amarah padam seketika ketika kumelihat betapa sendu matamu. Kau sama denganku. Terpenjara dalam kesepian dan rindu yang tak terbatas. 

Oh, ingin kurengkuh tubuhmu. Tenanglah, ada aku di sini. Kita saling memiliki satu sama lain. 

Suara lirih yang menyapa di ujung ruangan membuat kuterpaku. Inikah dia yang akan kau jodohkan denganku. 

Ibu, haruskah aku membencimu sekarang? Haruskah kuberteriak lantang? Mengapa, Bu? 

Mengapa tak sedari dulu kau jodohkan dia denganku. Laki-laki yang sangat kucintai itu adalah putramu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun