Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Maling Itu Bernama Jun

7 Desember 2018   14:49 Diperbarui: 9 Desember 2018   18:50 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : pixabay.com

Rambut Lori berkibar-kibar tertiup angin membuat ketombe berguguran bagai salju di musim dingin.

Sudah seminggu ini Lori dinas di luar kota. Mawar-mawarnya pasti sudah mekar sempurna. Dia sudah membayangkan mau mandi susu plus kelopak mawar tujuh warna biar makin harum hingga mas Andris bakal makin klepek-klepek pingsan ketika dia melintas. Pingsan karena dikira ada hantu lewat karena terlalu wangi menyengat hidung sensitif mas Andris.

Betapa pilu hatinya saat melihat mawar-mawar botak tak bersisa. Meninggalkan batang serta duri yang menantang matahari. Apa ini? Siapa yang sudah tega menghabisi mawar kesayangan Lori? Cewek itu berjanji akan membuat pelakunya menjadi pepes.

"Jun! Jun!" Lori berteriak kalap memanggil adik kesayangan yang sudah diberi mandat untuk menjaga mawar-mawar selama dia pergi.

"Jun belum pulang." Emak segera memberitahu sebelum teriakan Lori semakin menggelegar hingga membuat kaca-kaca di rumah pecah untuk kesekian kalinya. Abah sampai punya toko kaca langganan yang bisa pesan antar secara online.

"Mak, Emak tahu nggak siapa yang sudah menjarah mawar-mawarku?" Wajah Lori berangsur-angsur menjadi serupa api yang berkobar karena menahan marah.

"Minum dulu biar adem. Emak takut kalau kamu buka mulut terus nyembur api kan berabe. Gorden kesayangan Emak kan bisa hangus terbakar. Cicilannya saja belum lunas masa cari cicilan lagi," protes Emak. Emak menyerahkan kenci yang langsung direbut dengan cepat. Belum lima menit sudah tandas, ternyata Lori sudah sangat kehausan.

"Lebih baik kamu ganti baju terus mandi. Bau kambing nih. Abis bantuin kambing beranak?" Emak mengendus-endus baju lori yang lusuh.

"Nggak lah, Mak. Emang aku tukang jagal kambing? Tadi aku nempang mobil yang bawa kambing. Boleh nebeng asal bantu menenangkan kambing yang mabuk kendaraan. Jadinya itu kambing kupeluk sambil dinyanyiin nina bobo sama seperti kalau Jun mabuk kendaraan itu lho, Mak." Lori segera melesat masuk kamar karena melihat Andris membuka pintu rumahnya. Jangan sampai dia melihat kondisi Lori yang mengenaskan.

Suara siulan riang terasa menusuk telinga. Ini tandanya Jun sudah pulang. Siapa lagi yang menimbulkan potensi polusi suara kalau bukan dia.

"Jun," panggil Lori dengan lembut. Gimana-gimana si Jun kan adik kesayangan yang harus disayang-sayang biar semakin cakep.

"Eh, Mbak Lori sudah pulang. Omong-omong aku sudah melaksanakan tugas menjaga mawar dengan sebaik-baiknya dan dengan seseksama mungkin." Jun tersenyum lebar sambil membusungkan dada.

"Bagus! Terus mawarnya mana?" Lori membalikkan badan Jun hingga menghadap taman yang tinggal pohon mawar tanpa bunga.

"Lha itu. Sudah kuamankan di tempat yang aman." Cengiran Jun semakin melebar.

"Diamankan di mana?" Lori menekankan suara pada tiap kata.

"Di rumah mbak guru Daya."

"Apa kamu bilang?" Lori menjewer Jun hingga adiknya itu berteriak-teriak minta ampun.

"Mbak sudah janji mepes maling mawarnya mbak. Sini ikut mbak ke dapur, tak buntel godong gedang terus tak bakar biar jadi pepes." Sekuat tenaga menarik Jun.

Jun berkelit membebaskan diri. Lari meliuk-liuk di antara tanaman mawar agar lolos dari kejaran Lori. Jun tahu betapa sayangnya Lori pada tanaman mawar jadi kakaknya itu tidak akan mau mengejar dengan resiko menabrak mawar-mawarnya.

"Jun! Awas kamu!" Teriakan Lori membuat kaca-kaca yang ada di penjuru rumah hancur berkeping-keping.

NB:

Tak buntel godong gedang: kubungkus daun pisang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun