Setelah 1 tahun lebih di rumah saja, mungkin banyak yang sudah merasa jenuh namun masih takut untuk jalan-jalan, termasuk saya dan keluarga. Oleh karena itu, iseng-iseng saya cari wisata virtual di dunia maya.
Ternyata sudah ada lho virtual tour untuk beberapa museum di Indonesia. Suatu terobosan yang baik di masa pandemi ini. Seperti kata pepatah, tiada rotan, akar pun jadi. Jadi mulailah saya mengunjungi salah satu museum yaitu Museum Nasional.Â
Padahal sebelum pandemi, saya belum pernah pergi ke Museum ini. Â Mulai masuk dari lobby, lalu dibawa untuk tour ke setiap lantai. Asyiknya virtual tour semacam ini, kita bebas 'lari-lari' dari satu tempat ke tempat lain tanpa takut merusakkan barang-barang di museum.Â
Saya berkhayal, seandainya dulu saya belajar sejarah dengan bebas mengeksplorasi museum semacam ini, mungkin saya bisa menikmatinya dan mendapatkan nilai yang sedikit lumayan hehe...
Dibandingkan kalau saya harus menghafal nama-nama fosil, lebih asyik kalau jalan-jalan virtual di museum, pilih yang mana yang menarik perhatian, lalu melakukan penelitian lebih lanjut dan presentasi di depan kelas.
Minggu berikutnya, saya kembali berwisata virtual. Akhirnya saya bisa merasakan senangnya punya Pintu Ke Mana Saja seperti Doraemon. Dalam hitungan menit, saya bisa pergi ke berbagai tempat wisata hehe..
Kali ini gilirannya adalah mengunjungi Saung Angklung Udjo. Tadinya saya tidak berharap banyak dari wisata virtual ini, tapi ternyata seru sekali menonton pertunjukan virtual dengan pengunjung lain dari seluruh Indonesia.Â
Diawali dengan keliling area Saung Angklung Udjo, dari mulai area untuk cuci tangan yang terbuat dari bambu dan untuk menyalakan airnya dengan cara menginjak pedal dengan kaki, lalu dibawa ke bagian pembelian tiket, dan terakhir mengunjungi area workshop dan pertunjukkan. Terlihat penerapan protokol kesehatan, dari penggunaan masker dan face shield dan bangku penonton yang sebagian diberi tanda silang.
Meskipun tidak hadir langsung, namun pengambilan gambar dan suara cukup jelas sehingga pertunjukan ini enak dinikmati dari rumah. Pertunjukan semakin menarik karena digabungkan dengan kebudayaan dari daerah lain dan juga lagu-lagu pop. Dan diakhiri dengan menari bersama dengan pengunjung dari seluruh Indonesia. Waktu 1 jam menikmati pertunjukan yang interaktif menjadi tidak terasa.
Lagi-lagi saya membayangkan jenuhnya belajar kebudayaan Indonesia di sekolah dulu. Harus menghafalkan judul lagu dan tarian daerah beserta daerah asalnya tanpa tahu pasti makna lagu dan tariannya. Kalau belajarnya sambil berwisata akan lain ceritanya.Â
Apalagi kalau anak-anak diberikan kebebasan belajar, boleh memilih sendiri kesenian mana yang mereka mau eksplorasi. Penugasan dapat berupa menyanyikan lagu daerah atau menarikan tari daerah yang didahului dengan sinopsis yang menceritakan latar belakang dan makna lagu atau tarian itu. Sehingga anak-anak tidak sekedar menghafal, namun benar-benar menghayati makna kebudayaan ini.
Demikian pengalaman saya berwisata virtual. Memang pasti berbeda dengan wisata secara fisik, namun tidak kalah serunya terutama dalam keadaan pandemi seperti ini.Â
Jika eduwisata virtual semacam ini sudah banyak ditawarkan, mungkin saya bisa keliling Indonesia dalam sehari dan turis luar negeri pun bisa ikut menikmati kekayaan budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H