Hi kawan – kawan semuanya! Perkenalkan saya Christine. Ini adalah karya tulis saya yang pertama di Kompasiana. Semoga berkenan di hati kalian semua ya :D .
Nah, dalam rangka lomba menulis yang diadakan oleh Ancol dan Kompasiana, saya pun akan mengikuti lomba tersebut. Saya memang tidak begitu sering pergi ke Ancol, tapi setiap kali saya pergi ke sana, pasti saya akan pulang dengan membawa sebuah cerita yang bermakna dan menggembirakan, entah itu di Dufan, Seaworld, atau di Gelanggang Samudera yang kini berganti nama menjadi Ocean Dream Samudera. Pokoknya, kalau di Ancol pasti hari saya akan menyenangkan.
Biasanya saya pergi ke Ancol bersama keluarga saya saat liburan. Ya, seperti keluarga pada umumnya, kami pun bermain bersama di Ancol dan menghabiskan waktu seharian di sana. Saat pergi bersama, saya merasa seperti sedang piknik juga lho! Yup, keluarga saya biasanya pergi ke Ancol dengan membawa makanan dari rumah, contohnya saja dulu saya pernah membawa nasi uduk dari rumah, rasanya enak pisan, apalagi dimakan sama keluarga juga.
Oh ya, tempat yang paling berkesan di Ancol bagi saya adalah Dufan. Kenapa? Tentu saja karena itu adalah tempat yang paling banyak wahananya di Ancol. Ada Kicir – kicir , Tornado, Hysteria, bahkan ada teater dan pertunjukannya juga, contohnya saja wahana baru Treasure Land “Temple of Fire” yang ada di Dufan itu.
[caption id="" align="aligncenter" width="384" caption="Panggung Treasure Land yang spektakuler"][/caption]
Wah, pertunjukan tentang petualangan arkeolog yang mencari harta karun itu bagus sekali. Selain efek panggung yang spektakuler, panggung yang megah, dan para pemainnya yang menakjubkan, pertunjukan ini pun sarat makna, di mana manusia diajarkan untuk tidak boleh serakah dalam hidup. Pokoknya pertunjukan itu sangat mendidik dan juga menghibur!
Oh ya, saya pun pernah pergi bersama teman – teman saya ke Dufan. Waktu itu kami pergi dengan rombongan yang sangat besar, hampir satu angkatan! Kami berangkat bersama dengan menggunakan Trans Jakarta saat libur sekolah, tepatnya pada tanggal 13 Maret 2013. Jadi, waktu itu sekolah saya sedang libur karena guru – guru sedang mengadakan rapat, kalau tidak salah untuk membicarakan UN kakak – kakak kelas 3 SMA yang akan diadakan dalam waktu dekat.
[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="Ini promo Dufan yang memberikan kesempatan emas bagi kami"][/caption]
Ya, ini merupakan kesempatan emas untuk kami, karena saat itu Dufan sedang mengadakan program khusus untuk rombongan pelajar dan murid sekolah lain mungkin tidak seberuntung kami. Waktu itu, Dufan memberikan harga khusus untuk para pelajar, bila lebih dari 15 orang, maka harga tiket per orangnya jadi hanya 80 ribu rupiah saja! Dengan begitu, kami pun dapat bermain sepuasnya di Dufan dengan harga yang sangat murah dan lebih santai karena lebih sedikit orang yang datang saat itu.
Harus diakui bahwa Dufan adalah salah satu tujuan wisata yang paling diincar di Indonesia, sehingga Dufan pun selalu dipenuhi oleh masyarakat, baik dari Jakarta sendiri maupun dari daerah lain, bahkan para turis luar negeri pun tak jarang terlihat di Dufan. Perlu diingat pula bahwa kadang pun ada juga orang atau perusahaan yang menyewa seluruh wilayah Dufan, jadi Dufan pun tutup untuk khalayak umum. Benar – benar tempat yang memikat hati semua orang ya!
[caption id="" align="aligncenter" width="276" caption="Foto dulu sebelum masuk"][/caption]
Sekarang saya akan menceritakan pengalaman saya saat pergi ke Dufan bersama teman – teman saya. Waktu itu, saya mengikuti rombongan yang berangkat dari sekolah menggunakan Trans Jakarta. Kami berangkat dari daerah Slipi dan setelah berganti bis beberapa kali, kami pun sampai di Dufan sekitar pukul sembilan. Waktu itu Dufan masih tutup, kami pun masih menunggu beberapa teman kami yang memutuskan untuk berangkat sendiri ke Dufan. Ternyata, walaupun masih masa sekolah, banyak juga orang yang sudah mengantre lebih dulu dari kami.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pintu masuk Dufan pun dibuka dan para pengunjung yang sedari tadi menunggu pun langsung menerobos masuk. Saat itu, sudah ada Dufi dan Dufan yang menyambut kami, mereka lucu dan sangat ramah pada pengunjung. Beberapa teman pun langsung berfoto dengannya, saya juga berfoto dengan Dufi dan teman saya, sebut saja namanya Momo! Ternyata selain hebat mengurus Dufan, para petugasnya pun pandai fotografi, mungkin sudah terbiasa dimintai tolong untuk memfoto pengunjung ya? Salah satunya saya, hehe...
[caption id="" align="aligncenter" width="270" caption="Foto sama Dufi dan Momo"][/caption]
Nah, setelah berfoto ria bersama maskot Dufan, akhirnya kami pun mulai berlarian menuju wahana yang tentunya baru dibuka saat itu. Rombongan kami pun berlari menuju wahana Kora – kora. Sayangnya saya datang terlambat, wahana tersebut pun telah penuh dengan antrean pengunjung dan saya memutuskan untuk menaiki wahana lainnya, yaitu Bianglala.
[caption id="" align="aligncenter" width="299" caption="Narsis di Bianglala"][/caption]
Setelah menaiki wahana pertama yang berbeda, akhirnya saya pun memutuskan untuk berpisah dengan rombongan. Saya pergi bersama sahabat – sahabat saya, yaitu Momo dan Veil. Kami pun pergi bertiga dan merencanakan rute perjalanan kami di Dufan, dimulai dari wahana – wahana santai seperti Bianglala, wahana menegangkan seperti Hysteria dan Tornado, hingga wahana basah – basahan seperti Arung Jeram dan Niagara – gara. Tentunya ditutup dengan wahana paling cantik di Dufan, yaitu Istana Boneka.
Sayangnya, sahabat – sahabat saya ini kurang suka dengan wahana yang memicu adrenalin, jadi saya pun sempat menaiki beberapa wahana sendirian saja, seperti Tornado dan Halilintar. Tapi, biarpun hanya sendiri, saya jadi ketemu dengan banyak kenalan baru lho! Jadi, tak ada ruginya juga naik wahana sendirian, tetap menyenangkan.
Oh ya, kalau ingat wahana Tornado, saya jadi ingat adik perempuan saya, Michelle. Waktu itu saya dan Michelle pertama kali naik Tornado. Meskipun sedikit gugup, saya begitu senang menaiki wahana tersebut, beda halnya dengan adik saya, dia takut sampai mukanya pucat, lucu sekali melihatnya. Oh ya, belum lagi tingkah saya waktu itu yang langsung mengajaknya main Kicir – kicir setelah naik wahana Tornado, dia langsung marah dan tidak mau main lagi sama saya. Hehe..
[caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="Kaki menjauh dari tanah dan degup jantung saling berburu... Tornado dimulai !"][/caption]
Sekarang lanjut lagi ya ceritanya, jadi saya main di Dufan sama Veil dan Momo sampai kira – kira pukul tiga sore, selanjutnya saya main hanya dengan Momo, karena Veil sudah dijemput mamanya. Sayang sekali, dia jadi tidak sempat menonton pertunjukan “Temple of Fire” yang menakjubkan itu. Untung Veil sudah membeli sebuah boneka lumba – lumba yang lucu dari Ancol, jadi dia setidaknya sudah punya sebuah kenang - kenangan.
Saat di Ancol saya juga punya kejadian yang berkesan sekali lho! Waktu main basah – basahan di Arung Jeram, saya heran sekali kenapa saya tidak basah, main Niagara-gara pun tidak basah. Basah sedikit sih, di bagian punggung saja waktu main Arung Jeram, tapi dibanding penumpang lainnya, saya paling kering. Sebenarnya jengkel juga rasanya karena niatnya kan kalau main itu ya basah – basahan, tapi ya untung juga sih, apalagi waktu itu petugasnya bilang kalau basah atau tidak tergantung amal kebaikan. Siapa tahu kalau tidak basah artinya baik, hehe...
Meskipun hari itu matahari bersinar cukup terik, tapi karena di Dufan tersedia banyak pohon untuk penghijauan, udara di Dufan pun jadi terasa sejuk. Nyaman sekali. Terlihat pula banyak keluarga yang berteduh di bawah pohon sambil menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah. Banyak pula pengunjung yang menikmati makanannya di restoran, restoran itu jadi tampak penuh sesak di siang hari. Maklum, waktunya makan siang tentu banyak yang makan kan?
Hari itu, saya hampir mencoba seluruh wahana di Dufan, mulai dari Bianglala, Gajah Bledug, Perang Bintang, Kora – kora, Rajawali, dan masih banyak lagi. Bahkan saya naik Kora-kora sampai tiga kali, ikut Perang Bintang dua kali, berayun di Ontang Anting dua kali, dan bermain di komidi putar ‘Turangga Rangga’ juga tiga kali. Sayangnya, saya belum sempat naik Kicir – kicir karena sudah tutup waktu itu dan beberapa wahana lainnya yang disebabkan oleh usia saya yang memang sudah tidak memungkinkan, contohnya saja Baku Toki.
Hari menyenangkan itu pun ditutup oleh pelayaran di Istana Boneka, pertunjukan “Temple of Fire”, dan tiga kali permainan Kora – kora. Istana boneka ternyata masih tetap mengagumkan seperti dahulu saya pertama kali datang ke Dufan. Bonekanya cantik dan lucu, bahkan ada beberapa boneka baru yang tak kalah menarik di sana. Ngomong – ngomong, saya juga pernah menulis sebuah cerita pendek yang berlatarkan Dufan lho! Tepatnya di Istana Boneka.
[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Foto saat - saat terakhir di Istana Boneka"][/caption]
Akhirnya, setelah cukup lama menanti giliran masuk, kami pun mendapatkan perahu untuk menjelajahi Istana Boneka ini. Sudah lama sekali aku tak pergi ke sini. Terakhir kali, aku juga pergi bersama Randy.
Nah, kira – kira begitulah penggalan cerita pendek yang saya buat waktu itu. Sekadar melampiaskan rasa bosan di rumah dan mau melatih kemampuan menulis, akhirnya terbentuklah cerita pendek itu. Maklum, saya sering tidak tahu mau melakukan apa di rumah kalau sedang masa liburan, hehe...
Saat langit sudah mulai gelap, akhirnya kami pun bertemu kembali dengan rombongan kami. Kami pun pergi bersama ke Turangga Rangga untuk menaiki komidi putar tersebut dan berfoto bersama. Ini dia fotonya.
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Foto bersama di depan Turangga Rangga"][/caption]
Setelah foto bersama di depan komidi putar, saya pun membeli sebotol air mineral. Tanpa disangka, penjualnya memberikan saya sebotol penuh es batu untuk mendinginkan air tersebut. Tanpa biaya sepeser pun lho! Wah, para petugas di Dufan baik dan ramah ya! Dari sana, saya pun berfoto lagi dengan maskot Dufan lainnya. Koleksi foto saya pun bertambah, saya jadi punya foto dengan Barus, Dufi, Kabul, dan juga Kombi ! Senangnya....
Setelah itu, kami pun memutuskan untuk pulang. Ada yang dijemput orang tuanya dan ada pula yang naik angkutan umum. Saya masuk dalam rombongan yang pulang dengan Trans Jakarta. Untungnya ada beberapa teman saya yang juga searah, jadi lebih aman pulang malam – malam. Walaupun sempat salah naik bis, untungnya kami pun sampai di rumah masing – masing dengan selamat.
Benar – benar hari yang melelahkan, namun sangat menyenangkan. Ini adalah salah satu pengalaman yang paling berharga bagi saya. Pertama kali pergi bersama teman ke Dufan tanpa orang tua. Ini cerita saya, bagaimana dengan pengalamanmu di Ancol? Pasti menyenangkan, bukan?
Penulis,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H