Masa remaja dikenal sebagai puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang tinggi). Dalam tahap emosionalitas, remaja hendaknya kuat secara jasmani (tidak sakit-sakitan dan lemah) dan jugakuat secara mental. Sebab akal sehat berhubugan dengan perkembangan emosi yang dialai remaja. Sebab itu, remaja sangat disarankan berolahraga, menjaga kebersihan/menerapkan pola hidup sehat.Â
Dan sangat disarankan juga untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan remaja itu sendiri, baik fisik maupun akal seperti kebiasaan minuman keras apalagi hingga yang paling berbahaya yaitu narkoba. Remaja berada pada masa dimana banyak mengalami/mengahadapi dalam perkembangannya. Khususnya menyangkut masalah penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat. Pada tahp ini, remaja yang belum disiapkan untuk menyikapi perkembangannya cenderung menimbulkan kebingungan dan perasaan cemas.
   Pada masa remaja, mulai muncil ketertarikan pada lawan jenis yang cenderung menimbulkan konflik dalam diri sendiri. Karena munculnya ketertarikan pada lawan jenis mungkin akan menimbulkan munculnya perasaan malu, kurang percaya diri, dan akan kebingungan dalam penyesuaian diri supaya bertingkah seperti orang dewasa. Kecenderungan emosi pada remaja perlu dipahami orang tua/ orang dewasa di sekitarnya.Â
Baca juga: Mengatasai Emosi Remaja
Karena itu, perlu dihindari hal-hal yang dapat menimbulkan munculnya emosi negatif pada remaja seperti marah, sedih, kecewa, cemas, dan lainnya. Rasa tidak nyaman/ tidak puas terhadap kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan remaja mengalami gangguan emosi. Dan hal ini dapat emmicu remaja menjadi nakal.
   Pada masa remaja,muncul emosi yang berbeda jika dibandingkan dengan masa anak-anak maupun orang dewasa. Pada masa remaja, emosi sering sekali meluap-luap / tinggi. Keadaan ini lebih cenderung disebabkan oleh masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.Â
Remaja akan lebih mudah emosi jika permintannya tidak dipenuhi. Mungkin saja permintaannya tidak dipenuhi / tidak diberi orangtuanya karena tidak terlalu penting atau mungkin saja ada yang lebih penting dari itu.
 Tetapi remaja akan menganggap ini sebagai penolakan yang didasarkan memang tidak mau menuruti / memenuhi keinginannya. Dan remaja akan cenderung emosi pada orang yang menolaknya sekalipun itu orangtuanya.
Hal ini dikarenakan remaja ini belum dapat membedakan mana yang disebut keinginan dan kebutuhan / mana yang lebih penting dari keinginannya. Secara spesifik, ada emosi yang menonjol pada periode remaja, diantaranya;
1.Emosi marah
Dalam kehidupan remaja, emosi marah akan lebih mudah muncul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya. Jika seorang remaja dipermalukan, direndahkan, atau bahkan dipojokkan di depan banyak orang atau bahkan temannya sendiri, maka muncullah emosi marah yang tinggi. Tidak jarang juga remaja melampiaskan kemarahannya dengan tindakan kekerasan. Tetapi remaja akan cenderung berusaha mengubah sifat kekanak-kanakan ini menjadi setidaknya sedikit lebih dewasa.
2.Emosi takut
Remaja juga mengalami ketakutan dalam perkembangannya. Ketakutan-ketakutan yang dialami remaja, diantaranya ; (a). Ketakutan terhadap masalah atas tindakan ketidakadilan orangtua dan kecenderungan menolak dalam keluarga ; (b). ketakutan memperoleh kedudukan baik diantara teman sebaya maupun dalam keluarga.Â
Baca juga: Peran Hormon Terhadap Perkembangan Emosi Remaja (Puteri)
Tidak jarang ditemukan remaja yang takut menerima status, baik diantara lingkungannya karena mungkin saja remaja tersebut takut belum mampu menyandang status tersebut
 ; (c). Ketakutan penyesuaian diri terhadap pendidikan ; (d). Ketakutan terhadap ancaman keberadaan diri, dan (e). Ketakutan terhadap tindakan seks. Pada saat remaja menjalani perkembangan masa dewasa, mncul ketakutan masalah keuangan, pekerjaan bahkan perkawinan dan keluarga
3.Emosi cinta
Pada masa perkembangan mulai dari anak-anak hingga dewas, emosi telah ada pada diri setiap orang. Pada masa remaja, muncullah rasa cinta / ketertarikan pada lawan jenis.
 Pada masa bayi, rasa cinta diarahkan kepada orangtua, pada masa anak-anak (3-5 tahun) rasa cinta diarahkan kepada orang tua awan jenis. Contohya anak laki-laki pada ibu dan anak perempuan pada ayah. Pada masa remaja, arah cinta itu berubah menjadi terhadap teman sebaya yang berlawanan jenis kelamin.
Dalam perkembangannya, emosi emosi cinta remaja menjadi hal yang sangat memerlukan pengawasan dari orangtua. Karena pada tahap terjadinya emosi cinta, remaja cenderung tidak akan memberitahukan kepada orangtuanya apa yang ia rasakan sebab seorang remaja yang sedang mengalami ketertarikan pada lawan jenisnya, ia akan merasa malu untuk memberitahukannya kepada orang dewasa / bahkan orangtuanya.Â
Oleh sebab itu, sosialisasi orangtua dengan anak sanagt diperlukan. Sehingga anak tidak enggan menceitakan apa yang sednag dia rasakan sekalipun mengenai ketertarikannya pada lawan jenis. Remaja juga membutuhkan kasih sayang dirumah sama banyaknya dengan tahun-tahun sebelumnya ketika mereka masih anak-anak. Karena alasan inilah remaja cenderung menentang menyalahkan secara langsung, mengolok-olok mereka.
Masa remaja merupakan transisi / peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, tidak jarang muncul sifat yang dapat dikatakan tidak sopan pada remaja yang perkembangannya tidak di kontrol oleh orangtua ataupun orang dewasayang berada disekelilingnya.Â
Baca juga: Menangapi Kematangan Emosi Remaja Korban Kekerasan Orang Tua
Tetapi seiring bertambahnya usia, remaja akan semakin dapat mengontrol emosinya dan tau membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik atau perlu dihindari. Pada remaja usia 12-15 tahun, remaja akan cenderung murung dan sifatnya tidak dapat ditebak. Kadang badmood dan tiba-tiba dapat berubah menjadi goodmood. Pada usia ini, remaja juga dapat bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangannya.Â
Dan remaja akan ingin selalu menang sendiri. Sementara pada usia 15-18 tahun, remaja akan mulai memberontak dan tidak peduli dengan sekitarnya. Pada usia ini, remaja akan sering mengalami konflik dengan orangtua mereka karena mungkin orangtua melarang sebuah tindakan / ornag tua tidak memenuhi keinginannya. Bahkan sekalipun untuk kebaikan remaja itu sendiri.
Dan selanjutnya akan cenderung melamun karena remaja pada usia ini sudah memikirkan tentang masa depan mereka. Disinilah muncul kekhawatiran / ketakutan remaja tentang uang, pekerjaan dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.
Nama: Christina Simbolon
NIM : 7193141006
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI