Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Embun dan Peristiwa Pahit Masa Silamnya

25 September 2024   17:44 Diperbarui: 25 September 2024   20:42 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by @art.cahayu

Kini Embun mengerti, mengapa ia tidak bisa melupakan peristiwa itu meski hatinya tak lagi sakit kala mengingatnya. Itu karena otak sebagai fotografer maupun videografer di dalam tubuhnya memang akan selalu  menyimpan semua data secara otomatis. Dan hati yang bertugas memberikan nuansa pada potret-potret maupun video-video tersebut, itu yang sebenarnya membuat ia merasakan sedih maupun bahagia ketika melihat kembali potret-potret maupun video tersebut. 

Maka, memaafkan memang berurusan dengan hati, sedangkan melupakan memang mustahil dilakukan selama ia masih hidup di dalam kesadaran. Dan Embun memang hanya perlu senantiasa belajar menerima semua peristiwa dengan lapang dada, baik yang pahit maupun yang manis (tergantung hati memberikan nuansanya), hingga nantinya lebur di dalam keikhlasan yang sempurna.

Ya, Embun akhirnya menemukan jawaban mengapa hujan, tanah becek, payung hitam, dan pohon-pohon besar selalu membangkitkan kenangan masa silamnya. Akan ibunya, hutang warung, penolakan dan sakit hati yang mendalam. Ia memang tak harus melupakan masa lalu untuk bisa memaafkan dengan tulus. Bahkan, ia sangat berterima kasih pada peristiwa pahit itu, karena telah membawanya sampai pada hari ini, yang menjadikannya lebih bijak di dalam memandang dan memaknai hidup dan kehidupan (dengan segenap aspeknya) selalu sebagai anugerah yang indah dari Sang Pencipta.

Bandungan, 25 September 2024

* Dalam KBBI, pretikor adalah aroma khas yang diasosiasikan dengan aroma yang keluar saat air hujan membasahi tanah yang kering.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun