Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karena Waktu Telah Purna di Penghujung Tahun

31 Desember 2023   22:22 Diperbarui: 1 Januari 2024   07:22 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan tak lagi menderas di penghujung tahun
Tak seperti tangisan bayi yang meminta susu
Tak pula seperti tahun lalu
Di mana angin bertiup kencang dengan suara menderu
Kini, ia tak lagi menggoda anak-anak yang bermain petasan dari bumbung
Yang membuat hati orangtua berdebar kencang
Terkaget-kaget dengan suaranya yang menggelegar

Menuju tahun baru, langkah kata tampak tertatih-tatih
Berjalan menuju harapan yang tak pasti
Menyimak sebuah revolusi tidak hening
Yang memporak-porandakan sekeping hati
Kala orangtua tak sanggup menerima diri
Ketika anaknya yang tidak bersekolah
Menulis skripsi dari hasil penelitian tentang orangtuanya

Seperti suara petasan yang beruntun
Kepedihan diungkap di atas kertas 35 halaman
Tentang tingkah laku orangtua
Yang terjerumus pada kekerasan terhadap anak
Oleh karena ego yang menumpuk dan membesar
Serta masa lalu yang belum selesai
Sehingga menggerogoti sisi kemanusiaannya

Adakah orangtua yang tak pernah kehilangan kesabaran?
Hingga melupakan kodrat bahwa anak manusia adalah juga manusia yang utuh?
Yang juga memiliki perasaan dan juga eksistensi?
Ah, sepertinya dunia telah terbalik...
Anak-anak ternyata bisa menjadi lebih bijaksana dari orangtuanya
Dengan menjadikan orangtuanya sebagai objek penelitiannya
Memperbaiki kesalahan dengan santun dan tanpa dendam

Tentu kepedihan dan kegelisahan akhirnya melanda hati
Tetapi itulah Hikmah Tahun 2023 bagi penulis
Ketika sang anak menulis tentangnya dengan puitis
Menggugah kesadaran dan menampar nurani
Tak masalah jika bulir air mata kemudian menetes di pipi
Meski tak seperti hujan di bulan Juni
Tetapi mampu membawanya pada sebuah kontemplasi

Pertanyaan kemudian muncul tiba-tiba
Sejak kapan sisi kemanusiaannya menghilang?
Tetapi tak ada lagi waktu untuk mengurai sejarah dan melakukan pembelaan
Mengakui kesalahan, meminta maaf dan berterima kasih pada sang anak
Adalah langkah yang indah...
Kemudian mengambil napas dalam-dalam
Untuk memulai kembali menumbuhkan sisi kemanusiaan yang menghilang

Dan ketenangan akhirnya datang dengan sempurna bak air telaga
Kesadaran dan tekad bulat kemudian membawa asa yang indah
Dunia seolah dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran
Tampak pelukan damai orangtua dan anak
Lebur di dalam senyuman yang menawan
Meski tembang belum usai dilantunkan
Karena waktu telah purna di penghujung tahun

Bandungan, 31 Desember 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun