Bagi bocah kecil yang tinggal di kota metropolitan itu, lagu Salam dari Desa benar-benar sangat keren, membuatnya jatuh hati, dan langsung menggores jiwanya yang sunyi sejak kali pertama mendengarnya.
"Kalau ke kota esok pagi, sampaikan salam rinduku, katakan padanya nasi tumbuk telah matang. Kan kutunggu sepanjang hari, kita makan bersama-sama, berbicang-bincang di gubuk sudut dari desa..."
Salah satu lagu dari Leo ini memang menunjukkan bahwa sang musisi benar-benar seniman merdeka yang sanggup memotret keadaan desa untuk dibawa ke kota dengan lirik lagu yang indah dan puitis, hingga mampu membangkitkan kerinduan seorang bocah kecil akan alam sebuah desa.
Sosok Seorang Leo Kristi
Leo Kristi lahir pada 8 Agustus 1949. Merupakan seorang musisi pengelana yang unik dan memiliki jiwa patriotisme, yang dimiliki negeri ini. Patriotisme sendiri terdiri dari kata patriot dan isme, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah air.
Dan perjalanan panjang seorang Leo Kristi menjelajahi Nusantara yang selalu melahirkan karya-karya indah untuk negeri ini tentu saja patut dikagumi dan diapresiasi.
Pada setiap karyanya, ia selalu memasukkan unsur-unsur musik daerah setempat untuk dikemas dalam gayanya yang unik dan selalu menakjubkan.
Dengan komposisi aransemen musik ciri khasnya, karya Leo selalu saja dapat mengungkap jati dirinya sebagai sosok seniman merdeka dengan karakter yang kuat. Sosok musisi yang tak hanya sekadar mengamati dan menyimpulkan pengamatannya untuk dijadikan sebuah karya indah, namun benar-benar mengalami apa yang tertuang di dalam karyanya.
Melalui karyanya, Leo Kristi benar-benar dapat memperlihatkan betapa negeri ini memang sangat kaya akan budaya. Mendengarkan, merasakan dan menikmati karya musik seorang Leo, membuat kita bagai menjelajah Nusantara melalui sudut pandang sang musisi yang tetap memerdekakan penikmatnya memiliki jangkauan pandangan yang luas.
Sosok Sang Budayawan Itu
Di balik berdirinya Rumah Budaya Candhik Ayu Surabaya pada tahun 1998-2002, yang keindahannya dibangun dan dikelola dengan napas ikhlas tanpa pamrih, di sana ada sosok bocah kecil pengagum Leo Kristi yang telah tumbuh dewasa menjadi seorang budayawan.
Bocah kecil yang telah berusia 33 tahun itu akhirnya memiliki karakter yang sangat kuat dan menjadi patriot bagi bangsanya setelah dua puluh tahun lebih membiarkan lagu-lagu sang idola bergema di dalam dadanya, yang terus menggelorakan dan menumbuhkan jiwa patriotisme dalam dirinya.
Melalui bidang seni dan budaya, sang budayawan pengagum Leo Kristi itu pun akhirnya dapat mewakili bangsanya di kancah Internasional tanpa harus meninggalkan tanah airnya. Ia berdiri tegak di tanah pusakanya yang kaya, di sebuah rumah budaya kecil, yang pertama ada di kota Surabaya.