Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karena Aku Ada, Maka Engkau pun Ada

30 Juli 2023   11:11 Diperbarui: 30 Juli 2023   11:14 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kucium aroma ibu dalam desiran angin yang lembut dan mesra
Lewat angin kudengar ibuku pernah pergi berlayar ke Yunnan
Mencari keberadaanku mengikuti ke mana pun angin mengarahkannya
Ia memang wanita yang pemberani dan hebat
Menempuh perjalanan seorang diri dengan penuh keyakinan

Lihatlah, ibuku memang seorang ratu yang tangguh
Kukagumi ia sepanjang waktu
Meski pedang keadilannya pernah memutus kakiku
Namun luka itu telah mengering di perjalanan waktu
Karena sejauh hatiku melangkah, kubawa serta aroma ibuku

Air mata ibuku pernah tumpah membanjiri malam-malamnya
Tak apa bila itu membuat hatinya lega
Hidup memang harus tetap dijalani meski terkadang tak mudah
Kepergianku seharusnya tak membuatnya gundah
Karena dari telaga yang jernih, adakah mengalir air yang keruh?

Ribuan tahun telah dilalui ibuku dengan berkali-kali melewati putaran kehidupan
Hingga ibuku sampai di ujung waktunya
Bersama sajak-sajak indah yang telah ia tuangkan ke dalam cawan kerinduan
Kutangkap semuanya ke dalam hatiku yang telah kembali utuh sempurna
Karena aku dan ibuku masih di ruang sama, meskipun berada pada waktu yang berbeda

Maka, di puncak penyerahan diri yang sempurna kepada Sang Pencipta
Akhirnya aku pun memutus rantai putaran kehidupan dengan perkenanNYA
Membuat tak ada lagi keterikatan dan kisah yang berulang
Semua harapan dan kerinduan telah lebur di dalam keikhlasan
Sebelum ibuku menutup mata di batas waktunya

Ibuku tampak bahagia merasakan kehadiranku
Walaupun tak dapat melihatku secara nyata
Ibuku tahu bahwa putranyalah yang memutus rantai kehidupan itu
Hingga kulihat ibuku tersenyum untuk yang pertama
Setelah kehilangan senyuman selama ribuan tahun

Kucium aroma ibu dalam desiran angin yang lembut dan mesra
Lewat angin kudengar ibuku pernah pergi berlayar ke Yunnan
Mencari keberadaanku mengikuti ke mana pun angin mengarahkannya
Maka lewat desiran angin kubisikkan satu kata di ujung waktunya
Ibu, karena aku ada maka engkau pun ada

Bandungan, 30 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun