Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mungkinkah Aku yang Sebenarnya Tak Ada?

29 Juli 2023   11:11 Diperbarui: 29 Juli 2023   11:21 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by Anak Saya

Air mata ini telah mengering setelah menangis ribuan tahun
Semua senyum telah menghilang dan membeku di kedalaman kenangan
Putraku telah pergi meninggalkanku dalam penyesalan tak berujung
Lenyap dalam kegelapan bersama kecewa di hatinya
Masihkan ada harapan untuk kembali bertemu?

Dunia telah menjadi gelap gulita dalam pandangan
Tangisan darah pun selalu membanjiri malam-malam sendu
Adakah yang tahu perasaan seorang ibu yang ditinggalkan putranya?
Tentu tak ada yang tahu seberapa perih ulu hati seorang ibu
Ketika harus mengadili putranya sendiri di hadapan khalayak

Sebagai seorang ibu tentu hati ini terasa begitu remuk dihadapkan pada sebuah pilihan
Meski di mata dunia menjadi ratu adil yang sungguh membanggakan
Hingga berita Cina mencatatnya dalam sejarah dan menggaungkannya
Mungkin memang adil sebagai seorang ratu, tetapi adilkah sebagai seorang ibu?
Mungkin memang ratu adil yang membanggakan, tetapi adilkah menurut Sang Maha Adil?

Sejatinya selalu ada kebijaksanaan yang dapat menyelamatkan kebenaran
Dari konspirasi dunia hitam di sekeliling kekuasaan
Namun semua telah terjadi dan menjadi penyesalan yang tak berbatas
Maka biarkanlah kaki ini berjalan menyusuri jejak kenangan
Mencari dan terus mencari setengah hatiku yang telah menghilang

Biar lelah terus mendera hati dan juga raga
Berkali-kali menjalani putaran kehidupan yang tak berkesudahan
Tetap menjadi ratu dan selalu terpisah dengan sang putra mahkota
Sampai benar-benar putih mata karena memandang
Mencari secercah harapan untuk sebuah pertemuan

Air mata ini telah mengering setelah menangis ribuan tahun
Semua senyum telah menghilang dan membeku di kedalaman kenangan
Putraku telah pergi meninggalkanku dalam penyesalan tak berujung
Lenyap dalam kegelapan bersama kecewa di hatinya
Masihkan ada harapan untuk kembali bertemu?

Putraku benar-benar telah pergi
Tanpa jejak sehelai rambut pun untukku
Ke mana pun ia akan kucari
Ke utara ke selatan ke barat sampai ke timur
Jika memang tidak ada di mana pun, mungkinkah aku yang sebenarnya tak ada?

Bandungan, 29 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun