Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senyum Sang Putri Panawijen

12 Juli 2023   20:24 Diperbarui: 13 Juli 2023   10:59 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia kembali terlahir di Desa Panawijen yang indah dan asri
Tetap berparas cantik dengan budi pekerti yang sangat baik
Menunjukkan bahwa ia telah mendapatkan pendidikan yang juga baik
Hingga menjadi sosok putri yang teguh berbakti dan bersahaja
Dengan hati selembut sutra
Dan bercahaya bagai manikam

Hari itu ia berjalan di tepi hutan tak jauh dari kediamannya
Kecantikannya memang sungguh memikat
Keanggunannya saat berjalan tak diragukan
Dengan bunga melati yang menghiasi konde rambutnya
Wanginya begitu semerbak mengikutinya saat berjalan
Menyempurnakan keindahan yang tercipta di mana pun ia berada

Sebagai putri seorang brahmana tindakannya selalu pantas
Mampu menebar bahagia dengan senyumannya yang menawan
Hingga dapat melilitkan benang-benang rasa syukur bagi yang melihatnya
Hatinya yang selembut sutra pun terpancar jelas dari cahaya di matanya
Para wanita di sekitarnya begitu terpesona dengan setiap tindakannya
Tentu banyak pria yang ingin mempersuntingnya

Hari itu tak biasanya ia berjalan sendiri di tepi hutan
Dan kisah lama dalam catatan kehidupannya pun kembali terulang
Penculikan itu terjadi lagi padanya oleh seorang akuwu dan rombongannya
Meski tak persis sama seperti di kehidupan sebelumnya
Penculikan itu terjadi begitu tiba-tiba
Dan membuat takut seluruh penghuni hutan

Adakah kuasa bagi manusia untuk memperbaharui kisah yang diperankan?
Agar jalan cerita kembali sesuai dengan tujuan awal penciptaan?
Mewujudkan surga di bumi yang katanya untuk manusia?
Membuat yang hitam menjadi putih dan yang putih menuju kepada keikhlasan
Di dalam terang cahaya ilahi yang ada pada setiap diri manusia
Yang cahayanya seringkali tertutup oleh pikiran yang tak selaras dengan hatinya

Jika di kehidupan sebelumnya sang ayah murka dengan merapal kutukan
Kepada penculik serta saksi yang tak berani berkata dan berlaku benar
Kali ini kutukan itu tak lagi terucap
Karena di kehidupan kali ini sang putri telah mampu meyakinkan padanya
Di mana pun ia berada ia akan bercahaya
Dan akan selalu membawa kebahagiaan

Tragedi penculikan hari itu membuat hutan menjadi hening untuk sesaat
Kicau burung sama sekali tak terdengar
Dan suasana menjadi begitu mencekam
Namun entah apa yang dilakukan oleh Sang Putri Panawijen
Hingga penculiknya kemudian berbalik arah dan menuju ke kediamannya
Meminta dengan cara yang benar kepada sang ayah

Ia kembali terlahir di Desa Panawijen yang indah
Dengan aura ratu yang masih melekat padanya
Bersinar dan bercahaya bagai manikam
Tak ada ketakutan sedikit pun saat menghadapi penculiknya
Hingga mampu menunjukkan jalan yang benar
Dengan menyingkap tirai yang menutupi cahaya pada diri sang penculiknya

Sang ayah hanya dapat menitikkan air mata keharuan
Ketika rombongan berkuda itu kembali membawa pergi putri kebanggaannya
Berlalu bersama kabut tipis yang menyertainya
Sampai suara kicau burung di hutan kembali terdengar
Mengabarkan surga telah tercipta
Dari senyum Sang Putri Panawijen

Bandungan, 12 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun