Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keraguan Hati Sang Bidadari

3 Juli 2023   20:34 Diperbarui: 3 Juli 2023   20:37 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi jalan hidupnya menjadi perwujudan sosok bidadari
Ia yang dikenal sebagai gadis pengelana memang gemar bersemadi
Menikmati alam seraya menjaganya dengan sepenuh hati
Menjauhkan diri dari busana lambang kemewahan duniawi
Dan selalu mendengar nasihat dari dalam dirinya yang sejati
Untuk menjaga kesadaran mempertahankan kemurnian hati
Yang ia persembahkan kepada Sang Hyang Widhi
 
Sang bidadari telah turun ke bumi pada hari Anggara Kasih
Matanya teduh dan bulu matanya lentik
Kedipan matanya bagai kilat seperti bintang beralih
Segala yang ada padanya begitu menarik
Hidungnya mancung dan bibirnya bersinar bak buah manggis merekah
Rambutnya panjang lebat berkilau dan baunya harum semerbak
Tak ada seorang pun di dunia ini yang menyamainya

Tetapi siapakah manusia sejati yang didambakan sang bidadari?
Yang membuatnya sampai turun ke bumi?
Sosok manusia sejati tentu bukan sosok yang baik hati bagaikan malaikat
Yang dilambangkan dengan warna putih
Juga bukan sosok yang hebat memiliki kesaktian serupa iblis
Yang di lambangkan dengan warna hitam
Sosok itu pastilah berbeda dan istimewa melebihi kemampuan sang pujangga melukiskannya

Bagaikan Mpu Winada dalam Negarakertagama karya Mpu Prapanca
Mungkin demikianlah sosok manusia sejati dambaan sang bidadari dan juga gadis pengelana itu
Sosok yang begitu mulia hingga membagi kekayaannya tanpa keraguan
Terus menerus menjalankan keikhlasan dalam hidup dan memberikan kebijaksanaan kepada siapa saja yang datang kepadanya
Tak hanya gagah berani dalam perang, tetapi juga berani bertarung melawan dirinya sendiri dalam pencarian Tuhannya
Demikiankah gambaran sosok manusia sejati itu?
Yang secara lahiriah tampak biasa-biasa saja namun jiwanya senantiasa dipimpin oleh cahaya keikhlasan ilahi?

Angin yang tak pernah diam pun tiba-tiba senyap
Akankah nanti terjadi pertemuan antara sang bidadari dengan sang manusia sejati?
Mungkinkah mulai timbul keraguan di hati sang bidadari?
Ketika menyadari bahwa di hati sang manusia sejati tak ada yang lainnya selain Sang Pencipta?
Tak ada yang namanya cinta dan juga kemelekatan duniawi?
Angin benar-benar senyap menyaksikan jiwa sang bidadari bergetar penuh keharuan
Ketika sampai pada sebuah gubuk kecil di sudut dari desa tempat sang manusia sejati itu berada

Bandungan, 3 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun