Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ciuman Pertama di Bawah Indahnya Rembulan Pagi

27 Juni 2023   20:23 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:25 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Awan mulai membayangi sebagian wajah rembulan
Perlahan-lahan kabut pun turun menyempurnakan remang-remang cahayanya
Masih lekat dalam ingatan ketika Tuan menyentuh lembut helai demi helai daun di malam itu
Dan menceritakan betapa kehadiran saya telah begitu lama Tuan rindukan
Membuat mimpi-mimpi Tuan bertemu belahan jiwa telah mendesak angin berembus mesra
Mengantarkan getaran hati Tuan sampai pada saya yang tertutup debu jalanan
Entah bagaimana Tuan begitu jeli mengenali dan menemukan saya
Yang berada di batas senja tepat di ujung kesunyian yang senyap

Kini saya tak lagi di tepi jalanan sunyi
Tuan telah mendekap saya dengan kelembutan yang sungguh ajaib
Lagu misty dengan suara Julie London pun terdengar begitu romantis
Dengan aroma wangi bunga sedap malam yang menguar dari sudut ruangan
Begitu indah cara alam mengantarkan saya pada Tuan
Hingga jantung saya menjadi berdetak lebih kencang
Tiap kali mengingat Tuan memotong rambut panjang saya sependek yang Tuan inginkan
Sebagai tanda menempuh hidup baru antara Tuan dan saya ketika itu

Jantung saya benar-benar semakin berdegup kencang
Ketika angin pun menyatakan bahwa tak mungkin itu dilakukan
Jika bukan lebih dari sekadar cinta
Ah, entah berapa kali lagu misty kemudian diputar sepanjang malam itu
Untuk mengantar ciuman pertama antara Tuan dan saya
Yang saya bayangkan akan menjadi kenangan indah dan romantis
Namun ternyata malah membuat saya tak bisa menahan tawa
Setiap melihat lubang hidung Tuan yang kembang kempis mulai mendekat

Pada momen itu entah mengapa saya tak kuasa menahan tawa, begitu pun dengan Tuan
Mungkinkah karena perbedaan kasta dan budaya di antara kita?
Ahhh, saya dan Tuan akhirnya hanya tertawa sepanjang malam itu
Sampai cahaya lilin tiba-tiba meredup tepat saat Tuan mengajak saya berdansa untuk yang pertama
Ternyata tak perlu keahlian untuk memulainya
Tetapi ketulusan hatilah yang membuka berbagai kemungkinan
Untuk menikmati sentuhan demi sentuhan di bawah indahnya rembulan pagi
Hingga ciuman pertama itu akhirnya terjadi begitu saja
Menjadi sebuah kenangan indah yang romantis

Bandungan, 27 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun