Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kisah Panjang IndiHome dengan Sanggar Tari Sekar Ayu

11 Mei 2023   16:16 Diperbarui: 11 Mei 2023   16:11 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu 

Ketika saya membuka album nostalgia 5 tahun yang lalu, saya baru menyadari bahwa pada saat itulah saya mengenal yang namanya Indonesia Digital Home (IndiHome). 

Pada momen itu, sanggar tari yang saya kelola bersama keluarga menerima liputan program pesona budaya dari sebuah PH (production house), yang katanya akan ditayangkan di salah satu channel TV  di IndiHome. 

Karena saya tidak berlangganan, bisa dipastikan saya tidak dapat menyaksikan tayangannya. Namun tidak dengan anak-anak didik sanggar kami yang orangtuanya berlangganan IndiHome, mereka tampak sangat antusias untuk menyaksikan tayangannya nanti.

Maka, memang tidaklah mengherankan bila anak didik sanggar kami langsung mengenal sosok sang pembawa acara yakni Mbak Ismi Iskandar ketika datang ke sanggar kami. Karena wajah Mbak Ismi Iskandar ternyata sering muncul dalam tayangan sinetron.

Bagi sanggar kami, siapa pun yang datang baik itu untuk belajar, untuk diskusi seni budaya ataupun untuk liputan, semua itu adalah sebuah takdir.


Skenario telah tertulis dan kami tinggal menjalaninya dengan keikhlasan sebagaimana motto sanggar kami yakni "Ikhlas tanpa pamrih".


Pada waktu itu, tepatnya 23 Januari 2018, kami pun menyambut baik liputan tersebut dengan menyuguhkan pementasan Beksan Bondan oleh ketiga anak didik sanggar serta membuat Batik Corner di sudut pendopo. Memberi kesempatan kepada anak didik sanggar kami, mengenal tentang batik dan belajar membatik pada momen tersebut.

Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu
Sebelum Beksan Bondan yang masuk dalam rangkaian liputan tersebut dipentaskan, anak-anak didik sanggar kami pun berlatih menaiki kendi, yang merupakan salah satu keterampilan dasar sebelum belajar menarikan Beksan Bondan secara keseluruhan.

Setiap berlatih menari, anak didik di sanggar kami memang selalu mengenakan jarik. Maka, Mbak Ismi Iskandar pun juga turut mengenakan jarik.

Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu
Mbak Ismi begitu memerhatikan ketika pamong sanggar memberikan pengarahan tentang bagaimana cara menaiki kendi kepada anak-anak didik sanggar. 

Setelah mendapatkan giliran, Mbak Ismi pun kemudian ikut mencoba hingga akhirnya berhasil menaiki serta memutarnya.

Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu 
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu 
Setelah mengenakan jarik semua berjalan dengan pelan-pelan, berbicara dengan suara yang lebih lembut, serta fokus pada latihan. 

Demikianlah tata krama di sanggar kami yang merupakan bagian dari pendidikan karakter untuk membentuk perilaku yang selaras dengan pikiran dan ucapan.

Filosofi Kendi

Mengutip dari laman Wikipedia, kata kendi berasal dari bahasa Sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya 'wadah air minum'. 


Sedangkan dalam pandangan hidup orang Jawa, kendi dimaknai sebagai wadah (sumber) kehidupan, dilambangkan dari air yang ada di dalamnya, yang juga merupakan sumber kehidupan manusia dan seluruh alam semesta.

Selain itu, menurut asal usul katanya (kerata basa), kendi juga memiliki makna filosofis yang indah pula, yakni kendalining diri, yang juga berarti kendali atas hati dan pikiran.


Maka, sesuai dengan pesan yang terkandung di dalamnya, diharapkan perempuan Jawa dapat mengendalikan hati dan pikiran di dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupannya.

Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu

Beksan Bondan yang merupakan representasi dari perempuan Jawa memang selalu memikat dengan keunikan dan keindahannya, hingga langit jingga pun meninggalkan senyumannya yang menawan ketika beranjak meninggalkan tempatnya, tepat saat sang malam menyambut syahdu dengan aroma bunga melati yang masih semerbak di pendopo dari kayu jati itu.

Akhirnya, seluruh rangkaian acara liputan program pesona budaya itu pun berjalan lancar. Sebuah pengalaman yang indah bagi kedua belah pihak. 

Sanggar Tari di Daerah Terpencil

Sebagai pelayan publik, secara berkala kami memang membuat konten berupa foto dan juga video tentang aktivitas sanggar kami di media sosial sebagai bentuk laporan kepada khalayak umum, khususnya kepada orangtua/wali anak didik sanggar kami dan kepada pihak sekolah-sekolah serta instansi yang pernah terlibat atau bekerja sama dengan kami. 

Untuk kepentingan itu, tentu saja dibutuhkan banyak kuota internet demi menunjang aktivitas kami tersebut.

Namun, selang beberapa waktu setelah liputan tersebut, entah kebetulan ataukah takdir kembali menuliskan skenario baru, sanggar kami tiba-tiba dihubungi oleh pihak Telkomsel Jakarta yang menawarkan layanan produknya yakni tiga layanan dalam satu paket: telepon rumah, internet dan tayangan tv berbayar.

Tentu saja kami menyambut baik tawaran tersebut karena pengeluaran bulanan kami untuk keperluan penggunaan kuota internet di sanggar tari non profit yang kami kelola akan lebih hemat jika kami berlangganan dengan IndiHome.

Angin segar kami rasakan ketika pihak Telkomsel menyanggupi akan memasang tiang-tiang telepon yang dibutuhkan saat kami menyampaikan bahwa tempat kami cukup terpencil dari rumah-rumah penduduk, dan tidak ada tiang telepon di sekitar lokasi tempat sanggar kami berada. Maka, kami pun kemudian mengajukan/mendaftar untuk berlangganan IndiHome secara daring.

Petugas survei kemudian datang. Setelah melihat bahwa tempat kami benar-benar terpencil di antara ladang pertanian dan hanya ada 2 rumah dengan jarak berjauhan, sang petugas pun mengatakan bahwa tidak mungkin pengajuan kami ditindaklanjuti. Tentu saja kami sangat bisa memakluminya dan kami pun berencana melakukan pembatalan.

Sanggar kami memang terpencil. Berada di sudut sebuah dusun di wilayah Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan-Kabupaten Semarang, dari jalan raya memang masih harus masuk gang dan melewati ladang-ladang pertanian di antara pohon-pohon besar untuk mencapai sanggar kami, yang juga merupakan kediaman kami sekeluarga.

Keajaiban Itu Akhirnya Datang

Aktivitas seni budaya di sanggar kami tetap berjalan seperti biasa. Latihan rutin setiap minggu, menyiapkan pementasan untuk anak-anak sanggar, menggarap sendratari untuk sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan kami dan tetap menjalankan program khusus yakni menerima murid tamu asing yang telah berjalan secara berkala sejak tahun 2015. Semua berjalan tanpa hambatan yang berarti sampai pandemi menyapa tanpa permisi.

Ketika pandemi menyapa pada waktu itu, kegiatan rutin sanggar pun langsung kami tiadakan. Seluruh tim sanggar memutuskan untuk kembali menekuni bakat alamnya masing-masing. Ada yang memulai bisnis kopi, melanjutkan studi dan juga melakukan berbagai aktivitas seni.

Semua kegiatan itu tentu tetap membutuhkan kuota internet karena semuanya dilakukan dari rumah (sanggar). Namun keajaiban pun datang. Tiba-tiba ada pemasangan tiang-tiang telepon di dekat lokasi sanggar kami. Itu pun setelah aktivitas seni dan budaya di sanggar kami terhenti karena pandemi.

Tiang-tiang telepon sudah berdiri tegak di dekat lokasi sanggar kami. Harapan untuk menikmati IndiHome pun kembali menggeliat seperti kupu-kupu keluar dari tidur panjangnya di dalam kepompong.

Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama (hitungan tahun), akhirnya kami dapat mengajukan/mendaftar kembali untuk mendapatkan layanan produk dari Telkomsel tersebut secara daring.

Dan takdir pun kembali menyuguhkan indahnya sebuah keajaiban. Telepon rumah kami akhirnya terpasang dan internet kami pun menjadi lebih cepat serta lancar. Kami akhirnya dapat menikmati IndiHome, yang memudahkan kami beraktivitas tanpa batas hanya dari rumah.

Waktu kembali berjalan dengan gemulai seindah alunan gending Ketawang Ibu Pertiwi. Kicau burung pun kembali terdengar riuh ketika pandemi berakhir meskipun latihan rutin setiap minggu di sanggar kami tetap ditiadakan.

 

Foto: Partner Cinema
Foto: Partner Cinema
Namun demikian, diskusi seni budaya kembali dibuka dan konsultasi seni budaya pun juga tetap kami layani. 

Kegiatan sanggar kami akhirnya memang beralih hanya pada pelayanan diskusi dan konsultasi seni dan budaya khususnya tentang budaya ikhlas tanpa pamrih, serta tetap menerima murid tamu asing secara berkala sesuai dengan kesepakatan tim sanggar yang telah disibukkan dengan kegiatan masing-masing.

Aktivitas Tanpa Batas dengan IndiHome
 

Tak jarang hujan mengguyur dengan intensitas yang tinggi disertai angin kencang. Seperti mengikuti irama musim hujan, tak jarang listrik mati karena pohon tumbang dan petugas pun datang untuk memperbaikinya, menerjang dinginnya udara yang dengan mudah melesap menembus kulit ari.

Demikian pula dengan tim (petugas) IndiHome, tak jarang pula datang ke tempat kami dan memberikan pelayanan yang optimal ketika terjadi gangguan teknis masalah terputusnya jaringan internet disebabkan oleh faktor cuaca dan alam.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Zaman memang telah melesat maju diiringi dengan semakin canggihnya teknologi. Maka, seperti halnya kebutuhan pokok bahan pangan, listrik, air, dan bahan bakar, kini jaringan internet pun turut menjadi sebuah kebutuhan dan infrastruktur publik yang juga vital, hingga harus terjamin ketersediaan dan reliabilitasnya.

Aktivitas tanpa batas pada akhirnya dapat kami nikmati berkat IndiHome. 

Meskipun kami meniadakan latihan rutin setiap minggu untuk anak-anak didik sanggar kami, berbagai aktivitas seni tetap berjalan di rumah kami. 

Kami membuat konten menarik untuk mengunggah berbagai karya seni yang telah kami buat dalam bentuk foto dan juga video tanpa hambatan masalah konektivitas internet, seperti karya lukis, karya tulis, karya musik dan juga karya seni melipat kertas (origami). 

Setelah berhasil berlangganan dengan IndiHome, akhirnya kami pun dapat berkonten ria bersama IndiHome di akun media sosial masing-masing, seperti halnya konten bisnis yang menarik pun juga dibuat di @memayu.coffee oleh salah seorang tim sanggar kami yang terjun di dunia bisnis.

Kami bersyukur pada akhirnya dapat menikmati layanan IndiHome dengan kisah yang panjang. IndiHome akhirnya turut berkontribusi membantu kebutuhan internet yang kami gunakan untuk membuat konten karya seni, bisnis, dan aktivitas budaya melalui sanggar yang kami kelola.

Salam budaya ikhlas tanpa pamrih...

Bandungan, 11  Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun