Akulah fantasiana...
Kuciptakan mata-mata di dalam lukisan
Yang mengintai dari balik tirai kabut malam
Yang hampir meredupkan lilin-lilin yang baru saja kunyalakan
Sesaat setelah Mijil sang tembang kelahiran untuk anak manusia mengalun merdu
Menyambut bayi mungilku
Yang datang pada malam ke dua puluh tujuh
Â
Akulah fantasiana...
Berjalan perlahan di keheningan malam
Membawa dua daun kehidupan dengan merapal japa mantra
Dan mendekap bayi mungilku yang telah lama merindukan untuk dilahirkan
Yang datang pada malam ke dua puluh tujuh
Tepat saat langkah-langkah kakiku telah sampai pada rumahku yang dahulu
Â
Akulah fantasiana...
Kini putriku telah berjalan, berlari, dan naik ke puncak kebahagiaan
Membawa satu puisi indah dalam genggamannya
Perihal tentang bunga-bunga kuning di tepian taman
Yang pernah ditinggalkannya di kesunyian malam
Ketika ia harus pulang ke dalam keikhlasan
Â
Akulah fantasiana...
Yang duduk terjatuh dalam renungan malam
Tentang kesedihan dan kebahagiaan yang tak abadi
Tentang ketakutan dan kemerdekaan yang tak kekal
Maka tak ada lagi yang perlu bersembunyi
Sekalipun di dalam ruang batin yang paling dalam
Karena jiwa-jiwa suci telah menjadi nyata malam ini
Â
Akulah fantasiana...
Kuciptakan mata-mata di dalam lukisan
Yang mengintai dari balik tirai kabut malam
Yang hampir meredupkan lilin-lilin yang baru saja kunyalakan
Karena jiwa-jiwa suci itu telah menjadi nyata
Dan bermain peran silih berganti
Maka, akan kunyatakan satu rahasia di atas rahasia suci
Dengan segenap rasa yang tertumpah pada malam ini
Â
Akulah fantasiana...
Kukatakan bahwa yang sesungguhnya dinanti bukanlah tubuh ini
Bukan juga yang membungkus jiwa-jiwa suci
Dan kunyatakan malam ini juga
Yang sejatinya dinanti-nanti adalah ruh dalam balutan sinar suci
Pada anak manusia yang ikhlas hatinya
Yang datang pada malam ke dua puluh tujuh
Yang kehadirannya akan mengakhiri dunia fantasiana
Yang telah lama kuciptakan
Â
Dan tak mungkin semerbak wangi bunga Wijaya Kusuma menguar dengan sempurna malam ini
Jika bukan karena kehadirannya, sudah terlalu lama dinantikan
Â
Dalam cahaya lilin pada malam ke dua puluh tujuh, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H