Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kahyangan Itu Ada di Desa Wisata Kenteng

11 November 2022   23:46 Diperbarui: 11 November 2022   23:48 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
I'AMpelgading Homeland (dokpri)

Tanggal 11 November 2011 akhirnya kami menemukan sebuah tanah yang cocok untuk kami tinggali tidak jauh dari vila yang pernah kami sewa. Di antara ladang bunga dan sayur, sebuah rumah kayu dari Boyolali kami pindahkan ke tanah itu. Kami pun kemudian menempati sebuah rumah kayu dan hidup berdampingan dengan dua tetangga kami yang jaraknya cukup berjauhan karena dipisahkan oleh beberapa ladang sayur dan bunga.

Beberapa bulan kemudian, sebuah sanggar tari yang bertujuan untuk melestarikan akar budaya Jawa ikhlas tanpa pamrih dengan mengedepankan pendidikan karakter pada anak kami dirikan dengan berbekal pengalaman pernah mengelola sebuah rumah budaya di kota Surabaya pada tahun 1998-2002.

Tidak sampai setahun, seni pertunjukan telah beberapa kali digelar untuk menyambut tamu asing. Bahkan, murid tamu asing pun juga sempat berlatih menari dengan intens dan mendalami filosofi dari tarian tersebut di sanggar ini.

Menerima grup wisatawan asing (dokpri)
Menerima grup wisatawan asing (dokpri)

Karena sanggar tari ini berorientasi pada pendidikan karakter anak, maka masalah sampah pun akhirnya turut menjadi perhatian.

Sampah dan wisata memang memiliki keterkaitan yang tidak mudah diurai. Dengan berbekal pengalaman saat menerima wisatawan baik asing maupun lokal serta mengamati anak-anak dalam memperlakukan sampah, maka pemahaman akan kepedulian terhadap lingkungan dan alam pun turut masuk menjadi bagian pengarahan oleh pamong sanggar sebelum latihan menari dimulai dengan bahasa komunikasi yang mudah diterima oleh anak-anak didik sanggar.

Tak hanya mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya, tetapi anak-anak didik di sanggar ini juga diajak untuk mengubah pola pikir yang berbeda tentang sampah. Bila sampah identik selalu dibuang dan tidak berguna, di sanggar ini sampah dianggap sebagai teman.

Anak-anak didik di sanggar ini pun juga diajak untuk membiasakan diri tidak lekas membuang sampah sebelum memikirkan terlebih dahulu apakah sampah tersebut termasuk yang mudah terurai atau tidak, apakah masih bisa didaur ulang atau tidak.

Maka, di sela-sela latihan menari, membedakan sampah anorganik dan organik juga dilakukan dengan cara bermain yang menyenangkan agar memori jangka panjang anak didik sanggar dapat merekam dengan baik ketika memiliki/menjumpai sampah, sehingga mereka akan dapat menempatkannya sesuai dengan tempatnya, karena ia (sampah) adalah teman.

Tradisi leluhur yang membuang sampah dengan penuh kesadaran memang harus kembali diangkat ke permukaan. Meskipun waktu itu belum ada yang namannya sampah plastik, membuang sampah bungkus makanan dari daun pisang pun tidak serta-merta langsung dibuang dengan sembarangan. Bungkus dari daun pisang itu harus dibuka dengan benar secara keseluruhan sampai tidak ada bagian yang masih terlipat, sebelum kemudian diletakkan di tempat pembuangan sampah.

Perilaku menghormati alam yang dilakukan nenek moyang kita di atas memang sepatutnya diteladani oleh generasi masa kini agar dapat lebih fokus, tidak terburu-buru, dan senantiasa di dalam kesadaran penuh ketika melakukan setiap aktivitasnya termasuk dalam hal membuang sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun