Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laut Malam

2 Desember 2020   16:33 Diperbarui: 18 April 2022   21:43 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Night sea, close up @alexandravelichko

1.
Malam pun mencurahkan segalanya
Pada ketenangan laut malam
Di antara deburan ombak
Yang memecah kesunyian

Malam pun membisikkan padanya
Tentang sosok perempuan
Yang datang dari angkasa
Menembus semesta

Ia berdiri di atas bukit
Dengan rambut panjang terurai
Dibalut kain satin warna putih
Diam dalam keanggunan nan suci

Ia tenang bagaikan hutan
Tak ada yang bisa mengusiknya
Kecuali terpaan angin laut dari samudra luas
Yang menyibakkan rambutnya perlahan

Deburan ombak pun kemudian mencoba mendekat
Menawarkan sejuta hasrat dari dasar samudra
Namun, ia tetap tak bergeming meskipun hanya sesaat
Dari ketenangannya yang sungguh sempurna

Ia memang hanya menghadap laut
Menikmati indahnya gerakan semesta
Mencium aroma angin laut
Yang mengantarkan mimpinya pada kenyataan

Ia telah menangkap semua kedamaian
Sesaat sebelum laut mendekapnya
Bersama riak gelombang ombaknya
Ketika malam melelapkannya kembali pada buaian mimpi-mimpinya

2.
Perempuan itu memang luar biasa cantik
Bila dilukiskan memang melebihi kemampuan sang penyair
Rasanya tak ada yang bisa menandingi
Keaggunannya dalam balutan kain satin putih
Juga gerak-geriknya yang indah bagai merpati putih

Lekukan pinggangnya bagai bentuk gitar tua
Memikat siapa pun yang memandangnya
Bibirnya merah merekah bagai buah delima
Tersenyum manis penuh misteri dengan sejuta makna
Namun tak ada seorang pun yang sanggup menafsirkannya

Ia datang ke laut hari itu
Melintasi langit dengan senyum misterius
Memendam rindu pada laut biru
Yang pernah memberikannya permata biru
Sesaat sebelum mata badai membawanya ke langit biru

Kini ia kembali datang
Malam tak kuasa mencegahnya
Di bawah benderang bulan purnama
Yang menerangi air laut dalam keheningan
Tuk mengucap maaf yang tak sempat terucap

Ia memang pernah melukai laut
Di masa lampau pernah pergi tanpa berpamitan
Bukan karena badai terlalu cepat menyeretnya ke langit biru
Namun, ketika itu hatinya tak bisa meninggalkan lautan
Yang telah memberikan sejuta makna hidup

Ombak pun kemudian pecah
Deburannya sampai ke bukit
Dengan latar hutan yang lebat
Laut akhirnya meliuk indah menyingkap jati diri
Memberikan maaf sebelum perempuan itu kembali, ke angkasa raya

Tanpa sayap, perempuan misterius itu pun kemudian kembali terbang, menembus langit malam
Kepasrahan telah mendatangkan mata badai untuknya
Membawanya kembali menjadi bintang
Setelah kerinduannya pada lautan
Lebur dalam keikhlasan yang sempurna

Dari balik kabut, 02-12-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun