Mohon tunggu...
Christina Lomon Lyons
Christina Lomon Lyons Mohon Tunggu... Lainnya - Dayakdreams.com, mahasiswi Magister Administrasi Bisnis URINDO

Saya pernah menjadi reporter di Tabloid Wanita Indonesia mulai Januari 1991, dan menjadi Pemred tabloid WI pada 2012. Saat pandemi Covid 19, saya mulai kuliah lagi , walau usia sudah kepala lima, sebentar lagi masuk kategori lansia. Saya memiliki website Dayakdreams.com dan weddingdreams.id.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Investasi Hijau di Nusantara Jangan Kalah dengan Hutan Nasional Indiana

27 Juli 2022   14:39 Diperbarui: 27 Juli 2022   14:46 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto di lukisan mendayung  di sungai di bandara Palangkaraya  (Foto : Dokpri)

Ketika Ibu Kota Negara pindah ke Nusantara, impian Kalimantan akan kembali hijau akan segera terwujud. Apalagi dengan digaungkannya investasi hijau di Indonesia. 

Melintas di jalan raya yang membelah Hutan Nasional Hoosier di French Lick, negara bagian Indiana Selatan, Amerika Serikat, Juni 2022 lalu, sungguh membuat mata dan hati ini sejuk. Pohon-pohon besar tumbuh rindang di sepanjang jalan. Beberapa ekor Rusa tampak riang berlompatan di antara pepohonan. Tiba di tepi sebuah  jalan besar, ada mata air yang mengalir dari balik bebatuan besar.

Jeffrey Lyons, 69, seorang pensiunan USAF (United State Air Force) mengatakan kawasan hutan dan mata air  dikelola dan ditata rapi oleh pemerintah. Namun terbuka untuk umum, asal tidak merusak dan mengotorinya tentu.

Pemandangan hijau nan asri juga ditemui ketika berkunjung ke rumah  seorang teman di Jackson, negara bagian Michigan. Pasangan Carolyne,74 dan Bill Weber, 76, tinggal di se-buah kompleks perumahan cukup megah di pinggir kota Jackson, lingkungan yang ditumbuhi banyak pepohonan tinggi, layaknya hutan. Pensiunan di Amerika, contohnya Bill dan Jeff memilih tinggal di pinggir kota yang dekat dengan alam. Sementara kaum muda memilih hidup di perkotaan, seperti Nicole dan Diane Mikutis, pelaku bisnis jual dan sewa apartemen di kawasan Chicago, Illinois.

Hutan Nasional Hoosier di French Lick, Indiana (Foto Christina)
Hutan Nasional Hoosier di French Lick, Indiana (Foto Christina)

Mereka Pilih Hidup Berdesakan 

Sejenak,  aku membandingkannya dengan Indonesia. Sebagian orang justru protes dan tidak setuju ibu kota negara pindah ke Kalimantan Timur. Ada yang menyebutnya sebagai tempat jin buang anak, karena berada nun jauh di sana. Mereka memilih betah hidup di pulau Jawa, meski harus berdesak-desakan karena sudah demikian padat penduduknya.

Teringat pula saat mengobrol dengan dosen di Universitas Respati Indonesia, DR Bachtar Bakrie, yang juga seorang peneliti di BRIN (Badan Riset Nasional). Ia bertanya, apa yang akan dilakukan setelah lulus menjadi Magister Administrasi Bisnis nanti? Ketika dijawab ingin menjadi dosen di Kalimantan, ia berucap,”Salut, warga negara yang baik, mau membangun desanya”. Alumni Institut Pertanian Bogor yang mengambil gelar Master dan Doktornya di Australia ini tinggal di rumah di kawasan Peternakan di Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Jika Lebaran tiba, ia boyong istrinya ke rumah mereka di lingkungan yang padat di Rawamangun, Jakarta. Beliau mengatakan, belum ada rencana untuk pulang dan menetap di kampung halaman bersama isteri, di Sumatera Barat, jika pensiun nanti.

Investasi Hijau membuatku membandingkan hutan dan sungai di Amerika dengan di Indonesia, khususnya Kalimantan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan,  menegaskan Indonesia  akan fokus  menarik investasi asing untuk sektor ekonomi hijau. Jika  akan berinvestasi di Indonesia, investor asing wajib   memenuhi persyaratan yakni  ramah lingkungan, bersedia mendidik tenaga kerja lokal, melakukan alih teknologi, serta memberi nilai tambah  dalam pengelolaan sumber daya mineral untuk Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) juga mengatakan ekonomi hijau ini sangat menguntungkan negara. Tingkat pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) rata-rata 6 persen per tahun, di atas proyeksi bisnis biasa seperti saat ini akan dihasilkan dari jalur pembangunan rendah karbon menuju nol emisi karbon pada 2045.  Program ini akan menempatkan negara sebagai tujuan utama investasi hijau, diprediksi akan menciptakan 15,3 juta lapangan kerja baru.

Teringat kampung halamanku di Sanggau, Kalimantan Barat. Ibu kota sebuah kabupaten yang sebagian kecamatannya berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur ini, dilintasi beberapa sungai di antaranya sungai Sekayam, sungai Bonti dan sungai Liku. Sungai Liku yang memang berliku ini menjadi salah satu ajang berenang anak-anak  yang tinggal di kampung sekitar gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Sanggau.

Air sungainya  berwarna kemerahan, karena  banyak akar pohon yang menjalar dan berjuntaian. Kami sering bermain Tarzan-tarzanan, seraya berteriak auoooo...lalu terjun ke sungai kecil itu. Hingga salah satu dari kami, Anton namanya, hilang ditelan buaya. Sejak itu, aku dan abangku, tidak boleh lagi berenang di sungai Liku. Kami pun  pindah ke sungai Engkakal yang dangkal dekat rumah orang tua kami di bukit Meirasah.

Selain mandi di sungai atau kali, kata orang Jakarta, kami sering pergi ke hutan di belakang rumah. Orang Dayak, sangat menghormati hutan, tanah, dan air sebagai sumber kehidupan. Orang tua kami juga mengajari anak-anaknya untuk berladang atau bercocok tanam dan mencari sayur di hutan untuk kebutuhan keluarga, jika libur sekolah. Ada juga yang mencari sayur di hutan kemudian dijual di pasar. Jenis sayuran hutan itu macam-macam, seperti rebung (bambu muda)buah dan bunga kecombrang, pakis, Juna’ atau lengkio, kangkung hutan, ubi dan  daun ubi (singkong), buah peringgi, buah labu, timun dan lainnya.

 

Kebun Karet di Kuala Dua, Kec. Kembayan (Foto : Dokpri)
Kebun Karet di Kuala Dua, Kec. Kembayan (Foto : Dokpri)

Pembalak Hutan, Tambang  dan Sawit Si Buah Emas 

Sampai era pohon Kelapa Sawit datang masuk ke hutan Kalimantan Barat, juga industri penebangan kayu dan pembalakan liar atau ilegal loging, hingga penambangan emas yang dampaknya merusak lingkungan termasuk sungai.  Setelah dibuka jalur darat, lintas Malindo, dari Tanjung, Sosok Tayan Hulu  menuju Kembayan, sungai Sekayam nyaris tak mendapat perhatian istimewa lagi. Bahkan tercatat sejak tahun 2010, air sungai Sekayam sudah tercemar limbah zat kimia dari perkebunan kelapa sawit, juga limbah pertambangan. Telah beroperasi 40 perusahaan kelapa sawit (5 perusahaan di kecamatan Kembayan, kabupaten Sanggau) dan 81 perusahaan pertambangan (3 perusahaan dengan izin eksplorasi 76.568 Ha di kecamatan Kembayan).

Perkebunan kelapa sawit mulai muncul di Kalimantan Barat (Kalbar)sejak 1980-an, melalui PT Perkebunan Nasional (PTPN XIII) milik pemerintah. Dan Kalbar merupakan provinsi dengan lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga di Tanah Air. Ironisnya Kalbar masih menjadi provinsi paling namun paling miskin dibanding wilayah lain di Kalimantan.

Selain itu, industri penebangan kayu juga turut berperan dalam penggundulan hutan di Kalimantan. Selain pabrik-pabrik kayu yang bertebaran di Kalimantan, juga ulah pelaku ilegal loging atau pembalak hutan. Tak heran jika sudah jarang orang membangun rumah dari kayu dan papan di Kalimantan. Pasalnya keberadaan kayu sudah sangat langka, dan jika ada pun harganya mahal.

Puncaknya, penambangan emas semakin menoreh luka pada bumi Kalimantan. Juga penambangan mineral lainnya, yang tidak segera disertai program reboisasi atau penanaman kembali. Sehingga menyisakan lubang-lubang bekas tambang yang menganga dalam. Jika hujan deras datang, maka  banjir menyerang.

Pengujung 2006, saat lagi “gabut” dari pekerjaan, aku membeli bibit karet untuk ditanam di lahan 1 hektar, warisan orang tua di desa Kuala Dua, Kecamatan Kembayan. Pengelolaannya kuserahkan pada sepupu yang tinggal tak jauh dari kebun. Di sebelah kebun karet, adik memilih bertanam kelapa sawit yang ia sebut sebagai buah emas.

Harga sawit dan karet yang tak menentu, membuat petani pun tak pasti nasibnya. Pilihan lain petani di pedalaman Kalbar adalah bertani pohon cokelat. Seperti Paman Pipil, adik Mamakku (almarhumah) yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana dari bertanam pohon coklat ini, selain usahanya menjadi juragan kulat/torehan karet. Ia berdagang lintas negara, bermodalkan buku Pas lintas Batas, sejenis paspor untuk penduduk perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak, Malaysia Timur.

Putra sulung paman Pipil, Welly Sarjana Pertanian, selain bertanam sawit ia juga menjadi juragan durian Sekayam yang dijual ke tokenya di Serian, Malaysia, dan juga dijemput tengkulak duren dari Pontianak. Jika di kampung durian harga Rp 5000, di Pontianak harganya 15.000-50.000/buah. Begitu juga Emy Pipil, berdagang material bangunan di Pengadang, kecamatan Sekayam, kab. Sanggau. Keuletannya berbuah hasil, putrinya mendapat beasiswa kuliah di Spanyol, Eropa.

Paman Pipil, Welly dan Emy, mereka pelaku usaha lintas negara. Menjual hasil kebun di Serian, Sarawak, mereka kemudian berbelanja kebutuhan pokok dan material bangunan untuk didagangkan di kampung Kubing, Ken.Beduai, dan desa Pengadang, kecamatan Sekayam yang berbatasan langsung dengan Serian, Malaysia Timur. Mereka bermodalkan buku Pas Lintas Batas warna merah, paspor khusus untuk warga berbatasan berkunjung ke Sarawak, Malaysia.

Kini Entikong sudah megah dibangun  Presiden Joko Widodo. Jalan sudah tembus ke kampung Suruh Tembawang, Kec. Entikong yang tadinya harus melintasi sungai Sekayam yang ganas selama 8 jam untuk sampai ke kota kecamatan Entikong. Apalagi untuk ke Sanggau, ibukota kabupaten, harus  lanjut naik minibus sekitar 4 jam, baru sampai.

Danau Patoka dengan bendera Amerika Serikat (Foto Christina)
Danau Patoka dengan bendera Amerika Serikat (Foto Christina)

Antara Gua Tapak Raja dan Marengo di Indiana

Walau belum sempat menengok langsung, IKN Nusantara dikabarkan memiliki banyak tempat yang berpeluang menjadi objek investasi hijau itu. Contohnya gua bernama Tapak Raja, di desa Wonosari kecamatan Sepaku, kabupaten Penajam Paser Utara, kawasan inti pusat pemerintahan IKN Nusantara.

Di French Lick, Indiana, juga ada gua Marengo yang menjadi objek wisata andalan. Para wisatawan diajak tur jalan kaki selama 40-60 menit untuk mengenal gua yang mulai terbentuk sejak satu juta tahun lalu. Di sekitar gua Marengo ada tambang batu permata, yang menjadi suvenir. Saat musim panas, banyak wisatawan datang berkunjung menjelajah ke sini.

Begitu juga Cave Country Canoes yang menawarkan berbagai perjalanan kano dan kayak di Blue River. Turis diajak mendayung sambil menikmati pemandangan indah dan satwa liar.

Ada juga wisata gua, hiking, berkemah, taman bermain, jalur sepeda, berperahu, memancing, berenang bola voli, pondok dan restoran serta fasilitas pertemuan di taman Spring Mill State Park.

Pemerintah Amerika Serikat tak menyia-nyiakan setiap sumber daya alam yang dimiliki negaranya. Sungai dimanapun mereka manfaatkan untuk ajang pariwisata. Tak hanya sungai di pedalaman, bahkan sungai di dalam kota besar seperti di Chicago menjadi ajang architectur tour, dengan kapal wisata dapat menyaksikan pemandangan hutan beton, gedung-gedung pencakar langit yang berdiri di tepi sungai Chicago yang bermuara di danau Michigan nan indah ini.

Danau Michigan yang legendaris dengan luas 57.750 km persegi, dengan panjang 307 mil dan luas 118 mil ini melintas di beberapa negara bagaikan USA yaitu Indiana, Wisconsin, Michigan dan Illinois (Chicago) dan menjadi objek wisata favorit sepanjang musim panas. Sementara keindahan sungai seperti di Kalimantan Tengah, baru sebatas sebuah miniatur perahu dengan latar belakang lukisan hutan dan sungai Kahayan yang dipajang di bandar udara Tjilik Riwut, dan dijadikan ajang berfoto.

 

Berfoto di lukisan mendayung  di sungai di bandara Palangkaraya  (Foto : Dokpri)
Berfoto di lukisan mendayung  di sungai di bandara Palangkaraya  (Foto : Dokpri)

Dayak Wine dan Intan Kalimantan 

Di Indiana juga ada danau Patoka yang sangat tenang. Di kawasan danau Patoka ini ada pabrik anggur. Wisatawan bisa mencicipi anggur yang tersedia lebih dari 20 variasi rasa yang berbeda. Pulang dari jalan-jalan, turis bisa membeli anggur untuk oleh-oleh.

Orang Dayak di Kalimantan juga mengenal “Dayak Wine”, atau Tuak Dayak. Tuak yang disebut Baram di Kalimantan Tengah ini  merupakan jenis minuman yang mengandung alkohol khas Dayak. Minum hasil fermentasi ini dibuat oleh Suku Dayak sejak beratus tahun lalu,  digunakan untuk ritual pemberian sesaji bagi roh leluhur. Hampir semua suku Dayak yang tinggal di perhuluan sungai di Kalimantan membuat minuman tuak ini untuk konsumsi sehari-hari maupun untuk kegiatan pesta atau hari besar.

Jika di Gua Marengo, ada tambang batu permata, di Kalimantan pun banyak tambang intan, jenis mineral keras yang memiliki daya leleh tinggi dan mahal harganya. Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan adalah kawasan penghasil intan.

Hutan, sungai dan budaya leluhur suku Dayak di Kalimantan, saatnya menjadi bagian dalam pemberdayaan proyek investasi hijau ini. Jangan karena sudah dibangun banyak infrastruktur jalan darat, maka jalur sungai yang menjadi pusat lalu lintas di masa lalu, menjadi diabaikan. Dengan investasi hijau, niscaya keberadaan Kalimantan sebagai paru-paru dunia akan tetap terjaga. Saat ini paru-paru dunia ada di dua tempat yaitu di hutan Amazon, Amerika Latin dan Kalimantan Tengah, karena dinilai masih terjaga kelestarian hutan dan udaranya yang masih bersih, walau sungai-sungai di Kalimantan belum diperindah seperti di USA.

Jika Michigan tampil dengan slogan wisata Water, Winter & Wonderland, maka IKN Nusantara pun punya kekayaan dan  keajaiban alam dan budayanya. Bahkan bisa dinikmati sepanjang tahun, tanpa harus menunggu winter dan summer atau musim panas seperti di Amerika sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun