"Kami sempat berencana tinggal di Bali. Tetapi  tiba-tiba kami melihat berita, Bali diguncang gempa pada tahun 2017 itu," tutur Michael.Â
KOMPAS.com masih mencatat,   warga Karangasem, Bali dikejutkan dengan gempa pada 9 November 2017. Setelah gempa pertama, terjadi 5 kali gempa susulan hingga pukul 07.00 WITA. Ngeri dan membuat bimbang juga. Akhirnya ia pilih tetap tinggal di Jakarta, dan mulai merenovasi rumah mereka  di Bambu Apus, sehingga menjadi hunian yang  nyaman.
"Walau berawal dari keterpaksaan harus menjalani kehidupan setelah pensiun di Jakarta, tapi saya nikmati saja. Dan selanjutnya memang saya merasakan kenikmatan hidup yang luar biasa," tutur Uncle Mick, demikian ia biasa disapa.
Jika suntuk di rumah, keduanya  jalan-jalan keliling Bali. Atau sesekali berkunjung ke rumah adik ipar di Salatiga, atau ke Puncak Bogor, dan Cianjur, kampung halamannya Dede Suherman, suami dari Vivi, keponakan Christina.
Mick sudah pula menjelajah Kalimantan Barat, kampung halaman Christina, mulai Entikong, kabupaten Sanggau, hingga Singkawang dan Nyarumkop, kabupaten Bengkayang. Kemudian pernah berkunjung ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bahkan hingga ke desa Tumbang Anoi, saat masyarakat Dayak seluruh Kalimantan banyak berkumpul di sana merayakan hari perdamaian diakhirinya budaya Ngayau atau headhunter di antara suku asli Kalimantan.Â
"Saya juga sempat menemani istri ikut seminar Hari Pers Nasional di hotel Golden Tulip Banjarmasin, Februari 2020. Setelah itu kami sempat pergi ke kabupaten Kapuas, menemui kawan-kawan suku Dayak di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan tengah itu. Rencana mau ke Kaltim dan IKN Nusantara, eh keburu Covid19," cerita Mick antusias.Â
Karena Covid 19, terpaksa 2 tahun di rumah saja. Mereka  nikmati kehidupan bersama penduduk asli Jakarta, orang Betawi di sekitar Cipayung, Jakarta Timur. Anak-anak di sekitar rumahnya, kerap memanggilnya Mister, kadang Pak Bule'.Â
Setiap hari pasutri ini rajin mengkonsumsi air kelapa muda dan kelapa hijau, yang katanya bermanfaat membuang racun dalam tubuh. Mereka juga selalu sarapan dengan buah-buahan yang bisa dibeli dengan murah, di warung sayuran tak jauh dari rumah. Harga Pepaya Rp 10 ribu-Rp 15 ribu sudah dapat pepaya bagus. Juga nenas Rp 25 ribu, sudah dapat nanas madu yang manis  untuk dibuat jus segar. Berbagai buah seperti Alpukat, jambu kristal, mangga dan lainnya sering dibeli Christina di pasar buah di Pasar Kramat Jati atau pasar Rebo, Jakarta Timur.
Keduanya benar-benar hidup merakyat. Bertetangga dengan masyarakat Betawi yang ramah dan apa adanya. Walau Michael pernah protes, karena tetangga sebelah rumahnya beberapa kali membakar sampah dan kayu di halaman rumahnya, sehingga asap menyebar kemana-mana hingga ke dalam rumah. Mick sampai batuk-batuk dibuatnya. Namun setelah lapor ke pak RT, si tetangga tak lagi melakukannya, Â dan membuang sampah jika truk petugas pemungut sampah tiba, walau cuma datang seminggu sekali.
"Puji pada Tuhan, kami tidak pernah terserang Covid. Beberapa kali batuk pilek, setelah dites Antigen, selalu negatif. Hampir setiap jam 10 pagi kami berjemur matahari. Sesekali saya naik sepeda keliling jalan sekitar Cipayung,"ungkap Mick lagi.Â
Setelah vaksin 3 kali, Mick dan Christina bisa terbang ke USA pada Juni 2022.