Setiap Rabu pagi, pengurus desa Tegalsari dan pelaku UMKM melakukan diskusi yang mereka sebut Rapat Minggon. Dalam bahasa setempat yang berarti rapat mingguan. Carmin Iskandar, Sekretaris Desa Tegalsari pemimpin rapat mengatakan dalam rapat Minggon ini, warga  saling bertukar informasi dan berdiskusi berbagai hal menyangkut UMKM masing-masing yang mereka lakukan.
Tercatat ada 20 UMKM Kuliner, 5 UMKM Kerajinan, 11 UMKM Jasa, dan 4 UMKM  Pertanian dan Perkebunan. Pelaku UMKM Kuliner seperti membuat beragam kue dan Kembang Goyang atau kembang Ros ala Karawang yang kesohor itu. Ada pula kerajinan tangan dari buah Maja, membuat lampu Aladin kerajinan menjahit dan merajut tas, membuat boneka, dan kerajinan membuat pot tanaman dari bahan semen. UMKM lainnya adalah jenis Jasa, yaitu pembibitan tanaman Anggur, budi daya Jamur, bertanam Porang, dan usaha sewa mesin rontok padi, dan lainnya. Dan yang tak kalah unik adalah UMKM kesenian budaya lokal  Seni Topeng Kaleng.
Tak pelak jika dikatakan desa Tegalsari adalah desa kreatif. Setelah melakukan kegiatan sebagai petani di pagi hari, atau bekerja sebagai pengurus desa, mereka kemudian melanjutkan aktivitas selanjutnya, berbisnis. Salah satunya Gunawan, 38, pengurus desa yang juga menjalankan bisnis pembibitan tanaman anggur di teras rumahnya.
Impor Batang Anggur dari Ukraina
Berkebun  menjadi salah satu hobi baru kaum urban saat Covid19 melanda, di antaranya menanam buah anggur. Kendati anggur bukan tanaman asli Indonesia, dan harus mengimpor bibit dari luar negeri. Berdasarkan penemuan fosil daun, potongan cabang, serta biji buahnya di daerah Eropa dan Amerika, tanaman anggur diduga telah ada pada zaman perunggu, (Setiadi, 2004). Dan mulai ada introduksi tanaman anggur ke Indonesia, pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda abad 17, (Winarno et al., 1991).
Gunawan mulai melakukan pembibitan anggur sejak 2 tahun lalu. Ia memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumahnya di desa Tegalsari. Pria Sunda, tamatan sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Karawang ini, Â bertanam bibit anggur di sela pekerjaan utamanya di kantor desa Tegalsari, bidang Urusan Umum.
Pria bertubuh subur ini mengawali usaha bibit anggurnya, dengan belajar pada seorang petani anggur senior di Bekasi. Selama setahun  ia mengakrabi berbagai jenis bibit anggur dari berbagai negara di Asia dan Eropa, seperti Jepang, China, India, Ukraina dan Rusia, juga mempelajari seluk-beluk impor bibit anggur. Setelah cukup menguasai teknik menyambung bibit batang anggur, Gunawan kemudian memulai usaha mandirinya, bertanam bibit anggur yang kemudian ia pasarkan secara online.
Lapak online bibit anggurnya dapat dilihat pada account Facebook GunawanNurnisa Fruit Garden, juga pada group FB Anggur Indonesia dan Bursa Lelang Bibit Anggur. Ia juga tersambung dengan link www.Shrakvinograd.UA untuk membeli bibit anggur dari Eropa.Â
Berbagai varian bibit anggur  yang biasa ia order, di antaranya adalah varian Taldun, Gozv, In memory of Shmelev dan lainnya. Nama-nama tersebut berasal dari penjual.Gunawan mengatakan bahwa harus dilakukan persilangan dulu untuk bibit anggur bisa diberi nama Indonesia. Seperti salah satu bibit anggur dalam polybag yang  sudah lama beradaptasi di Indonesia.