Mohon tunggu...
Christina Lomon Lyons
Christina Lomon Lyons Mohon Tunggu... Lainnya - Dayakdreams.com, mahasiswi Magister Administrasi Bisnis URINDO

Saya pernah menjadi reporter di Tabloid Wanita Indonesia mulai Januari 1991, dan menjadi Pemred tabloid WI pada 2012. Saat pandemi Covid 19, saya mulai kuliah lagi , walau usia sudah kepala lima, sebentar lagi masuk kategori lansia. Saya memiliki website Dayakdreams.com dan weddingdreams.id.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belum Ketemu Neraka di Chicago

11 Juni 2022   12:00 Diperbarui: 11 Juni 2022   12:03 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden AS Donald Trump  pernah mengatakan, beberapa kota di Amerika Serikat, di antaranya Chicago,  terkenal dengan tingkat kejahatan dan kekerasan yang tinggi.  Bahkan ia menyebut tinggal di Chicago seperti di neraka.

"Kamu gak takut pergi ke Chicago," seorang wanita paruh baya bertanya pada Christina saat berkenalan di Haneda Airport, Tokyo, Japan, 7 Juni 2022.

"Kenapa mesti takut Bu," jawab Christina, walau ia bisa menebak jawabannya.

"Yah gitu deh, Chicago kan kesannya kota kriminal gitu,"ujar si Ibu.

Chris hanya tersenyum simpul. Ternyata tak hanya ia saja yang berpikir bahwa Chicago adalah kota kriminal yang identik dengan tokoh mafia Al Capone itu.


Kuatir Seperti di Netflix

Setelah melewati penerbangan yang teramat melelahkan  selama 11 jam, akhirnya pesawat United Airline dari Haneda mendarat selamat di bandara Chicago O Hare. Terbayang akan melewati pemeriksaan yang ketat oleh petugas imigrasi, seperti yang terlihat di film-film dokumenter tentang pemeriksaan imigrasi di Amerika Serikat yang begitu ketat. Bahkan sering hingga harus membongkar koper bagasi, karena dicurigai membawa benda-benda terlarang, seperti narkoba dan hal-hal lain yang membahayakan negara.

Christina deg-degan bukan main, karena ia ada membawa beberapa bungkus "teh" dan  potongan kayu Bajakah di dalam kopernya.

Michael Lyons sudah sejak awal membisikinya di dalam pesawat,"Tampaknya imigrasi akan menahan  herbal mu dear". Mick, demikian pria kelahiran Michigan itu sedang mengisi lembar formulir yang diberikan pramugara United. Data yang  harus diisi di antaranya, tidak membawa rokok dan tanaman herbal. Christina berserah saja, seraya sejenak berdoa agar segalanya berjalan lancar. 

 Chicago O Hare Airport, tak semegah bandara Soekarno Hatta. Bahkan dibanding bandara Supadio, Kalimantan Barat, asal Christina, masih jauh lebih mewah. Atap bangunan O Hare relatif rendah, padahal orang bule kan tinggi-tinggi.  

Pasutri ini pun harus antre panjang sekali, sekitar 1 jam melewati 10 baris labirin, baru tiba di depan petugas imigrasi. Tanpa senyum si petugas meminta Christina membuka masker untuk menyesuaikan wajah di paspor. Kemudian ia meminta paspor Michael dan bertanya apakah ia istrimu? Mick mengiyakan dan memberi tahu akan berlibur dan pergi ke rumah putrinya di Chicago.

Sang petugas kemudian menegaskan, asal tidak membawa benda-benda terlarang, paspor keduanya mendapat stempel. "Welcome in Chicago," ujar Michael tertawa.

Petugas imigrasi berikutnya sangat ramah menerima pendatang.  Pasutri ini dipersilahkan mengambil bagasi. Bayangan buruk seperti dalam Netflix dan Youtube di benak Christina pun sirna seketika. 

Di halaman parkir sudah menanti Nicci Lyons, putri bungsu Michael dengan mobil jeep Toyotanya. Membawa keduanya ke kediamannya di Pratt Blvd, Chicago bagian utara. Kaca mobil sedikit dibuka, tak perlu AC. Saat itu musim Spring, namun cuaca tetap dingin walau tak sampai terasa menusuk tulang, 16 derajat Celcius.

"Christina mau melihat rumahnya Al Capone," ujar Michael pada Nicci  yang tertawa lebar mendengarnya.

Presiden AS Donald Trump  pada tahun 2020 mengatakan, beberapa kota di Amerika Serikat  seperti Chicago, Baltimore, Detroit dan Oakland  terkenal dengan tingkat kejahatan dan kekerasan yang tinggi.  Bahkan ia menyebut tinggal di Chicago seperti di neraka. 

Namun kesan itu kok tak terasa sama sekali sejak menjejak di O Hare. Mobil-mobil memang melaju kencang di jalan raya, namun semua tampak tertib lalu lintas. Pepohonan di kiri kanan jalan, sungguh menambah sejuk suasana kota. 


Rumah-rumah tanpa pagar tertata apik, berdiri hanya berjarak sekitar 5 meter dari trotoar pedestrian. Wah pemandangan yang sulit ditemui di Jakarta. Rumah tanpa pagar di Jakarta,  hanya bisa ditemui di komplek Town House atau Cluster yang ada pos keamanannya.

Begitu pula ketika tiba di  area gedung apartemen di mana Nicci tinggal.  Tampak hening, hanya satu dua orang berlalu lalang dengan membawa anjing mereka menuju pantai pasir danau Michigan, 200 meter dari apartemen Nicci. Indah dan segarnya Chicago. Ternyata kesan pertama tentang Chicago, justru jauh dari gambaran kehidupan di tengah siksa neraka. Justru sebaliknya, adem, jauh dari kebisingan dan polusi. 

Selamat datang di kotanya Al Capone !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun